PERILAKU INTERAKSI AKAR-TANAH PADA SISTEM PERKUATAN TANAH DENGAN TANAMAN RUMPUT AKAR WANGI (VETIVERIA ZIZANIOIDES)

dokumen-dokumen yang mirip
Efektifitas Pemanfaatan Tanaman Rumput Akar Wangi untuk Pengendalian Longsoran Permukaan Ditinjau dari Aspek Respon Pertumbuhan Akar

EFEKTIFITAS PEMANFAATAN TANAMAN RUMPUT AKAR WANGI UNTUK PENGENDALIAN LONGSORAN PERMUKAAN PADA LERENG JALAN DITINJAU DARI ASPEK RESPON PERTUMBUHAN AKAR

SOIL BIOENGINEERING SEBAGAI ALTERNATIF METODA STABILISASI LONGSORAN

PENGARUH AKAR TUMBUHAN (VETIVERIA ZIZANIOIDES) TERHADAP PARAMETER GESER TANAH DAN STABILITAS LERENG

PENGARUH METODE KONSTRUKSI PONDASI SUMURAN TERHADAP KAPASITAS DUKUNG VERTIKAL (148G)

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON

MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG

II. Kuat Geser Tanah

STUDI KELONGSORAN PADA LERENG TERBEBANI SILO DENGAN SSR-FEM PADA LOKASI SINAR MAS AGRO RESOURCE - SUNGAI BUAYA MILL LAMPUNG

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

PENGARUH MODIFIKASI TULANGAN BAMBU GOMBONG TERHADAP KUAT CABUT BAMBU PADA BETON (198S)

No. Job : 07 Tgl :12/04/2005 I. TUJUAN

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

Kuat Geser Tanah. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Shear Strength of Soils. Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc.

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

UJI KUAT GESER LANGSUNG TANAH

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

ANALISIS LERENG DENGAN PERKUATAN PONDASI TIANG

BAB II TINJALAN PUSTAKA. Keanekaragaman jenis tanah yang ada di alam mempunyai berbagai macam

LABORATORIUM UJI BAHA JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI

III. KUAT GESER TANAH

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

PENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR

Analisis Stabilitas dan Penurunan pada Timbunan Mortar Busa Ringan Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Studi Perilaku Tiang Bor Sebagai Pondasi Perumahan di Daerah Rawan Longsor Gunungpati Semarang

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

DAFTAR ISI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN 1 1.

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

BAB IV KRITERIA DESAIN

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK

PREDIKSI KEDALAMAN DAN BENTUK BIDANG LONGSORAN PADA LERENG JALAN RAYA SEKARAN GUNUNGPATI SEMARANG BERDASARKAN PENGUJIAN SONDIR (147G)

PENGARUH VARIASI PANJANG LEMBARAN GEOTEKSTIL DAN TEBAL LIPATAN GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN FISIK LERENG PASIR KEPADATAN 74%

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

ANALISA KONSOLIDASI DAN KESTABILAN LERENG BENDUNG KOSINGGOLAN

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP KAPASITAS TARIK MODEL PONDASI TIANG BAJA UJUNG TERTUTUP PADA TANAH KOHESIF

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT GESER TANAH DI SEKITAR BATAS PLASTIS

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN SHEET PILE

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

STUDI STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH KANTILEVER PADA RUAS JALAN SILAING PADANG - BUKITTINGGI KM ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI. agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan (SNI 2847 : 2013).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KONTRIBUSI AKAR BAMBU KEPADA PARAMETER KEKUATAN GESER TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG

TINJAUAN PUSTAKA Pola Keruntuhan Akibat Pondasi Dangkal di Tanah Datar

KUAT LEKAT TULANGAN PADA BERBAGAI VARIASI MUTU BETON NORMAL

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE LOWE-KARAFIATH (STUDI KASUS : GLORY HILL CITRALAND)

TEKANAN TANAH LATERAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

PENGARUH PENGGUNAAN SERAT ALAM TERHADAP KEKUATAN GESER BALOK BETON MUTU TINGGI

VERIFIKASI PENYEBAB RETAK PADA PEMANCANGAN TIANG PIPA MENGGUNAKAN HYDRAULIC JACK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

VETIVER Rumput Perkasa Penahan Erosi

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI. Oleh

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO

PROFIL PENURUNAN TANAH PADA TANAH YANG DIKOMPAKSI DI LABORATORIUM

Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS

PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE FELLENIUS (Studi Kasus: Kawasan Citraland)

GESER LANGSUNG (ASTM D

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN PILE DAN SHEET PILE SKRIPSI

