GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR Keluhan muskuloskeletal merupakan salah satu permasalahan umum yang dialami penjahit dalam menjalankan pekerjaannya. Keluhan muskuloskeletal terjadi apabila adanya kelelahan dan keletihan secara terus menerus yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang ditandai dengan hilangnya kemauan untuk bekerja, sehingga berakibat pada kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keluhan muskuloskeletal pada penjahit di kota Denpasar. Desain penelitian ini adalah deskriptif cross sectional, dengan jumlah responden 60 orang penjahit di kota Denpasar yang diminta untuk mengisi kuesioner Nordic Body Map. Kemudian hasil penelitian ditampilkan melalui tabel dan diagram. Hasil studi didapatkan enam keluhan muskuloskeletal terbesar yang dialami penjahit di kota Denpasar yaitu punggung 47 orang (78,3%), pinggang 44 orang (73,3%), leher bagian atas 38 orang (63,3%), bahu kanan dan pantat 36 orang (60,0%), bokong 35 orang (58,3%), leher bagian bawah dan betis kanan 33 orang (55,0%). Hal ini disebabkan karena postur kerja penjahit yang lebih banyak duduk. Untuk itu peneliti menyarankan agar penjahit duduk dengan posisi tubuh tegak dan bersandar pada sandaran kursi. Serta melakukan peregangan otot setelah 30-60 menit bekerja untuk mengurangi nyeri. Kata Kunci: Keluhan muskuloskeletal, postur kerja, penjahit vi
DESCRIPTION OF MUSCULOSKELETAL DISORDERS AT THE TAILOR IN DENPASAR CITY Musculoskeletal disorders is one of the common problems experienced tailors in the work. Musculoskeletal disorders occur when the presence of fatigue and exhaustion continuously which can lead to a decrease in work capacity and endurance which is characterized by the loss of the will to work, resulting in accidents. This study aims to describe musculoskeletal disorders at the tailor in the Denpasar city. This study was a descriptive cross sectional study, the number of respondents are 60 people in the Denpasar city, tailor requested to fill out a Nordic Body Map questionnaire. Then the results displayed through tables and diagrams. The results obtained six largest musculoskeletal disorders experienced at the tailors in Denpasar city which, backs 47 people (78.3%), waist 44 people (73.3%), top of neck 38 people (63.3%), right shoulder and lower buttocks 36 persons (60.0%), upper buttocks 35 people (58.3%), lower neck and right calf 33 people (55.0%). This is because of the tailor posture more sitting at the sewing machine. Researchers suggested that tailors sit at upright body position and leaning on the back of the chair. And stretch the muscles after 30-60 minutes of work to reduce pain. Keywords: Musculoskeletal disorders, work posture, tailor vii
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.4 Manfaat Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspek Ergonomi... 5 2.1.1 Definisi Ergonomi... 5 2.1.2 Tujuan Ergonomi... 6 2.1.3 Aplikasi/Penerapan Ergonomi... 6 2.1.4 Sasaran Ergonmi... 9 2.2 Postur Kerja... 9 2.2.1 Definisi Postur Kerja... 9 2.2.2 Resiko Postur Kerja Pada Penjahit... 12 2.3 Keluhan Muskuloskeletal... 14 2.3.1 Definisi Keluhan Muskuloskeletal... 14 viii
2.3.2 Faktor Keluhan Muskuloskeletal... 16 2.3.3 Pengukuran Keluhan Muskuloskeletal Menggunakan Nordic Body Map... 18 2.3.4 Pencegahan dan Pengendalian Keluhan Muskuloskeletal... 19 2.3.4.1 Pencegahan Keluhan Muskuloskeletal... 19 2.3.4.2 Pengendalian Keluhan Muskuloskeletal... 21 BAB III KERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berpikir... 23 3.2 Kerangka Konsep... 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian... 25 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 25 4.3 Populasi dan Sampel... 25 4.4 Kriteria Insklusi dan Eksklusi... 26 4.5 Variabel... 26 4.6 Definisi Operasional Variabel... 27 4.7 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data... 28 4.8 Analisis Data... 29 4.9 Kelemahan Penelitian... 29 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden... 30 5.2 Kejadian Keluhan Muskuloskeletal... 32 5.3 Tingkat Keluhan Muskuloskeletal... 38 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan... 42 6.2 Saran... 42 DAFTAR PUSTAKA... 43 LAMPIRAN... 46 ix
DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Karakteristik responden... 30 Tabel 5.2 Distribusi keluhan muskuloskeletal yang dialami penjahit... 32 Tabel 5.3 Distribusi skor keluhan muskuloskeletal yang dialami penjahit... 40 x
