PEMETAAN LAHAN DAERAH IRIGASI KRITIS DI UPTD PENGAIRAN PUJON KABUPATEN MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DAN KERUSAKAN HUTAN TERHADAP KOEFISIEN PENGALIRAN DAN HIDROGRAF SATUAN

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2

III. KEADAAN UMUM LOKASI

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK

ABSTRAK Faris Afif.O,

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFICATION OF FLOOD PRONE AREA WITH GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (CASE STUDY : PADANG CITY)

C I N I A. Pemetaan Kerentanan Tsunami Kabupaten Lumajang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Dosen, FTSP, Teknik Geofisika, ITS 5

ANALISIS KAWASAN RAWAN BENCANA TANAH LONGSOR DI DAS KONTO HULU MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan

BAB IV METODE PENELITIAN

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI KASUS KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

ABSTRAK Kata Kunci : Lahan kritis, Geographic Information Sistem (GIS), Daerah Irigasi

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

Dana Rezky Arisandhy (1), Westi Susi Aysa (2), Ihsan (3) Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

Analisis DAS Sambong Dengan Menggunakan Aplikasi GIS

HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ARAHAN PEMANFAATAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN FAKTOR KEBENCANAAN (Wilayah Studi Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

R. Prayudha Chandra Putra, Nurudin Santoso 1, Ekojono 2. Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang.

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah rawan bencana.

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

ABSTRACT PREDICTION EROSION, LAND CAPABILITY CLASSIFICATION AND PROPOSED LAND USE IN BATURITI DISTRICT, TABANAN REGENCY, BALI PROVINCE.

Transkripsi:

1 PEMETAAN LAHAN DAERAH IRIGASI KRITIS DI UPTD PENGAIRAN PUJON KABUPATEN MALANG Kiki Frida Sulistyani 1), Galih Damar Pandulu 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang email 1) : galih_damarpandulu@yahoo.co.id Abstract This study expects Mapping Critical Area of Irrigation Land in UPTD Pujon to determine the criticality of the watershed is in the context of decision making related to issues of conservation and watershed management, especially in the handling of the floods and damage to watersheds in order to maintain food security. The purpose of this study is the availability of topographic maps, land cover map, prone to flooding map, Critical Areas Map UPTD Pujon Territory. Results from this study is the existence of maps and data as well as information related to critical areas and disaster-prone of districts in Malang, especially the working area UPTD SDA and Irrigation of Pujon. The research method used 1. Assessment Analysis of disaster prone regions namely climatic conditions, from the monthly climatological data that include wind speed, temperature, humidity, solar radiation and daily rainfall data. Assessment is for the provision of value in the slope class, soil texture class, the land cover and rainfall class. Weighting is giving value for each parameter influenced. 2. Analysis of the level of vulnerability and the risk of flooding to the determination of the value of vulnerability and risk of an area against floods. The results of this study can be found in the area of critical land Pujon districts, while the level of vulnerability to flooding obtain flood prone land area of 46.87 km 2 and is very prone to flood an area of 2.89 km 2. From this study can be used as the basis for decision-making on land use data changes so that the future use of land could be more ideal and friendly environmental Kata kunci: Critical Irrigation Area, Mapping, UPTD Pujon PENDAHULUAN Bencana merupakan hasil interaksi alam dengan manusia.ketika peristiwa geologi tidak mempengaruhi dan merugikan manusia maka hal tersebut dengan kegiatan alam biasa.sedangkan peristiwa geologi yang mengakibatkan kerugian bagi manusia disebut bencana alam.peristiwa geologi ini tidak dapat kita cegah atau tunda tapi hanya dapat kita hindari dan antisipasi sebelum terjadinya peristiwa geologi tersebut atau disebut mitigasi. Malang Raya yang terletak di Provinsi Jawa Timur selain memiliki kekayaan sumber daya alam yang luar biasa juga menyimpan potensi bencana geologi.berbagai potensi bencana mengancam di daerah Malang Raya. Secara umum geologi daerah Malang Raya dikelilingi gunung berapi di timur dan baratnya.sedangkan di bagian selatan terdiri dari perbukitan berumur tersier dan laut indonesia selatan. Berbagai kondisi ini rawan kebencanaan antara lain: erupsi gunung berapi, potensi tanah longsor, banjir bandang dan gempa bumi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah memetakan wilayah yang berpotensi rawan bencana,