MEKANISME KERUNTUHAN LERENG TEGAK DAN TEKNIK PERKUATANNYA DENGAN GEOTEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERENCANAAN STRUKTUR TANGGUL KOLAM RETENSI KACANG PEDANG PANGKAL PINANG DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE OASYS GEO 18.1 DAN 18.2

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Stabilitas Lereng Menggunakan Cerucuk Kayu

PERKUATAN TANAH LUNAK PADA PONDASI DANGKAL DI BANTUL DENGAN BAN BEKAS

TINJAUAN PUSTAKA. tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun oleh : TITIK ERNAWATI

PERKUATAN KOLOM YANG MIRING AKIBAT GEMPA BUMI

BAB III METODE KAJIAN

ANALISIS STABILITAS LERENG PADA BENDUNGAN TITAB

PERENCANAAN JEMBATAN TUKAD YEH POH DENGAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG.

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi oleh ketersediaan lahan, pembangunan pada lahan dengan sifat tanah

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

PERKUATAN TALUD BATU KALI DENGAN METODE GROUTING SEMEN PADA TANAH TIMBUNAN

Transkripsi:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 PERILAKU INTERAKSI AKAR-TANAH PADA SISTEM PERKUATAN TANAH DENGAN TANAMAN RUMPUT AKAR WANGI (VETIVERIA ZIZANIOIDES) Hanggoro Tri Cahyo A. 1, dan Mego Purnomo 1 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Semarang (UNNES) E-mail : hangs.geotek@yahoo.com ABSTRAK Putusnya serat akar, kurang cukupnya perpajangan serat serta serat mengalami selip dan tercabut merupakan respon yang mungkin terjadi pada saat pergeseran suatu komposit akar perkuatan tanah. Studi ini bertujuan untuk memberikan gambaran perilaku dari perkuatan tanah oleh sifat mekanis rumput akar wangi (Vetiveria zizanioides) pada umur tanam 3 bulan. Metode tidak langsung yang digunakan untuk mengestimasi peningkatan kuat geser tanah hasil dari perkuatan tanah oleh sifat mekanis akar adalah pengujian tarik dan cabut akar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem akar serabut pada tanaman rumput akar wangi memiliki panjang akar rata-rata 0,15 meter yang berupa akar halus dengan diameter 0,25 s/d 0,8 mm. Tegangan tarik akarnya memiliki hubungan eksponensial dengan berkurangnya diameter akar sehingga sistem akar serabutnya dapat digunakan sebagai perkuatan tanah. Besarnya kapasitas cabut akar berasal dari distribusi tegangan keseluruhan akar dan akan terjadi redistribusi tegangan untuk setiap akar yang putus. Tegangan yang dapat dimobilisasi oleh individu akar tergantung oleh kapasitas tegangan tarik akar dan besarnya regangan pada saat putusnya akar. Nilai maksimum dari kenaikan kuat geser ( s atau cr) merupakan hasil perhitungan dari kapasitas cabut akar maksimum. Besarnya kapasitas cabut akar berkorelasi positif dengan jumlah akar dan radius distribusi penampang akar. Kata kunci : rumput akar wangi, Vetiveria zizanioides, interaksi akar-tanah 1. PENDAHULUAN Pengembangan teknik konservasi yang berbasis pada kearifan lokal agar memberi manfaat yang optimal dapat menjadi salah satu pilihan, karena masyarakat pada umumnya lebih mudah mengadopsi sesuatu yang sudah mereka kenal. Salah satunya adalah pemanfaatan tanaman rumput akar wangi (Vetiveria zizanioides / Chrysopogon zizanioides) dalam upaya konservasi tanah dan air dikembangkan oleh Bank Dunia di India pada tahun 1980 dengan sebutan sistem Vetiver. Relatif murahnya sistem ini dan sifatnya yang ramah lingkungan, sistem ini dalam 20 tahun terakhir tidak saja sebagai pelindung permukaan lereng dari erosi namun juga berkembang sebagai pengendali longsoran permukaan (kedalaman longsoran < 1,50 meter). Pemanfaatan sistem Vetiver untuk pengendalian longsor permukaan di Indonesia antara lain pada jalan tol Cipularang, di jalur lintas Nagreg, Kab. Bandung dan di daerah Padangsari, Banyumanik pada proyek jalan tol Semarang-Solo. Namun demikian, untuk aplikasi sistem Vertiver pada pengendali longsoran permukaan nampaknya masih membutuhkan studi lebih lanjut. Hal ini mengingat sistem komposit akar perkuatan tanah merupakan material biologis yang kompleks sehingga stabilitas lereng akan sulit diprediksi. Diantara beberapa metode tidak langsung yang tersedia untuk mengestimasi peningkatan kuat geser tanah hasil dari perkuatan tanah oleh sifat mekanis akar adalah pengujian cabut akar. Dalam Gray dan Sotir (1996) dijelaskan bahwa tegangan tarik yang termobilisasi dari serat akar (t R ) bergantung pada besarnya perpanjangan serat dan penjepitan fiber oleh matrik tanah. Mobilisasi secara penuh dapat terjadi hanya jika serat dapat cukup mengalami perpanjangan dan serat di dalam akar tidak mengalami selip atau tercabut dari matrik tanah. Agar serat akar tidak selip atau tercabut, serat akar harus cukup panjang dan mempunyai tahanan geser, tertanam di ujungnya dan atau mengalami tegangan kekang cukup tinggi untuk menambah gesekan pada interface. Putusnya serat akar, kurang cukupnya perpajangan serat dan serat mengalami selip dan tercabut merupakan respon yang mungkin terjadi pada saat pergeseran suatu komposit akar perkuatan tanah. Untuk memberikan gambaran awal tentang perilaku mekanis dari akar tumbuhan rumput akar wangi dan respon interaksi akar-tanah yang kompleks, diperlukan studi perilaku interaksi akar-tanah dengan pengujian tarik dan cabut akar. Studi ini merupakan lanjutan dari penelitian Hanggoro dan Indarto (2008) tentang prediksi peningkatan stabilitas lereng dengan sistem perkuatan rumput akar wangi dengan metode elemen hingga (SSR-FEM). Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta G - 59

