BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. sampai matinya salah seorang suami istri. Inilah sebenarnya yang dikehendaki

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

BAB I PENDAHULUAN. keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syariat. bahagia yang penuh ketenangan hidup dan rasa kasih sayang 2.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974.

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Dan Dasar Hukum Hakim. Berdasarkan keterangan pemohon dan termohon serta saksi-saksi dari

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS NASAB DAN KEWAJIBAN NAFKAH ANAK YANG DI LI AN AYAHNNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA INDONESIA

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB IV ANALISIS GUGATAN SUAMI DALAM HAL MENGINGKARI KEABSAHAN ANAK YANG DILAHIRKAN ISTRINYA

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BABA V PENUTUP A. KESIMPULAN. Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap

masyarakat Desa Karanganyar terhadap kedudukan anak hasil selingkuh yang lahir dalam perkawinan sah dapat dikategorikan sebagai berikut:

BAB III DEFINISI IJBAR, DASAR HUKUM DAN SYARAT IJBAR. Kata ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan. 2 Sedangkan Ijbar

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Rasulullah SAW suri teladan yang baik (ke-86)

BAB I PENDAHULUAN. keluarga yang bahagia, kekal dan abadi. Hikmah yang. perkawinan ialah diantaranya yakni menjauhkan atau mengindarkan diri dari

Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA PENDAPAT MAŻHAB ANAK LUAR NIKAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM MENGABULKAN CERAI GUGAT DENGAN SEBAB PENGURANGAN NAFKAH TERHADAP ISTERI

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi utuh. Dalam syariat Islam ikatan perkawinan dapat putus bahkan

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

MACAM-MACAM MAHRAM 1. MAHRAM KARENA NASAB Allah berfirman:

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA NIP : Pendidikan Terakhir : S1 STAIN Palangkaraya

A. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Perkara Perceraian Putusan. mediator yang tujuannya agar dapat memberikan alternatif serta solusi yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

APAKAH ITU MAHRAM. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

HUKUM MENIKAHI WANITA YANG SEDANG HAMIL (Bag-2)

Prosiding Peradilan Agama ISSN:

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB IV. terjadinya, secara garis besar fasakh dapat dibagi menjadi 2 sebab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga.

TINJAUAN YURIDIS PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA HUBUNGAN PERSUSUAN (Studi Kasus Putusan Nomor 0456/Pdt.G/2011/PA.Ska)

1. Tentang firman Allah: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka

AD{AL DENGAN ALASAN CALON SUAMI SEORANG MUALLAF DAN

Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LI AN. selama-lamanya, atau karena yang bersumpah li anitu dalam kesaksiannya yang

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

dengan amanat pasal 27 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman. Peraturan tersebut menyatakan bahwa

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD4053 : Fiqh Munakahat (Minggu 4 )

Istri-Istri Rasulullah? Adalah Ibunya Orang-Orang Beriman

Perdagangan Perantara

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB III PENDAPAT MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya

BAB V PENUTUP. 1. Rincian pasal-pasal tentang murtad sebagai sebab putusnya perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam

Penyuluhan Hukum Hukum Perkawinan: Mencegah Pernikahan Dini

BAB III PELAKSANAAN DAN PROSEDUR PERCERAIAN LI AN

BAB IV. Larangan Menikahi Pezinah Dalam Al-Qur an Surat An-Nur Ayat 3; Studi Komparatif Penafsiran Kiya Al-Haras Dan Ibnu Al-Arabi

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

Bab 4 باب الصدق. Kebenaran

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

ANALISIS PENDAPAT IMAM ABU HANIFAH TENTANG AKIBAT LI AN TERHADAP PERKAWINAN DALAM KITAB BADĀI AL- SHANĀI KARYA ALAUDDĪN ABĪ BAKRI BIN MAS ŪD AL-KĀSĀNĪ

Apakah Kawin Kontrak Itu?

WANITA DAN PEMBUBARAN Perkahwinan dalam Islam Oleh : Abd. Muhsin Ahmad Majalah Sinar Rohani Disember 2001

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Indonesia, Jakarta, Departemen Agama, 2001, hlm. 14.