2 sesuai tingkat konstruksi tanah dengan kemiringan tertentu.hal ini agar bisa memudahkan antisipasi penanganannya. Di Kabupaten Malang, ada wilayah yang setiap tahun dilanda bencana longsor lantaran tanahnya miring antara lain di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Pujon dan Ampelgading. Wilayah lain dengan kategori bencana banjir antara lain, Kecamatan Ngantang, Pujon dan Kasembon. Daerah- daerah ini menerima banjir kiriman dari sungai Brantas.Jika hujan deras, biasanya meluap dan meluber.sering menimbulkan korban. Kejadian bencana yang disebabkan oleh daya rusak air di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Sumber Daya Air (SDA) dan Irigasi Pujon memerlukan upaya pencegahan dan penanganan yang baik dan efektif.kerusakan kawasan resapan air dan penggunaan lahan yang tidak sesuai peruntukan serta kegiatan pengolahan lahan yang tidak memperhatikan konsep konservasi menyebabkan semakin meningkatnya kejadian bencana pada daerah rawan bencana. Wilayah kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon meliputi 3 (tiga) kecamatan, yaitu sebagian Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang dan Kecamatan Kasembon dengan total luas wilayah kerja ± 346,30 km2. UPTD SDA dan Irigasi Pujon terdiri dari 8 (delapan) juru dalam menjalankan tugasnya, yaitu Juru Banu, Jombok, Kaweden, Lemurung, Pait, Pujon, Sembaluh, dan Sekar. Disamping faktor geografi dan geologi, kejadian bencana dapat dipicu karena perencanaan tata ruang dan pengelolaan serta pengolahan lahan yang tidak memperhatikan aspek konservasi disamping adanya pengaruh perubahan iklim yang terjadi.minimnya data dan informasi serta keterbatasan sumber daya manusia baik kualitas maupun kuantitas menyebabkan pengelolaan daerah irigasi kritis dan rawan bencana menjadi tidak efektif. Penelitian ini mengharapkan adanya Pemetaan Lahan Daerah Irigasi Kritis di UPTD Pengairan Pujon guna mengetahui kekritisan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam rangka pengambilan keputusan terkait dengan masalah-masalah konservasi dan pengelolaan DAS terutama dalam penanganan bencana banjir dan kerusakan daerah aliran sungai dalam rangka mempertahankan ketahanan pangan. Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah tersedianya Peta Topografi, Peta Penutupan Lahan, Peta Rawan banjir, Peta Daerah Kritis Wilayah UPTD Pujon yang sangat diperlukan untuk penyusunan program pengelolaan/pembangunan Daerah Irigasi dalam rangka mempertahankan ketahanan pangan di Kabupaten Malang khususnya daerah UPTD Pujon. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Sumber Daya Air (SDA) dan Irigasi Pujon Kabupaten Malang pada bulan Mei-Juni 2016. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

3 menjelaskan keadaan status fenomena yaitu mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sesuatu sesuai dengan fenomena atau gejala yang terjadi. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam menggambarkan fakta-fakta yang ada di lapangan dilakukan melalui pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui observasi lapangan yaitu melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung pada lokasi yang diteliti, yang mencakup daerah UPTD Wilayah Pujon menggunakan foto udara, Global Positioning System (GPS, dan penggunaan alat theodolith. Sedangkan data sekunder yaitu data yang didapatkan dari Dinas dan Instansi terkait diwilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Sumber Daya Air (SDA) dan Irigasi Pujon Kabupaten Malang dan instansi lainnya yang mempunyai kaitan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Peta Topografi, Peta Administrasi, Peta Tata Guna Lahan, Data Hidrologi tahun 2010-2015, Data Klimatologi dan Data Kejadian Bencana tahun 2015. Metode Analisis Data Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis penilaian daerah rawan bencana dan analisis tingkat kerawanan dan resiko banjir.analisis daerah rawan bencana meliputi analisis kondisi iklim, penilaian dan pembobotan. Analisis kondisi iklim bertujuan untuk mengetahui kondisi klimatologi yang terdapat pada data yang tercatat di stasiun klimatologi yang diperkirakan cukup mewakili untuk daerah studi. Data klimatologi bulanan yang akan digunakan antara lain kecepatan angin, suhu, kelembaban udara, lama penyinaran matahari dan data curah hujan harian. Selanjutnya dilakukan penilaian yaitu pemberian nilai terhadap masing-masing kelas dalam tiap parameter.pemberian nilai ini didasarkan pada pengaruh kelas tersebut tehadap banjir. Semakin tinggi pengaruhnya terhadap banjir, maka nilai yang diberikan akan semakin tinggi.pemberian nilai meliputi kemiringan lahan, tekstur tanah, penutupan lahan, curah hujan, dan buffer sungai.selanjutnya dilakukan pembobotan yaitu pemberian bobot pada peta digital terhadap masing-masing parameter yang berpengaruh terhadap banjir.makin besar pengaruh parameter terhadap kejadian banjir maka bobot yang diberikan semakin tinggi. Analisis tingkat kerawanan dan resiko banjir ditujukan untuk penentuan nilai kerawanan dan resiko suatu daerah terhadap banjir. Nilai kerawanan suatu daerah tehadap banjir ditentukan dari total penjumlahan nilai seluruh parameter yang berpengaruh tehadap banjir. Nilai kerawanan ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Keterangan: K = Nilai kerawanan