Hanggoro Tri Cahyo A. dan Mego Purnomo 2. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Hengchaovanich (2003), longsoran permukaan sedalam 1-1,5 m merupakan masalah terbesar yang dihadapi setelah pembentukan lereng terutama pada daerah dengan hujan yang lama dan intensitas yang tinggi. Pada kasus ini, penanaman rumput akar wangi dapat memperkuat lapisan 1-1,5 m yang cenderung tergelincir seperti pada model mekanisme pengendalian kelongsoran lereng oleh akar wangi. Kriteria keruntuhan yang digunakan dalam analisis stabilitas lereng adalah kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb. Kekuatan geser tanah yang tersedia atau yang dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang bidang gelincir (longsor) adalah : τ = c + (σ - u).tan ϕ dengan, τ = tegangan geser tanah (kn/m 2 ) c = kohesi efektif tanah (kn/m 2 ) σ = tegangan normal (kn/m 2 ) ϕ = sudut geser dalam efektif ( ) u = tekanan air pori (kn/m 2 ) Dalam Gray dan Sotir (1996) dijelaskan secara umum bahwa kemampuan akar meningkatkan kuat geser tanah terutama melalui transfer tegangan geser yang berkembang pada matrik tanah ke dalam tahanan tarik serat akar melalui sudut gesek di sepajang serat akar yang tertanam dalam tanah. Jika diasumsikan serat akar tertanam di dalam tanah dengan orientasi tegak lurus dengan bidang gesernya, pada saat terjadi geseran serat akar akan berdeformasi dan akan menyebabkan serat akar memanjang. Deformasi ini terjadi dengan syarat terdapat cukup gesekan pada interface dan tegangan kekang untuk mengunci serat akar tetap di tempat dan mencegah serat akar mengalami slip atau tercabut. Komponen dari tarikan ini tengensial terhadap zona geser dan secara langsung menahan geseran, sedangkan komponen gaya normal menambah tegangan kekang yang bekerja pada bidang geser. Model sederhana tegak lurus seperti pada Gambar 1, sebenarnya merupakan estimasi rata-rata untuk semua kemungkinan orientasi yang ada dan di dasarkan pada model ini, kenaikan kuat geser komposit serat akar-tanah dapat di berikan oleh persamaan : s = t R (sinθ + cosθ tanϕ) dengan, s = kenaikan kuat geser (kn/m 2 ) t R = tegangan tarik yang termobilisasi dari serat akar (kn/m 2 ) θ = sudut ditorsi geser pada zona geser ( ) ϕ = sudut geser dalam tanah ( ) Gambar 1. Diagram skematik model serat akar tegak lurus (Gray dan Sotir,1996). Tegangan tarik yang termobilisasi dari serat akar (t R ) bergantung pada besarnya perpanjangan serat dan penjepitan fiber oleh matrik tanah. Mobilisasi secara penuh dapat terjadi hanya jika serat dapat cukup mengalami perpanjangan dan serat di dalam akar tidak mengalami selip atau tercabut dari matrik tanah. Agar serat akar tidak selip atau tercabut, serat akar harus cukup panjang dan mempunyai tahanan geser, tertanam di ujungnya dan atau mengalami G - 60 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Perilaku Interaksi Akar-Tanah Pada Sistem Perkuatan Tanah Dengan Tanaman Rumput Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides) tegangan kekang cukup tinggi untuk menambah gesekan pada interface. Putusnya serat akar, kurang cukupnya perpajangan serat dan serat mengalami selip dan tercabut merupakan respon yang mungkin terjadi pada saat pergeseran suatu komposit akar perkuatan tanah. Faktor utama yang mempengaruhi kekuatan geser dari komposit serat akar-tanah adalah kuantitas dan arah distribusi dari akar, kekuatan tarik serat akar, nilai modulus Young s akar, kekuatan geser tanah dan interaksi tanah-akar. Pada perkuatan tanah, sudut gesek dalam tanah (ϕ) pada tanah komposit pada dasarnya konstan sedangkan nilai kohesi nampak (apparent) meningkat dengan peningkatan luas penampang akar (A R ) dan kontibusi kuat tarik akar (t R ). Peningkatan kekuatan geser dapat dipahami sebagai hasil dari peningkatan pada parameter kohesi. (Operstein dan Frydman,2000). Pada studi yang dilakukan Hengchaovanich dan Niolaweera (1996) dalam Truong et al (2007) menyajikan hubungan kuat tarik dan diameter akar untuk rumput akar wangi seperti pada Gambar 2. Hasil uji geser langsung di lapangan menurut Van Beek et al.(2006) dalam Norris dan Greenwood (2006) menunjukkan bahwa untuk jenis rumput akar wangi memiliki kenaikan nilai kohesi (c R ) sebesar 7,50 kn/m 2. Bahkan pada penelitian Cazzuffi et al (2006) peningkatan kenaikan nilai kohesi (c R ) rumput akar wangi yang diuji dengan uji geser langsung diameter 20 cm dapat mencapai 15 kn/m 2. Pada studi yang dilakukan Hengchaovanich dan Niolaweera (1996) dalam Truong et al (2007) pada uji geser blok tanah menunjukkan penetrasi akar rumput akar wangi selama 2 tahun dengan jarak tanam 15 cm dan jarak antar baris 50 cm menghasilkan kenaikan kuat geser rata-rata (c R ) sebesar 5,0 kn/m 2 seperti pada Gambar 3. Menurut Norris dan Greenwood (2006) manfaat yang dapat diyakini dari penambahan nilai kohesi terbatas pada kedalaman yang dangkal sesuai dengan penyebaran akar yang terkonsentrasi terutama pada kedalaman 1 meter. Penambahan nilai kohesi ini lebih cocok untuk jenis tanaman rumput dan semak belukar dimana sebaran kedalaman dari rumput serabut konsisten dan mudah didefinisikan. Pada perkuatan tanah dengan akar rumput akar wangi, efek kenaikan nilai kohesi (c R ) dimasukkan kedalam persamaan kekuatan geser yang yang dapat dikerahkan oleh tanah komposit sehingga menjadi : τ = c + c R + (σ - u).tan ϕ Gambar 2. Hubungan kuat tarik dan diameter akar untuk rumput akar wangi (Hengchaovanich dan Niolaweera (1996) dalam Truong et al (2007)). Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta G - 61