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1

BAB I PENDAHULUAN. kemaksiatan, baik dalam bentuk penglihatan maupun dalam bentuk perzinaan. 1. kasih sayang dengan cara diridloi oleh Allah SWT.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.

Menyoal Poligami dan Kendalanya Jumat, 26 Nopember 04

MUNAKAHAT : IDDAH, RUJUK, FASAKH,KHULU DISEDIAKAN OLEH: SITI NUR ATIQAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

BAB V PEMBAHASAN. A. Praktek Dan Pemahaman Masyarakat Desa Pinggirsari Kecamatan Ngantru tentang Kafa ah Dalam Perkawinan

MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN

BAB II PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH. Imam H{anafi adalah pendiri mazhab H{anafi nama aslinya Nu ma>n Bin

BAB II KEDUDUKAN ANAK MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN

BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P U T U S A N. Nomor: 0133/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV WALI AD}AL KARENA KESAMAAN WETON DITINJAU DALAM HUKUM ISLAM

ISTRI-ISTRI PENGHUNI SURGA

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG FASAKH NIKAH DALAM HUKUM ISLAM. Fasakh artinya putus atau batal. Menurut bahasa kata fasakh berasal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH A. Persamaan Pendapat Mazhab H{anafi Dan Mazhab Syafi i Dalam Hal Status Hukum Istri Pasca Mula> anah Telah dijelaskan dalam bab sebelumnya tentang status hukum istri pasca mula> anah menurut pendapat Mazhab H{anafi dan Mazhab Syafi i. Dalam bab ini penulis akan menganalisis persamaan, perbedaan dan analisis pendapat penulis terkait pendapat Mazhab H{anafi dan Mazhab Syafi i. Dari data yang penulis peroleh dapat diambil kesimpulan bahwa persamaan pendapat antara Mazhab H{anafi dan Mazhab Syafi i terkait status hukum istri pasca mula> anah yakni bahwa pasca keduanya melakukan mula> anah suami istri wajib berpisah. Mazhab H{anafi dan Mazhab Syafi i sepakat bahwasanya wajib berpisah bagi suami istri sesudah mereka berdua bermula> anah. Berdasarkan h{adits nabi saw : Artinya: Muhammad bin Ahmad bin Hasan, Muhammad bin Utma>n, Farwah bin Abi> al-maghro> i, Abu> Mua >wiyah, dari Muhammad bin Zayid dari Said bin Jubair dari Ibn Umar bahwasanya Nabi SAW bersabda: Kedua belah pihak (suami istri) yang saling bermula> anah tidak dapat berkumpul kembali selamalamanya. 68

69 Mazhab H{anafi dan Mazhab Syafi i juga sepakat bahwasanya Mula> anah tidak jadi dilaksanakan jika tidak ada syarat-syarat di bawah ini: 1. Orang yang dituduh berzina adalah istrinya sendiri. Hal ini jelas sebagaimana firman Allah SWT : Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina). 2. Suami tidak mempunyai saksi dalam tuduhannya itu kepada isterinya. 3. Istri mendustakan apa yang didakwakan oleh suaminya, karena jika dia membenarkan dakwaan itu, berarti itu adalah suatu pengakuan bahwa dia benar-benar melakukan perbuatan zina. Jika demikian, maka hal itu akan menyebabkan dirinya harus dihukum. 4. Tuduhan itu khusus tuduhan zina, atau tidak mengakui anak yang ada didalam kandungan istrinya. Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi i punya pendapat yang sama dalam menetapkan kalimat yang harus diucapkan oleh suami dan istri dalam li a>n sebab tuduhan berzina yakni suami bersaksi sebanyak empat kali dengan kalimat sebagai berikut: Dengan nama Allah saya bersaksi bahwa saya adalah termasuk orang yang benar dalam hal tuduhan zina yang saya tuduhkan kepadanya (istri). Dan pada sumpah yang kelima, suami mengucapkan:

70 Laknat Allah atas saya jika saya termasuk orang yang berdusta dalam hal tuduhan zina yang saya tuduhkan kepadanya (istri). Setelah suami selesai mengucapkan sumpahnya yang kelima. Kemudian istri juga bersaksi sebanyak empat kali dengan mengucapkan: Dengan nama Allah saya bersaksi bahwa dia (suami) adalah termasuk orang yang berdusta dalam hal tuduhan zina yang dia tuduhkan kepada saya. Dan pada sumpah kelima istri bersumpah sebagai berikut: Kemarahan Allah atas saya jika dia (suami) termasuk orang yang benar dalam hal tuduhan zina yang dia tuduhkan kepada saya. Kemudian persamaannya yakni Dasar hukum keduanya untuk li a>n yakni adalah firman Allah Swt dalam surat An Nuur ayat 6-9 yang berbunyi: Artinya: Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), Padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya Dia adalah Termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya, jika Dia Termasuk orang-orang yang berdusta. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar Termasuk orang-orang yang dusta. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu Termasuk orang-orang yang benar.

71 B. Perbedaan Pendapat Mazhab H{anafi Dan Mazhab Syafi i Dalam Hal Status Hukum Istri Pasca Mula> anah Mengenai hukum mundurnya salah satu diantara suami istri dari melakukan mula> anah setelah dia memintanya kepada hakim, Mazhab H{anafi berpendapat, jika istri menolak untuk melakukan li a>n, maka dia ditahan, sampai istrinya mau melakukan li a>n. Sedangkan Menurut Mazhab Syafi i jika istri tidak melakukan li a>n maka dia harus dikenakan hukuman h{ad zina yang berupa pemecutan bagi perempuan yang masih perawan dan perajaman bagi perempuan yang muhshanah. Menurut Mazhab H{anafi tentang akibat mula> anah yakni, perceraian terjadi bukan setelah selesainya suami dan istri mengucapkan li a>n, melainkan perceraian baru terjadi setelah adanya putusan hakim yang menceraikan keduanya. sedangkan menurut Mazhab Syafi i putus perkawinan setelah suami menyelesaikan li a>nnya tanpa memerlukan putusan hakim. Perbedaan pendapat diantara keduanya juga terdapat tentang boleh atau tidaknya mengadakan mula> anah jika suami sudah mengajukan saksi-saksi yang mengetahu perzinahannya. Menurut Mazhab H{anafi adalah tidak boleh, karena li a>n itu sebenarnya sebagai ganti dari pada mengajukan saksi-saksi. Akan tetapi Mazhab Syafi i berpendapat bahwa ia boleh bermula> anah, sebab dengan saksisaksi saja belumlah kuat untuk menuduh atas istrinya berzina atau menyangkal atas kehamilan istrinya yang bukan dari benihnya.

72 Setelah terjadi perceraian pasca mula> anah, maka suami dan istri tidak dapat disatukan kembali. Mazhab Syafi i berpendapat bahwa istrinya itu menjadi haram dia kawini untuk selama-lamanya, sekalipun dia telah mengakui bahwa dirinya telah berdusta. Yakni berdasarkan instiba>th hukum H{adits Nabi: Artinya : Syafi i memberi tahu kepada kami, ia berkata:saya mendengar Sufyan bin Uyainah ia berkata : Umar memberi tahu kepada kami,dari Sa id bin Jubair ra, berkata saya bertanya kepada ibnu umar tentang dua orang yang berli an lalu beliau berkata: Nabi SAW. Bersabda kepada dua orang yang saling melakukan li an : hisab kalian berdua itu dih{adirat Allah salah seorang diantara kalian berdua itu berdusta untukmu tidak ada jalan untuk bersatu lagi dengan istrimu. Ia berkata Ya Rasulullah bagaimana dengan harta saya (mas kawin) yang telah diberikan kepadanya? Beliau menjawab: tidak ada harta bagimu, kalau tuduhanmu benar, maka hartamu itu untuk menghalalkan kemaluannya bagimu, dan apabila kamu berdusta, maka hartamu lebih menjauhkan kamu lagi dari padanya. Hal ini juga dijelaskan dalam kitab Ha@siyat al-bujairomi : Artinya: maka tidak dihalalkan bagi suami menikahi istrinya setelah melakukan li an dan juga berkumpul atasnya, sebgaimana yang disebutkan dalam h{adits tidak ada jalan untuk bersatu lagi dengan istrimu dan di dalam h{adits lain dua orang yang saling bermula> anah tidak dapat berkumpul kembali selamanya. 1 1 Sulaiman al-bujairomi, Ha@siyat al-bujairomi, juz IV(Beirut: Da@r el Fikr, 1995), 381.