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Nordic Body Map... 19 Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24 Gambar 5.1 Diagram Enam Besar Keluhan Muskuloskeletal pada Penjahit di Kota Denpasar... 35 xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Informed Consent... 46 Lampiran 2. Formulir Data Subjek dan Kuesioner Nordic Body Map... 47 Lampiran 3. Data Hasil Penelitian... 48 xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada otot yang disebabkan oleh faktor-faktor kerja dan lingkungan saat melakukan pekerjaan. Keluhan muskuloskeletal merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi dalam dunia pekerjaan. Salah satu pekerjaan yang sedang berkembang di Indonesia saat ini adalah bidang industri. Di bidang industri terdapat banyak tenaga kerja yang memerlukan perhatian lebih mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Tenaga kerja mempunyai peranan penting dalam pembangunan sebagai unsur penunjang keberhasilan pembangunan nasional. Karena tenaga kerja mempunyai hubungan dengan perusahaan dan mempunyai kegiatan usaha yang produktif. Disamping itu tenaga kerja sebagai suatu unsur yang langsung berhadapan dengan berbagai akibat dari kemajuan teknologi di bidang industri sehingga sewajarnya kepada mereka diberikan perlindungan pemeliharaan kesehatan dan pengembangan terhadap kesejahteraan atau jaminan sosial (Suma mur 1996 dalam Wulandari 2011) Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 berbunyi Upaya meningkatkan derajat kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi (Yusnani, 2012) xiii 1
Kegiatan menjahit merupakan salah satu pekerjaan yang membutukan keterampilan dan ketelitian salah satunya adalah menjahit pakaian. Menjahit pakaian bisa dijadikan sebagai salah satu profesi mata pencaharian di masyarakat. Menjahit pakaian bisa dilakukan dengan tangan menggunakan jarum tangan ataupun mesin jahit. Untuk menghasilkan sebuah pakaian penjahit membutuhkan kerja dalam waktu yang cukup lama dalam posisi tertentu. Kondisi yang lama dalam posisi tertentu akan menimbulkan hal negatif pada tubuh salah satunya masalah pada muskuloskeletal. Di Indonesia pola penyebab kematian bergeser dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Pada tahun 1980, 69,49% kematian disebabkan penyakit menular PM dan tahun 2001 menurun menjadi 44,57, sedangkan kematian karena penyakit tak menular meningkat dari 25,41% menjadi 46,1% dan 48,53% pada tahun 2000. Penyebab utama kematian berdasarkan survei tersebut adalah penyakit sirkulasi (26,4%), infeksi (22,9%), pernafasan (12,7%), neoplasma (6,0%) dan kecelakaan (5,6%) (Riyadina, 2008). Menurut International Labor Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya. Penyakit akibat pekerjaan tersebut yang paling banyak adalah keluhan muskuloskeletal (Buchari, 2007). WHO tahun 2003 melaporkan gangguan otot rangka (musculoskeletal disorder) adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi dan diperkirakan xiv 2
mencapai 60% dari semua penyakit akibat kerja. Menurut Depkes RI tahun 2005, 40,5%pekerja di Indonesia mempunyai keluhan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaannya dan diantaranya adalah gangguan otot rangka sebanyak 16% (Lusianawaty, 2009). Profesi sebagai penjahit juga akan menghadapi risiko pekerjaan. OSHA menjelaskan beberapa kegiatan didalam pekerjaan penjahit yang memiliki risiko. Yaitu risiko yang ditimbulkan oleh desain kerja, dalam pekerjaan menjahit adalah desain kursi, desain meja jahit dan pedal pada meja jahit. Risiko akan aktifitas pekerjaan yang dilakukan seperti menggunting, membuat pola, menjahit dan postur tubuh saat melakukan aktifitas kerja (Aryanto, 2008). Gangguan otot rangka dapat terjadi pada berbagai bagian tubuh seperti bagian pinggang, leher, bahu, siku lengan dan pergelangan tangan/tangan. Gangguan otot rangka pada ekstremitas atas merupakan dua pertiga dari seluruh gangguan otot rangka akibat kerja. Faktor ada pekerjaan yang berperan penting pada gangguan otot rangka adalah gerakan berulang, gerakan dengan tenaga yang kuat, penekan, posisi kerja yang menatap atau tidak ergonomis dan getaran. Faktor tersebut menyebabkan inflamasi pada tendon dan sendi yang akan menekan dan merusak saraf, sehingga menimbulkan keluhan nyeri, kesemutan dan kelemahan (Lusianawaty, 2009). Melihat latar belakang tersebut munculah gagasan dari penulis untuk melakukan kajian mengenai gambaran keluhan muskuloskeletal pada penjahit di kota Denpasar. xv 3
1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang muncul dalam kajian ini adalah bagaimana gambaran keluhan muskuloskeletal pada penjahit di kota Denpasar. 1.3 Tujuan penulisan Tujuan penulisan dari karya tulis ini adalah untuk mengetahui gambaran keluhan muskuloskeletal pada penjahit di kota Denpasar. 1.4 Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ini adalah: 1. Memberikan kontribusi kepada masyarakat mengenai gambaran keluhan muskuloskeletal pada penjahit di kota Denpasar. 2. Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi mengenai gambaran keluhan muskuloskeletal pada penjahit di kota Denpasar. xvi 4