Hanggoro Tri Cahyo A. dan Mego Purnomo Gambar 3. Kenaikan kekuatan geser rumput akar wangi (Hengchaovanich dan Niolaweera (1996) dalam Truong et al (2007)). 3. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam 4 tahapan yang dilakukan selama bulan Juli s/d Oktober 2009 dengan detail kegiatan sebagai berikut : Tahap I : Penyiapan 2 bak kayu 1,0 x 1,0 meter sebagai media penanaman. Pada tahap ini, selain penyiapan bak media tanam juga mengkondisikan lahan menjadi dipadatkan (bidang lahan A) dan tidak dipadatkan (bidang lahan B) yang akan digunakan untuk pengujian cabut akar seperti pada Gambar 4. Selain media tanam bak kayu juga digunakan media tanam di polybag untuk pengujian tarik akar sejumlah 20 batang. Gambar 4. Tanaman akar wangi pada umur 30 hari untuk uji cabut akar. G - 62 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Perilaku Interaksi Akar-Tanah Pada Sistem Perkuatan Tanah Dengan Tanaman Rumput Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides) Tahap II : Tahap III : Tahap IV : Penanaman dan perawatan bibit rumput akar wangi Penanaman bibit rumput akar wangi sebanyak 20 batang dengan jarak penanaman 40 cm pada media bak 1,0 x 1,0 meter dan 20 batang di media polybag. Perawatan dilakukan dengan upaya pemupukan dan penyiraman selama musim kemarau. Pengujian tarik akar dan cabut akar. Tahapan ini dilakukan setelah tanaman berumur 90 hari setelah penanaman bibit, pengujian cabut akar dilakukan pada lahan yang telah disiram air untuk mensimulasikan terjadinya hujan, sedangkan pada uji tarik dilakukan untuk diameter akar yang berbeda. Pada tahapan ini dilakukan pengujian uji geser tanah dan properti tanah baik pada bidang lahan A dan B. Menganalisa data dan mengambil kesimpulan Pada tahapan ini akan dianalisa dalam kondisi tanah dijenuhkan baik pada lahan dipadatkan maupun tidak, respon yang mungkin terjadi pada saat pergeseran suatu komposit akar perkuatan tanah. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik lokasi penelitian Lokasi penanaman berada di Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil UNNES Kampus Sekaran Gunungpati Semarang dengan posisi koordinat UTM x = 434.000 meter, y = 9.220.500 meter dan ketinggian dari muka air laut 187,5 meter. Penanaman dilakukan pada musim kemarau yakni bulan Juli s/d Oktober 2009 dengan temperatur berkisar 25 s/d 32 C. Media tanah yang digunakan sebagai media diambil dari lokasi setempat dengan jenis tanah adalah lanau kelempungan berwarna coklat tua dengan sedikit berpasir. 4.2. Hasil Pengujian Tarik Akar Properti dari akar berupa sifat mekanis uji tarik pada individu akar menjelaskan kapasitas akar untuk menahan tarik dan tegangan geser. Sifat mekanis dari akar ini merupakan kunci untuk memahami perkuatan akar pada lereng. Sebelum pengujian sifat mekanis terlebih dahulu dilakukan pengujian fisik dengan cara mengukur panjang dan diameter setiap akar seperti pada Gambar 5. Gambar 5. Variasi distribusi panjang akar dengan umur tanam 90 hari. Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta G - 63