73 Tetapi Mazhab H{anafi berpendapat bila suami kemudian menyatakan bahwa dia telah berdusta sewaktu melakukan mula> anah, maka si suami harus dihukum h{ad. Sesudah itu mereka bisa menikah kembali dan anak yang dikandung isterinya menjadi anaknya. Dasar hukum Mazhab H{anafi menyatakan bahwa suami yang mengaku dusta dalam tuduhannya dapat membolehkan nikah kembali bagi Suami Istri yang telah bermula> anah, Sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Bada i as- Shana i: Apabila suami telah mengakui kedustaan dirinya maka ia di dera dengan hukuman h{ad, atau si istri sendiri yang berdusta dengan membenarkannya, maka diperbolehkan menikah antara keduanya dan berkumpul kembali. Mazhab H{anafi menyerupakan perpisahan li a>n dengan talak karena diqiyaskan dengan perceraian lelaki yang impoten, karena perpisahan ini menurut pendapatnya baru dapat terjadi sesudah ada keputusan dari hakim. Mazhab H{anafi mendasarkan pendapatnya dengan metode instiba>th qiyas, seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwasanya perceraian karena mula> anah termasuk talak bukan fasakh, karena menurut beliau perceraian karena mula> anah dan perceraian karena impoten mempunyai kesamaan yakni sama-sama baru dapat terjadi sesudah ada keputusan dari hakim. Dan juga perceraian ini datangnya dari pihak suami dan tidak ada campur tangan dari pihak istri maka disebut talak. Karena perceraian yang timbul dari pihak suami

74 adalah talak bukan fasakh. Perceraian yang terjadi disini adalah seperti perceraian karena impoten yang harus dilakukan dengan putusan pengadilan (putusan hakim). Jadi pengqiyasan perceraian karena li a>n dengan perceraian karena suami impoten dikarenakan ada kesamaan kausa ( illat) yakni baru sama-sama dapat terjadi setelah adanya keputusan dari hakim. Dalam analisis penulis bahwa Mazhab Hanafi yang istinbath hukum mazhabnya didasarkan atas istinba>th Imam H{anafi memang merupakan figur yang dianggap mapan sebagai representasi ahl al-ra yi,beliau sedikit ketat dalam menentukan kualifikasi h{adits yang dapat diterima. Ahl al-ra y tidak segan-segan mendahulukan qiya>s daripada sebuah h{adith ah{ad. Mereka menolak h{adith yang menurut mereka tidak mashhu>r walaupun menurut ulama lain s{hahih dan begitu pula sebaliknya golongan yang terkenal dengan ahli pikir, yaitu golongan yang mencari illat- illat hukum dan menetapkan hukum dengan menggunakan daya akal, berbeda dengan Mazhab Syafi i yang berdalil dengan istinba>th hukum h{adith jika ketentuanya tidak terdapat di dalam al-qur an. Imam H{anafi cenderung kepada Ahl al-ra y maka apabila tidak menemukan sunnah yang telah terkenal, ia menggunakan ra yu dan amat berhati-hati dalam meriwayatkan h{adis, karena takut kedustaan dalam periwayatan h{adith, seperti dalam masalah ini beliau menggunakan metode istinba>th qiyas.