4 Wi = Bobot untuk parameter ke-i Xi = Nilai kelas pada parameter ke-i Untuk menetukan lebar interval masingmasing kelas dilakukan dengan membagi sama banyak nilai-nilai yang didapat dengan jumlah interval kelas yang ditentukan dengan persamaan sebagai berikut: Keterangan: i = Lebar interval R = Selisih nilai maksimum dan nilai minimum n = Jumlah kelas kerawanan banjir Daerah yang sangat rawan terhadap banjir akan mempunyai total nilai yang tinggi dan sebaliknya daerah yang tidak rawan terhadap banjir akan mempunyai total nilai yang rendah.selanjutnya tingkat kerawanan banjir berdasarkan nilai kerawanan penjumlahan nilai masing-masing parameter banjir dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Kerawanan Banjir (Primayuda, 2006) Tingkat Eq Nilai Sangat Rawan {(i + Min) + i} 7.1 Rawan ((i + Min) + 0.1) s/d ((i + Min) + 0.1) + i 5.9 7 Aman i + Min 5.8 Masing-masing kelas kerawanan banjir tersebut mempunyai kharakteristik banjir yang dapat dilihat berdasarkan frekuensi, durasi, dan kedalaman kejadian banjir (Tabel 2). Tabel 2. Karakteristik Banjir berdasarkan Kelas Kerawanan (Primayuda, 2006) Kelas Keraw anan Aman Hampir tidak banjir Rawan 1 2 tahun Sangat Rawan Karakteristik Banjir Frekuensi Duras i (hari) Setiap tahun - - Kedalama n genangan (m) 1-2 0.5-1.0 2-15 0.5-3.0 HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Malang secara geografis berbatasan dengan enam Kabupaten dan Samudera Indonesia. Sebelah Utara- Timur berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lumajang. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Blitar. Sebelah Barat-Utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Mojokerto. Luas wilayah Kapubaten Malang adalah 3.534,86 km2 dan terdiri dari 33 kecamatan, 12 kelurahan dan 378 desa.kabupaten Malang terletak pada 112 35`10`` sampai 112 57`00`` Bujur Timur 7 44`55`` sampai 8 26`35`` Lintang Selatan. Dengan kondisi di atas, maka Kabupaten Malang adalah kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi. Sebagian besar wilayahnya berupa

5 pegunungan. Bagian barat dan barat laut berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Arjuno (3.339 m) dan Gunung Kawi (2.651 m). Di pegunungan ini terdapat mata air Sungai Brantas, sungai terpanjang di Jawa Timur. Bagian timur merupakan kompleks Pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, dengan puncaknya Gunung Bromo (2.392 m) dan Gunung Semeru (3.676 m). Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa. Kota Malang sendiri berada di cekungan antara kedua wilayah pegunungan tersebut. Bagian selatan berupa pegunungan dan dataran bergelombang. Dataran rendah di pesisir selatan cukup sempit dan sebagian besar pantainya berbukit. Kecamatan yang termasuk dalam wilayah kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon meliputi 3 (tiga) kecamatan, yaitu sebagian Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang dan Kecamatan Kasembon dengan total luas wilayah kerja ± 346,30 km2. Peta Administrasi Wilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon dapat dilihat pada Gambar 1. sebagai dasar dalam proses perencanaan dan proses pengembangan wilayah. Karakteristik fisik geologi berupamorfologi, topografi, litologi, hidrologi, hidrogeologi, klimatologi, dan topografi. Morfologi Bentang alam pada lokasi studi, adalah pegunungan sehingga lahan berbukit. Topografi Jenis tanah di lokasi studi adalah tanah pesolik, topografi sebagian besar wilayah adalah dataran dengan ketinggian + 0-460 m di atas permukaan air laut, dengan kemiringan kurang dari 15% dan datar 85%, dengan curah hujan rata-rata 1.500 mm pertahun. Wilayah kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon memiliki topografi yang bervariasi, perpaduan daratan yang cukup landai dan perbukitan bergelombang yang curam. Topografi wilayah studi terdiri dari 1/4 bagian wilayah datar dan 3/4 bagian wilayah dataran tinggi(relatif curam). Peta Topografi Wilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 1.Peta Administrasi Wilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon Setiap wilayah memiliki karakteristik berbeda-beda yang bisa digunakan Gambar 2. Peta Topografi Wilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon

6 Wilayah kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujonmempunyai ketinggian antara 200 sampai dengan 2.600 m di atas permukaan air laut. Sedangkan persentase kemiringan lahan di Wilayah Kerja UPTD SDA & Irigasi Pujon dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3. Tabel 3.Tingkat Kelerengan Lahan di Wilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon Tahun 2016 No. Kelas Lereng Luas (km2) % 1 0-8 % 56,94 16,44 2 8-15 % 74,35 21,47 3 15-25 % 80,11 23,13 4 25-40 % 76,90 22,20 5 > 40 % 58,01 16,75 Total 346,30 100,00 Sumber: Data Primer (2016). SDA dan Irigasi Pujon, penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Penggunaan Lahan di Wilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon Tahun 2016 No. Penggunaan Lahan Luas (km 2 ) (%) 1 Air 3,74 1,08 2 Hutan 93,25 26,93 3 Kebun 66,07 19,08 4 Padang Rumput/Tanah Kosong 5,21 1,50 5 Pemukiman 17,51 5,06 6 Rawa 0,02 0,01 7 Sawah 56,50 16,31 8 Semak Belukar 30,43 8,79 9 Tanah Ladang 73,57 21,24 Jumlah 346,30 100,00 Sumber: Data Primer (2016). Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa penggunaan lahan terbesar adalah Hutan dan Tanah Ladang, yaitu masing-masing sebesar 26,93% dan 21,24%. Kawasan hutan sebagian besar terdapat di wilayah bagian selatan dan timur laut wilayah studi yang merupakan daerah dataran tinggi, sedangkan kawasan tanah ladang berada tersebar hampir di seluruh bagian wilayah studi (Gambar 4). Gambar 3.Peta Kelerengan LahanWilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon Tata Guna Lahan Sebagian besar wilayah studi merupakan kawasan ladang, persawahan, dan hutan. Luas lahan ladang di wilayah studi mencapai 324,04 km2, sawah 238,58 km2, tambak dan hutan 225,54 km2. Penggunaan lahan adalah informasi yang menggambarkan sebaran pemanfaatan lahan yang ada. Di Wilayah Kerja UPTD Gambar 4. Peta Penggunaan LahanWilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon

7 Kondisi Hidrologi Secara hidrologis, wilayah studi terdiri atas lebih dari 20 sungai dengan Sungai Konto merupakan sungai terbesar beserta puluhan anak-anak sungainya. Aliran sungai tersebut sudah banyak dimanfaatkan baik untuk air minum maupun irigasi dan sudah banyak bangunansumber daya air seperti waduk dan bendung irigasi, salah satunya adalah Waduk Selorejo. Sebagaimana pada umumnya, wilayah studi mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 jenis setiap tahunnya,yaitu musim kemarau dan musim penghujan dengan intensitas hujan yang relatif tinggi setiap tahunnya. Namun akhir-akhir ini dengan perubahan anomali cuaca maka siklus hujan menjadi tidak menentu. Jumlah hujan tahunan di wilayah studi rata-rata sebesar ± 2500 mm. Gambar 5. Peta Geologi Wilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon Kondisi Geologi Regional Secara geologis, wilayah kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon hanya memiliki satu jenis batuan yaitu hasil gunung api kwarter muda. Karakteristik geologi merupakan formasi Anjasmoro Tua dan Muda dengan batuan berupa breksi gunungapi, lava, tuf, lahar, retas; dengan kemiringan lereng 21-55%; dan macam tanah kompleks Andosol Grumosol dan Mediteran. Tabel 5. Jenis Tanah di Wilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon No. Jenis Tanah Luas (km2) (%) 1 Andosol 106,53 30,76 2 Mediteran 53,60 15,48 3 Grumosol 186,17 53,76 Total 346,30 100,00 Sumber: Data Primer (2016). Gambar 6. Peta Jenis Tanah Wilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon Penilaian 1. Skoring Kelas Kemiringan Lahan Dalam penilaian kelas kemiringan lahan, maka semakin curam kelerengan maka nilai akan semakin besar. Tabel 6.Penilaian Kelas Kemiringan Lahan diwilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon Tahun 2016 No. Lereng Nilai Luas (km2) 1 0-8 % 9 56,94 2 8-15 % 7 74,35 3 15-25 % 5 80,11 4 25-40 % 3 76,90 5 > 40 % 1 58,01 Total 346,30 Sumber: Data Primer yang diolah (2016).