Hanggoro Tri Cahyo A. dan Mego Purnomo Data uji fisik dari akar kemudian dilihat distribusinya yang dipilih secara acak untuk 6 polybag tanaman akar wangi yang berupa akar serabut seperti pada Gambar 6. Pada tanamam akar wangi dengan umur tanam 90 hari, panjang akar (L) maksimum dapat mencapai 0,65 meter dengan nilai rata-rata 0,15 meter. Untuk pengujian tarik akar, pada akhirnya yang dibaca hanya gaya tarik maksimum yang terjadi. Untuk perpanjangan akar tidak dilakukan karena pada pengujian 10 sampel akar menunjukkan grafik hubungan gaya tarik dan perpanjangan akar yang berbeda-beda sehingga tidak ada pola yang dapat digunakan acuan. Pada saat penarikan akar, terjadi pengelupasan kulit luar akar sehingga nampak akar yang memiliki penampang lingkaran berwana kuning. Hampir semua sampel akar mengalami peningkatan kuat tarik yang signifikan sebelum mengalami putus. Kurva hubungan antar diameter penampang akar dan kuat tarik akar disajikan pada Gambar 7. Untuk 30 sampel akar yang dipilih secara acak, diameter akar untuk masa tanam 90 hari berkisar 0,25 0,8 mm. Hubungan regresi antara diameter penampang akar dan kuat tarik sebelum putus seperti yang diusulkan Hengchaovanich dan Niolaweera (1996) y = 59,8 x -0,5785 mendekati kecenderungan distribusi hasil uji tarik pada penelitian ini. Gambar 6. Distribusi panjang akar hasil 6 polybag rumput akar wangi. 200 Kurva Hubungan Diameter Penampang dengan Tegangan Tarik Akar Tegangan Tarik Akar (MPa) 175 150 125 100 75 50 25 y = 59.8x -0.5785 0 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 Diameter Akar (mm) Gambar 7. Hubungan diameter penampang dan tegangan tarik akar. G - 64 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Perilaku Interaksi Akar-Tanah Pada Sistem Perkuatan Tanah Dengan Tanaman Rumput Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides) 4.3. Hasil Pengujian Cabut Akar Hasil pengujian cabut akar akan menjelaskan interaksi antara akar dan tanah pada saat tanaman akar wangi menahan tegangan geser yang terjadi. Pemahaman tentang respon cabut akar vertikal dari sistem akar membutuhkan pengetahuan tentang sifat mekanis dari akar, sifat fisik dan mekanis dari tanah, interaksi akar-tanah dan bagaimana sistim distribusi beban pada akar individu. Untuk pengujian akar langkah yang dilakukan adalah pemasangan penjepit, penyiapan timbangan digital dengan kapasitas 25 kg dan pembacaan nilai perpindahan dan beban cabut akar seperti pada Gambar 8. (a) (b) (c) Gambar 8. Proses pengujian cabut akar (a) Pemasangan penjepit, (b) Pembacaan beban cabut akar (c) Kondisi akar pasca pencabutan. Setelah uji pencabutan akar dilakukan uji fisik akar seperti pengukuran distribusi panjang akar yang tercabut dan radius distribusi penampang akar (RCSA). Berdasarkan bentuk pola akar dari rumput akar wangi, dapat dilihat bahwa pertumbuhan akar menuju ke arah vertikal dan panjang setiap akar adalah representasi dari maksimum kedalaman yang dapat dicapai oleh individu akar. Pada umur tanam 90 hari, nilai RCSA berkisar antara 15-50 mm dan panjang akar (L) tercabut maksimum 0,12 meter. Hasil pengujian cabut rumput akar wangi untuk kondisi media tanah pada kotak tanam dipadatkan disajikan pada Gambar 9. Sedangkan hasil pengujian cabut rumput akar wangi untuk kondisi media tanah pada kotak tanam tidak dipadatkan disajikan pada Gambar 10. Tanaman rumput akar wangi yang diuji cabut menunjukkan tipikal kurva seperti pada Gambar 10 untuk pengujian sampel No.3. Tanaman yang mengalami gaya cabut akan terus mengalami peningkatan kapasitas seiring dengan perpindahan vertikal yang terjadi, namun setelah mencapai nilai maksimumnya, kapasitas gaya cabut mengalami penurunan dan akar mulai mengalami putus atau selip. Suara pada saat terjadinya putus akar terdengar satu demi satu hingga kapasitas cabut akar menjadi nol. Pengukuran keeratan hubungan di antara hasil-hasil pengamatan dari populasi yang mempunyai dua varibel digunakan pehitungan korelasi bivariate Pearson. Perhitungan ini menyaratkan bahwa populasi asal sampel mempunyai dua varibel dan berdistribusi normal, untuk itu setiap hasil pengamatan perlu diuji dengan rasio Skewness dan Kurtosis seperti pada Tabel 1. Nilai rasio Skewness dan Kurtosis berada di antara -2 sampai dengan Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta G - 65

