BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang no. 2 tahun 2003 menyatakan pendidikan nasional berfungsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan literasi yang sering disebut sebagai kemampuan baca-tulis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga menunjukan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk anak sekolah dan harus dikuasai pada masa awal sekolah. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk dimiliki setiap orang. Literasi adalah proses membaca, menulis, berbicara,


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuni Juniasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baca-tulis atau yang dikenal dengan literasi. Hampir di setiap sekolah

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Program pembelajaran di TK meliputi dua bidang pengembangan, yaitu (1)

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. usia dini sering disebut sebagai the golden ageatau usia emas. Berbagai hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman-pengalaman melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini dimulai masa usia 0 6 tahun. Masa ini

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

K A 2012/2013. Disusun Oleh: YULIANA DEWI A FAKULTA

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BAB I PENDAHULUAN. belum dewasa sehingga perlu diberi pendidikan (Samino, 2011:19). membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. afektifnya. Pada masa usia emas, orang tua mulai memberikan pendidikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu bangsa dapat diukur melalui pelaksanaan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) khususnya pada jalur formal di Taman

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dari membaca. Roger Farr (Damaianti, 2001:4) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk memasuki pendidikan lebih lanjut (Suyadi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

Berbagai Macam Teknik yang dapat dilakukan Pendidik Untuk Menstimulasi Aspek Perkembangan Anak. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dari mereka. Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. anak usia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak Kanak, Raudhatul Athfal,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pendidikan yang dilakukan pada anak sejak lahir hingga usia

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu anugerah yang yang terbesar dan sangat berharga

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

2015 PENGARUH LITERASI KELUARGA TERHADAP MINAT BACA DAN KEMAMPUAN LITERASI DINI SISWA KELAS AWAL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Undang-undang no. 2 tahun 2003 menyatakan pendidikan nasional berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapainya diselenggarakan pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai dengan perguruan tinggi (PT). Pendidikan anak usia dini menjadi perhatian pemerintah saat ini dengan menjadikannya sebagai isu strategis selama 2010 sampai dengan 2014. Dalam rencana strategis pendidikan nasional (RENSTRA) itu, pendidikan PAUD diupayakan untuk dapat mencapai sasaran pada keluasan akses dan mutunya. Dalam kaitannya dengan mutu, sampai saat ini PAUD berjalan dengan lebih mengandalkan upaya parsial yang biasanya dilakukan oleh para guru dan pemilik sekolah yang menawarkan kelebihan masing-masing sekolah. Dalam kaitannya dengan akses, lebih banyak anak usia dini yang belum dapat mengakses PAUD. Dengan demikian pendidikan anak usia dini dengan mengandalkan sekolah belumlah menyelesaikan masalah pengembangan anak sejak dini. Salah satu solusi lain yang tidak kalah potensialnya adalah pendidikan di rumah dengan mengoptimalkan peran dan fungsi orangtua sebagai pendidik pertama bagi anaknya. Orangtua juga memiliki posisi strategis mengingat waktu kebersamaan orangtua dengan anak juga lebih banyak dibandingkan dengan guru PAUD, lebih jauh lagi ikatan orangtua dan anak secara emosional juga lebih erat. Namun demikian, masih banyak orangtua yang kurang terlibat dalam pendidikan anaknya karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan mendidik. Oleh karena itu dibutuhkan program yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam mendidik anak usia dini terutama terkait cara yang tepat dan materi apa yang harusnya diberikan. Kenyataannya di Indonesia, belum ada program seperti ini sebagai upaya terintegrasi yang sistimatis yang dikoordinasikan oleh pemerintah dengan didasarkan pada hasil penelitian dan kajian mendalam seperti yang terjadi di negara lain. Amerika 1

bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk melakukan penelitian yang bertujuan merumuskan dan mengevaluasi efektivitas pendidikan anak dalam kemampuan literasi dasar dan dikenal dengan program yang disebut Early Head Start dan Head Star. Di Israel dikenal Home Instruction for Parents of Preschool Youngsters (HIPPY), di Malaysia dikenal program Nury. Kenyataan lain yang sangat memprihatinkan adalah bahwa kemampuan literasi dan minat baca tulis anak Indonesia masih tertinggal dibandingkan anak di negara lain. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia pada tahun 2006 yg disponsori oleh The International Association for the Evaluation Achievement. Hasil studi mengungkap lemahnya kemampuan siswa kelas IV SD/MI, yang menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan literasi anak Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah dibandingkan dengan 45 negara di dunia (www.iea.nl/pirls20060.html). Selain itu survei terhadap anak kelas 1 dan 2 sekolah dasar dari 17 sekolah di wilayah kota Yogyakarta dan kabupaten Sleman DIY, masih terdapat 12 % yang masih belum lancar membaca kalimat sederhana (Widyana, 2006). Minat membaca dan menulis anak Indonesia berada pada posisi terendah dibandingkan dengan negera Asia Tenggara. Bagan 1 menunjukkan jumlah peminat baca dalam prosentase. Menyadari kondisi di atas maka penting sekali adanya upaya menggalakkan kerjasama antara peneliti, pendidik (orangtua dan guru), dan penentu kebijakan. Kerjasama dalam upaya meningkatkan mutu PAUD agar upaya ini lebih efektif dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini kebijakan yang diambil dan pelaksanaan pendidikan didasarkan pada hasil penelitian (research based) di lapangan yang realistis dan kontekstual sesuai budaya di Indonesia. Untuk tujuan itu maka penelitian tentang anak usia dini atau prasekolah, terutama terkait literasi dasar sebagai materi pertama bagi anak, harus lebih dikembangkan. 2

Bagan 1 Minat baca anak Temuan dari penelitian peneliti sebelumnya yang merupakan hasil survei terhadap orangtua dari 84 anak kelompok bermain dan taman kanak-kanak di sebuah sekolah swasta di Surakarta menunjukkan bahwa: orangtua menghadapi hambatan dalam mengembangkan potensi baca tulis anak berupa anak malas, kurang berminat (37,5%), kurang konsentrasi (32,8%), dan masih suka bermain (10,9%), kurang waktu (6,3%) dan sisanya hambatan fasilitas dan efektifitas pengajaran. Kurangnya minat anak untuk belajar baca tulis sangat menuntut rangsangan dari orangtua. Sayangnya cara orangtua ternyata juga kurang memotivasi karena 61,9% orangtua lebih menggunakan cara mengajarkan langsung keterampilan yang sifatnya kurang menyenangkan. Cara yang bersifat aktivitas bermain hanya dilakukan oleh 38% orangtua. Dari aktivitas bermain ini hanya sedikit yang melakukan aktivitas membaca buku cerita bersama anak (9%). Lima aktivitas yang paling banyak dipilih oleh orangtua bersama anak adalah berturut-turut mewarnai, bernyanyi, menggambar, membaca buku, mendongeng. Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya anak membutuhkan dukungan dari luar untuk lebih tertarik pada kegiatan baca tulis, tetapi ternyata orangtua kurang mampu memberikan dukungan yang dibutuhkan anak. Mayoritas orangtua lebih berorientasi pada hasil belajar keterampilan baca tulis, 3