8 2. Skoring Kelas Tekstur Tanah Pemberian nilai untuk daerah yang memiliki jenis tanah dengan tekstur tanah yang halus maka nilainya semakin tinggi.hasil penilaian penilaian kelas tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. PenilaianKelas Tekstur Tanahdi Wilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon Tahun 2016 No. Jenis Tanah Skor Luas (km2) 1 Mediteran 3 53,60 2 Andosol 3 106,53 3 Grumosol 7 186,17 Total 346,30 Sumber: Data Primer yang diolah (2016). 3. Skoring Penutupan Lahan Penggunaan lahan akan berperan pada besarnya air limpasan hasil dari hujan yang telah melebihi laju infiltrasi. Hasil penilaian kelas penutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Penilaian Penutupan Lahandi Wilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon Tahun 2016 No. Penggunaan Lahan Nilai Luas (km 2 ) 1 Air 9 3,74 2 Hutan 5 93,25 3 Kebun 1 66,07 4 Padang Rumput/Tanah Kosong 7 5,21 5 Pemukiman 3 17,51 6 Rawa 7 0,02 7 Sawah 9 56,50 8 Semak Belukar 9 30,43 9 Tanah Ladang 9 73,57 Total 346,30 Sumber: Data Primer yang diolah (2016). 4. Skoring Kelas Curah Hujan Curah hujan di UPTD Pengairan Pujondi nilai scoring 5 karena termasuk dalam kategori sedang/lembab karena memiliki curah hujan tahunan 2000-2500 mm. 5. Skoring Kelas Buffer Sungai Penilaian kelas buffer sungai, maka wilayah studi terbagi menjadi 3 bagian, sedangkan untuk wilayah dengan jarak lebih dari 250 m dari sungai, maka diasumsikan termasuk dalam wilayah ketiga (101-250 m). Pembobotan Bobot pada parameter berbeda pada masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pembobotan Parameter No. Parameter Bobot 1 Kelerengan 20% 2 Jenis Tanah 20% 3 Curah Hujan 10% 4 Penggunaan Lahan 20% 5 Buffer Sungai 30% Total 100% Sumber: Data Primer yang diolah (2016). Analisis Tingkat Kerawanan dan Resiko Banjir Berdasarkan analisa dan penilaian, maka dilanjutkan analisa overlay peta dan pembobotan tingkat kerawanan banjir yang dapat dilihat pada Tabel 10.

9 Tabel 10. Tingkat Kerawanan Banjir No. Nilai Total Tingkat Kerawanan Luas (km2) 1 2,40 5,80 Aman 296,54 2 6,00 7,00 Rawan 46,87 3 7,20 7,60 Sangat Rawan 2,89 Total 346,30 Sumber: Data Primer yang diolah (2016). Gambar 7. Peta Kekritisan Lahan Lokasi Wilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon Gambar 8. Peta Kerawanan Banjir Wilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon KESIMPULAN Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Di dapatkan lahan kritis terdapat di wilayah kecamatan Pujon. 2. Tingkat kerawanan banjir didapatkan lahan rawan banjir seluas 46,87 km 2 dan sangat rawan banjir seluas 2.89 km 2. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Direktur Jenderal Penguatan Riset dan pengembangan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia yang telah membiayai penelitian ini dan instansi di Wilayah Kerja UPTD SDA dan Irigasi Pujon serta instansi terkait atas informasi, data, dan partisipasi dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1987. Studi Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Pengelolaan Wilayah Sungai Kali Konto, Malang Fakultas Teknik Pengairan Universitas Brawijaya. Anonim, 2007, Pengelolaan Sumber Daya Air terpadu di daerah aliran Sungai Kali Brantas, Jawa Timur Arsyad, S.1989. Konservasi Tanah dan Air, IPB Bogor Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Malang, Pemkab. Gambaran Umum Kabupaten Malang. http://www. malangkab.go.id/ Primayuda, Aris. 2006. Pemetaan Daerah Rawan dan Resiko Banjir Menggunakan Sistem Informasi

10 Geografis, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soemarto, C.D.1986.Hidrologi Teknik. Usaha Nasional. Surabaya Soewarno.1995. Hidrologi Jilid 1 dan 2. Penerbit Nova. Bandung Suyono, S. 1999. Hidrologi Untuk Pengairan. Cetakan Kedelapan. Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta UPTD PUJON Kabupaten Malang. 2014. Wilson, E.M. 1980. Hidrologi Teknik. Terbitan Keempat ITB Bandung..