Hanggoro Tri Cahyo A. dan Mego Purnomo +2 sehingga dapat dikatakan distribusi data adalah normal dan dapat menggunakan perhitungan korelasi bivariate seperti pada Tabel 2. Kapasitas Cabut Akar (N) 75 50 25 Hasil Pengujian Cabut Rumput Akar Wangi pada Tanah Dipadatkan Uji 1 (19 akar L=0,12 m) Uji 2 (27 akar L=0,07 m) Uji 3 (10 akar L=0,075 m) 0 0 25 50 Perpindahan (mm) Gambar 9. Hasil uji cabut akar pada kondisi tanah dipadatkan. Kapasitas Cabut Akar (N) Hasil Pengujian Cabut Rumput Akar Wangi pada Tanah Tidak Dipadatkan 300 250 200 150 100 50 Uji 1 (22 akar L=0,065 m) Uji 2 (44 akar L=0,09 m) Uji 3 (56 akar L=0,10 m) 0 0 25 50 75 Perpindahan (mm) Gambar 10. Hasil uji cabut akar pada kondisi tanah tidak dipadatkan. Tabel 1. Rasio Skewness dan Kurtosis pada hasil uji cabut akar. N Skewness Kurtosis Statistic Statistic Std. Error Ratio Statistic Std. Error Ratio Jumlah Akar 6.713.845 0.843 -.634 1.741-0.364 Panjang Akar 6.758.845 0.897 -.441 1.741-0.253 Jumlah Batang 6.839.845 0.993 -.059 1.741-0.034 Uji Cabut 6 1.536.845 1.818 1.728 1.741 0.993 RCSA 6 1.215.845 1.438 2.111 1.741 1.213 Berkenaan dengan besaran angka korelasi dua variabel, untuk angka korelasi di atas 0,5 menunjukkan korelasi yang cukup kuat, sedangkan di bawahn 0,5 korelasi lemah. Setelah angka korelasi didapatkan, langkah selanjutnya adalah G - 66 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Perilaku Interaksi Akar-Tanah Pada Sistem Perkuatan Tanah Dengan Tanaman Rumput Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides) pengujian signifikansi angka korelasi atau dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua variabel. Untuk nilai signifikan lebih kecil 0,05 menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara dua variabel. Berdasarkan Tabel 2, korelasi positif yang signifikan dengan besarnya kapasitas uji cabut akar adalah besarnya jumlah akar dan RCSA. Tabel 2. Korelasi bivariate Pearson pada hasil uji cabut akar. Jumlah Panjang Jumlah Uji RCSA Akar Akar Batang Cabut Pearson 1.270.811.918 **.934 ** Jumlah Akar Correlation Sig. (2-tailed).605.050.010.006 N 6 6 6 6 6 Pearson.270 1.279.389.449 Panjang Akar Correlation Sig. (2-tailed).605.592.446.372 N 6 6 6 6 6 Pearson.811.279 1.624.666 Jumlah Batang Correlation Sig. (2-tailed).050.592.185.149 N 6 6 6 6 6 Pearson.918 **.389.624 1.913 * RCSA Correlation Sig. (2-tailed).010.446.185.011 N 6 6 6 6 6 Pearson.934 **.449.666.913 * 1 Uji Cabut Correlation Sig. (2-tailed).006.372.149.011 N 6 6 6 6 6 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 4.4. Hasil Pengujian Sifat Mekanis Tanah Sifat mekanis dari tanah lanau kelempungan diuji dengan uji geser tekan bebas (unconfined compression test) dengan tegangan kekang atau tegangan selnya adalah nol. Tegangan aksial yang diterapkan di atas benda uji berangsur-angsuir ditambah sampai benda uji mengalami keruntuhan. Hasil pengujian sifat mekanis dari tanah lanau kelempungan dan properti tanahnya disajikan pada Tabel 3. Nilai derajat kejenuhan (S r ) pada Tabel 3 menunjukkan kondisi tanah yang basah pada media tanah yang dipadatkan dan kondisi tanah sangat lembab untuk media tanah yang tidak dipadatkan. Upaya penjenuhan bak media tanam dengan penyiraman nampaknya tidak cukup untuk membuat benda uji memiliki derajat kejenuhan (S r ) yang mendekati jenuh atau nilainya 100%. Pemadatan tanah manual yang dilakukan pada saat persiapan media tanam menunjukkan perbedaan nilai q u dengan kondisi media tanah tidak dipadatkan untuk kondisi tanpa akar. 4.5. Pembahasan Perilaku Interaksi Akar-Tanah Sistem akar serabut pada tanaman rumput akar wangi pada umur tanam 90 hari rata-rata memiliki panjang akar 0,15 meter dan membentuk distribusi akar yang mengalami reduksi jumlah akar sesuai dengan kedalamannya. Diameter akar terdistribusi 0,25 mm s/d 0,8 mm yang berupa akar yang halus dan tegangan tarik akarnya memiliki hubungan eksponensial dengan berkurangnya diameter akar sehingga sistem akar serabutnya dapat digunakan sebagai perkuatan tanah. Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta G - 67