75 Mazhab H{anafi juga beralasan, karena suami telah mengaku dusta dalam tuduhannya, ini berarti li a>nnya batal, maka bagi suami boleh dinisbatkan anak kepadanya, begitu juga istrinya jika suami menginginkannya. Karena dasar haramnya untuk selama- lamanya bagi mereka adalah semata- mata tidak dapat menentukan mana yang benar dari suami istri yang bermula> anah tersebut padahal sudah jelas salah satunya pasti ada yang berdusta. Karena itu jika telah terungkap rahasia tersebut, maka keharaman selama-lamanya jadi terhapus. Imam H{anafi selaku pendiri Mazhab Hanafi juga berpendapat, bahwa perceraian yang terjadi pada mula> anah merupakan perceraian talak ba in, yakni sebagai berikut: بتطليقة Artinya : Perceraian yang terjadi pada li a>n merupakan perceraian talak ba in. Dengan melihat pendapat beliau bahwa li a>n termasuk kategori talak ba in berarti dapat diindikasikan bahwa perceraian karena li an bukan perceraian selama-lamanya sebab yang namanya talak ba in adalah perceraian yang dapat bersatu kembali dengan akad nikah baru. Mazhab Syafi i berbeda pendapat yakni berpendapat bahwa li a>n termasuk fasakh bukan talak,maka menimbulkan keharaman yang selama- lamanya, seperti perpisahan karena sesusuan (radha ), sehingga istri tidak halal dinikahi bagi bekas suaminya untuk selama- lamanya.

76 Dikalangan Ulama H{anafiyah sendiri yakni pengikut Imam H{anafi ada yang tidak sependapat dengan beliau, diantaranya Abu Yusuf, Zufar dan Hasan ibnu Ziyad, ketiganya berpendapat bahwa mula> anah adalah perceraian selain talak, sesungguhnya li a>n itu menyebabkan keharaman untuk selama-lamanya seperti keharaman karena susuan. Mereka beralasan dengan sabda Nabi Muhammad saw. bahwa suami istri yang telah berli a>n itu tidak boleh berkumpul kembali (sebagai suami istri) untuk selama-lamanya. 2 Mazhab Syafi i juga berpendapat sesungguhnya Jika suami berdusta atau dia akui dirinya berdusta ketika menuduh istrinya berzina, maka hal ini tidak membuatnya dapat kembali kepada ikatan pernikahan, dan tidak membuat hilang pengharaman yang bersifat abadi karena perkara ini adalah hak untuk suami, dan dia telah batalkan haknya dengan perbuatan li a>n. Oleh karena itu, tidak mungkin baginya untuk kembali. Pendapat Mazhab Syafi i bahwa li a>n menimbulkan keharaman selamaselamanya untuk berkumpul telah termaktub di dalam Kompilasi Hukum Islam yakni: 1) pada bab XI tentang batalnya perkawinan pada pasal 70 yang menegaskan bahwa: perkawinan batal apabila: seseorang menikahi bekas istrinya yang telah dili a>nnya. 3 2 Muhammad Al-Kasani Al-H{anafi, Bada i As-Sana i fi Tartibi Asy-Syara i, juz III, Beirut: Dar Al- Kutub Al Ilmiyah, t.th.)245. 3 Abdurrahman, KHI di Indonesia, (Jakarta: Akademi Pressindo, 1992),129.

77 2) pada bab XVI tentang putusnya perkawinan di dalam pasal 125 disebutkan bahwa: li a>n menyebabkan putusnya perkawinan antara suami isteri untuk selama-lamanya. 3) pada bab XVII tentang Akibat Putusnya Perkawinan, pada pasal 162 dinyatakan bahwa: bilamana li a>n terjadi maka perkawinan itu putus untuk selama-lamanya dan anak yang dikandung dinasabkan kepada ibunya, sedang suami terbebas dari kewajiban memberi nafkah. Jika dilihat dari konteks masa kini penulis lebih cenderung terhadap pendapat Mazhab Syafi i yang mengharuskan keduanya untuk berpisah selamanya dan status hukum istri pasca mula> anah menjadi haram dinikahi(mahram muabbad) Selain telah disebutkan di dalam Kompilasi Hukum Islam, disamping itu juga seorang suami yang telah berdusta terhadap istrinya dalam bermu>ala anah tidak lagi layak menjadi kepala rumah tangga dalam memimpin dan mendidik istrinya setelah kebrukan berupa fitnah besar yang ia lakukan dengan menggunakan nama Allah, serta bersedia menerima laknat Allah. Kemudian jika ternyata suami tersebut orang yang berkata benar maka tidak seharusnya ia tetap mempertahankan seorang istri yang telah berzina dan berkhianat kepadanya.