namun kurang terampil mengajak anak melakukan aktivitas yang menyenangkan. Kebiasaan membaca di rumah juga masih kurang, padahal kebiasaan ini sangat penting untuk mengembangkan kemampuan bahasa maupun pengetahuan tentang tulisan. Data ini cukup mendukung fakta di lapangan bahwa anak lebih banyak dituntut untuk mencapai target akademis berupa hasil keterampilan membaca menulis dibandingkan proses belajar yang menarik dan bermakna dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pembelajaran literasi dasar, lebih fokus pada mengajarkan anak nama alfabet, mengeja huruf, membaca kata dan kalimat. Anak lebih banyak latihan membaca suku kata dan kata, yang bahkan kata-kata itu tanpa makna dan lepas dari konteks cerita. Salah satu teknik pengajaran seperti ini terdapat dalam buku Anak Islam Suka Membaca (AISM) yang banyak diacu oleh sekolah taman kanak-kanak di Jawa Tengah. Selain itu mayoritas guru mulai mengajarkan anak dengan menghafal nama alfabet secara berulang-ulang hanya dengan menggunakan cara anak melihat tulisan di papan tulis dan menirukan guru menyebutkan huruf, suku kata atau kata. Sama sekali tidak menggunakan media atau metode bermain yang lebih multisensoris sehingga potensi yang terasah hanya penglihatan dan pendengaran. Hal ini tentu saja mengabaikan potensi sensorik lainnya seperti indera pengecap, perabaan, penciuman. Metode belajar yang dipilih lebih berorientasi pada mengajarkan langsung pada keterampilan atau skill, kurang diimbangi dengan orientasi holistik yang menyenangkan dan bermakna. Secara kongkrit lebih bersifat visual dan auditif tetapi kurang kinestetik, padahal untuk usia anak prasekolah kemampuan untuk duduk dan berkonsentrasi masih sangat terbatas. Anak prasekolah membutuhkan kesempatan melakukan eksplorasi dan bergerak melatih koordinasi motorik halus dan motorik kasar. Mereka memiliki kebutuhan besar untuk bermain, sehingga proses belajar lebih efektif bila dilakukan sambil bermain. Di sisi lain orangtua memandang lebih sekolah taman kanak-kanak yang meluluskan anak-anak yang sudah mampu membaca tanpa memperdulikan bagaimana cara dan proses pembelajarannya. Kondisi ini mendorong sekolah untuk 4

menjadikan kemampuan baca tulis sebagai target yang harus dicapai dalam proses pendidikan di sekolah taman kanak-kanak dan berakibat menekankan stimulasi kognitif tetapi mengabaikan stimulasi aspek lain dari potensi anak seperti aspek motorik, emosi, sosial, moral. Anak lebih dipandang oleh orangtua dan guru sebagai individu yang pasif menerima informasi bukan subjek yang aktif mengoleh informasi dan menghasilkan kreasi/inovasi. Penelitian-penelitian terakhir tentang literasi dasar membuktikan pentingnya kondisi atau lingkungan rumah yang kaya untuk menstimulasi kemampuan literasi dasar anak prasekolah (Burgess, 2002; Melhuish, 2008, Park, 2008). Kemampuan literasi dasar anak prasekolah dipengaruhi oleh faktor rutinitas keluarga (Churchil & Stoneman, 2004; Johnson, 2008; Serpell dkk., 2002, Weigel dkk., 2010) juga dipengaruhi oleh penggunaan multimedia (Moses, 2008; Lankshear & Knobel, 2003), serta ditentukan oleh keyakinan yang dimiliki orangtua tentang cara tepat menolong anak belajar baca tulis (Weigel dkk., 2008). Meski demikian penelitian tentang bagaimana faktor-faktor dalam keluarga mendukung proses pencapaian kemampuan literasi dasar masih belum banyak dilakukan. Dengan latar belakang ini maka peneliti terpanggil untuk melakukan pengkajian teoretis dan penelitian di lapangan untuk memahami kondisi nyata bagaimana potret proses pendidikan anak usia dini yang berjalan dalam konteks keluarga. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat permasalahan baik dari tataran praktis maupun teoretis. Permasalahan praktis yang dihadapi adalah masih kurangnya mutu dan keluasan akses PAUD. Oleh karena itu mengoptimalkan keterlibatan orangtua di rumah sebagai guru pertama dalam aktivitas literasi bersama anak penting untuk dilakukan. Selain itu bagaimana faktor-faktor dalam keluarga yang penting seperti rutinitas keluarga, penggunaan multimedia, keyakinan orangtua dan aktivitas literasi anak-orangtua mendukung proses pencapaian kemampuan literasi dasar. Permasalahan teoretis saat ini adalah masih kurangnya penelitian di Indonesia yang meninjau kemampuan literasi dasar dan faktor-faktor dalam keluarga secara 5

kontekstual budaya Indonesia. Untuk itu maka rumusan masalah yang ingin dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pencapaian kemampuan literasi dasar anak dalam konteks keluarga? Bagaimana faktor-faktor penting dalam keluarga mendukung proses tersebut? 6