Hanggoro Tri Cahyo A. dan Mego Purnomo Tabel 3. Hasil properti tanah dan kuat geser tanah berdasarkan uji kuat tekan bebas. No. Uji w γ b γ d e n S r q u c u = q u /2 % kn/m 3 kn/m 3 % kn/m 2 kn/m 2 MEDIA TANAH DIPADATKAN (A) A1 AKAR 42.20 15.14 10.64 1.39 0.58 77.32 16.38 8.19 A2 AKAR 37.16 15.63 11.39 1.23 0.55 76.77 27.20 13.60 A3 AKAR 42.96 14.38 10.06 1.53 0.60 71.54 16.38 8.19 TANPA AKAR 39.62 17.37 12.44 1.04 0.51 96.59 27.28 13.64 MEDIA TANAH TIDAK DIPADATKAN (B) B1 AKAR 22.71 12.46 10.16 1.50 0.60 38.44 6.11 3.06 B2 AKAR 30.24 13.34 10.25 1.48 0.60 51.93 11.43 5.72 B3 AKAR 33.21 13.40 10.06 1.53 0.60 55.31 16.04 8.02 TANPA AKAR 18.03 14.92 12.64 1.01 0.50 45.40 17.79 8.90 G s = 2,54 Pada saat rumput akar wangi mengalami uji pencabutan akar, putusnya akar tidak terjadi secara bersamaan namun terjadi secara bertahap hingga seluruh sistem akar putus. Besarnya kapasitas cabut akar berasal dari distribusi tegangan keseluruhan akar dan terjadi redistribusi tegangan untuk setiap akar yang putus. Tegangan yang dapat dimobilisasi oleh individu akar tergantung oleh kapasitas tegangan tarik akar dan regangan pada saat putusnya akar. Nilai maksimum dari kenaikan kuat geser ( s atau c R ) merupakan hasil perhitungan dari kapasitas cabut akar maksimum. Besarnya kapasitas cabut akar berkorelasi positif dengan besarnya jumlah akar dan radius distribusi penampang akar (RCSA). Tidak bertambahnya nilai kohesi (c u ) pada hasil pengujian geser tanah dengan uji tekan bebas, untuk benda uji yang mengandung akar dibandingkan dengan benda uji tanah asli yang tidak mengandung akar menunjukkan bahwa serat akar dalam benda uji tidak mempunyai tahanan geser yang dapat membantu meningkatkan nilai kohesi (c u ). Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya penjepitan serat akar oleh matrik tanah dan tegangan kekang pada benda uji adalah nol pada saat pengujian geser dengan uji tekan bebas. Untuk itu saat penanaman rumput akar wangi pada lereng diperlukan penguat tanaman sebelum akar mengalami penjepitan serat akar oleh matrik tanah dan tegangan kekang yang cukup tinggi untuk menambah gesekan pada interface. Selain itu kerusakan benda uji yang berupa retakan-retakan yang diakibatkan tidak putus akar pada saat pengambilan benda uji dengan akar dapat membuat nilai kohesi (c u ) lebih rendah dibandingkan dengan kondisi benda uji tanpa akar. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan hasil penelitian adalah sebagai berikut : Pertama, sistem akar serabut pada tanaman rumput akar wangi pada umur tanam 3 bulan rata-rata memiliki panjang akar 0,15 meter yang berupa akar halus. Tegangan tarik akarnya memiliki hubungan eksponensial dengan berkurangnya diameter akar sehingga sistem akar serabutnya dapat digunakan sebagai perkuatan tanah. Kedua, besarnya kapasitas cabut akar berasal dari distribusi tegangan keseluruhan akar dan terjadi redistribusi tegangan untuk setiap akar yang putus. Tegangan yang dapat dimobilisasi oleh individu akar tergantung oleh kapasitas tegangan tarik akar dan regangan pada saat putusnya akar. Nilai maksimum dari kenaikan kuat geser ( s atau c R ) merupakan hasil perhitungan dari kapasitas cabut akar maksimum. Besarnya kapasitas cabut akar berkorelasi positif dengan besarnya jumlah akar dan radius distribusi penampang akar (RCSA). Ketiga, pada saat penanaman rumput akar wangi pada lereng diperlukan penguat tanaman sebelum akar mengalami penjepitan serat akar oleh matrik tanah dan tegangan kekang yang cukup tinggi untuk menambah gesekan pada interface. G - 68 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Perilaku Interaksi Akar-Tanah Pada Sistem Perkuatan Tanah Dengan Tanaman Rumput Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides) Saran yang dapat diberikan agar kekurangan yang terjadi pada saat penelitian sejenis dapat diminimalkan adalah : Pertama, metode penjenuhan perlu disempurnakan agar interaksi antara akar dan tanah pada kondisi tanah jenuh dapat dilihat mekanisme keruntuhannya. Kedua, pengambilan benda uji yang mengandung serat akar perlu mempertimbangkan umur tanaman dan diameter benda uji agar tidak terjadi kerusakan benda uji. 6. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih diberikan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Semarang atas terlaksananya penelitian ini melalui sumber dana penelitian DIPA UNNES tahun 2009. DAFTAR PUSTAKA Cazzuffi, D., Corneo, A., Crippa, E., 2006, Slope stabilisation by perennial gramineae in Southern Italy: plant growth and temporal performance, Geotechnical and Geological Engineering, Springer. Gray, D.H, Sotir, R.B, 1996, Biotechnical and Soil Bioengineering slope Stabilization, John Wiley & Sons, New York. Griffiths D.V, Lane P.A, 1999, Slope Stability Analysis by Finite Elements, Geotechnique, Vol 49 No.3, pp 38t-403. Hengchaovanich, D., 2003, Vetiver System for Slope Stabilization : Reviewer, The 3 th International Conference on Vetiver ICV3, Guangzhou, China Hanggoro, T.C.A., Indarto, H., 2008, Prediksi Peningkatan Stabilitas Lereng Kawasan Wisata Ketep dengan Sistem Perkuatan Rumput Akar Wangi,Simposium Nasional RAPI VII 2008, ISSN : 1412-9612, UMS Surakarta. KEHATI, 2008, Flora Kita - Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Indonesia : Detil data Vetiveria zizanioides Stapf, http://www.kehati.or.id Norris,.J.E, Greenwood, J.R, 2006, Assessing The Role of Vegetation on Soil Slope in Urban Area, IAEG 2006, The Geology Society of London. Operstein, V, Frydman, S., 2000, The Influence of Vegetation on Soil Strength, Jurnal Ground Improvement (2000-4) pp 81-89, Thomas Telford. Truong, P., Van, T.T, Pinners, E., 2007, Vetiver System Application : Technical Reference Manual, The Vetiver Network International, www.vetiver.org. Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta G - 69

Hanggoro Tri Cahyo A. dan Mego Purnomo G - 70 Universitas Udayana Universitas Pelita Harapan Jakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta