PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR: 5 TAHUN 2003 SERI: E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 35 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 18 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 01 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2004 SERI D NOMOR 8

PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTANBARAT NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 37 TAHUN 2005

TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH BUPATI MUSI RAWAS,

Laboratorium Perancangan Kota Departemen Teknik Planologi ITB 1

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 9 TAHUN LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 152 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 152 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG NERACA AWAL UNIT KERJA DAN NERACA AWAL DAERAH KABUPATEN BADUNG

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 153 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG DAERAH YANG DIPISAHKAN MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 72 TAHUN : 2007 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 16 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 16 TAHUN 2007 PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERUBAHAN STATUS HUKUM DAN PEMANFAATAN BARANG DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

Gubernur Jawa Barat. Jalan Diponegoro No. 22, Telepon (022) , , , Faks. (022) B A N D U N G 40115

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2009 NOMOR

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SALINAN NO : 14 / LD/2009

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 33 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 8 TAHUN 2003 SERI E NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 04 TAHUN 2003 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN PUNCAK JAYA

BUPATI PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2003

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

BUPATI TIMOR TENGAH SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 17 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah pasal 85 diperlukan penyatuan kebijaksanaan yang terkoordinasi dan terpadu dalam pengelolaan barang daerah. b. sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung tentang Pengelolaan Barang Daerah Pemerintah Kabupaten Badung. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1955 tentang Penjualan Rumah Negeri kepada Pegawai Negeri Sipil sebagai Undangundang (Lembaran Negara Nomor 158); 2. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122; Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655); 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

2 5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pengamanan dan Pengalihan Barang Milik/Kekayaan Negara dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah; 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 11 Tahun 2001 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah; MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Badung; b. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah; c. Kepala Daerah adalah Bupati Badung; d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Badung; e. Sekretariat Daerah adalah unsur staf Pemerintah Kabupaten Badung yang selanjutnya disebut Setda; f. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Badung; g. Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah adalah Lembaga Teknis Kabupaten Badung merupakan unsur penunjang Pemerintah Kabupaten Badung yang mempunyai tugas membantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan dibidang tugasnya; h. Unit Kerja adalah Perangkat Daerah yang melakukan penyelenggaraan pengelolaan Barang Daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah;

3 i. Barang Daerah adalah semua kekayaan Daerah baik yang dimiliki maupun dikuasai yang berwujud, baik yang bergerak maupun tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya; j. Pengelolaan Barang Daerah adalah rangkaian dan tindakan terhadap barang daerah yang meliputi perencanaan, penggunaan kebutuhan penganggaran, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, inventarisasi, pengendalian, pemeliharaan, pengamanan pemanfaatan dan perubahan status hukum; k. Bendaharawan Barang adalah Pejabat atau Pegawai yang bertugas menerima, menyimpan dan mengeluarkan barang yang ada dalam kepengurusannya atas perintah Pembantu Kuasa/Ordonatur Barang Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dan membuat surat pertanggungjawaban kepada Kepala Daerah; l. Pengurus barang adalah Pejabat/Pegawai yang bertugas untuk mengurus barang Daerah yang berada di luar kewenangan Bendaharawan Barang; m. Standarisasi harga pembakuan barang sesuai jenis, spesifikasi dan kualitas serta harga dalam 1 (satu) periode tertentu; n. Penentuan kebutuhan adalah kegiatan atau tindakan untuk merumuskan rincian kebutuhan pada perencanaan sebagai pedoman dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan barang Daerah yang dituangkan dalam perkiraan anggaran; o. Pengadaan adalah kegiatan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan barang Daerah dan Jasa; p. Penyimpanan adalah kegiatan untuk melakukan pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan barang persedian didalam gudang/ruang penyimpanan; q. Penyaluran adalah kegiatan untuk menyalurkan/pengiriman barang dari gudang induk/gudang unit ke unit/kesatuan kerja pemakai; r. Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua barang Daerah selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna; s. Pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan Barang Daerah dalam bentuk fisik, administrative dan tindakan upaya hukum; t. Perubahan Status Hukum adalah setiap perbuatan/tindakan hukum dari Pemerintah Daerah yang mengakibatkan terjadinya perubahan status pemilikan/penguasaan atas Barang Daerah; u. Penghapusan adalah kegiatan atau tindakan untuk melepaskan pemilikan atau penguasaan Barang Daerah dengan menghapus pencatatannya dari daftar inventaris Barang Daerah; v. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan penghitungan, pencatatan data dan pelaporan Barang Daerah;

4 w. Tukar menukar Barang Milik/Tukar Guling adalah pengalihan pemilikan dan atau penguasaan barang tidak bergerak milik Daerah pada pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk barang tidak bergerak dan menguntungkan Daerah; x. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Daerah oleh instansi dan atau Pihak ketiga dalam bentuk pinjam pakai, penyewaan dan penggunausahaan tanpa merubah status kepemilikan; y. Penyewaan adalah penyerahan hak penggunaan/pemakaian Barang Daerah pada pihak ketiga dalam hubungannya sewa menyewa dengan ketentuan pihak ketiga tersebut harus memberikan imbalan berupa uang sewa bulanan atau tahunan untuk masa jangka waktu tertentu, baik sekaligus maupun secara berkala; z. Panitia Pengadaan adalah panitia pengadaan/pekerjaan yang dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Daerah atau Kepala Unit atau satuan kerja; BAB II PENGELOLAAN BARANG DAERAH Bagian Pertama Pejabat Pengelola Barang Daerah Pasal 2 (1) Bupati sebagai Otorisator dan ordonator barang daerah berwenang dan bertanggung jawab atas pembinaan dan pelaksanaan pengelolaan barang daerah. (2) Selaku pejabat pembinan barang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati mendelegasikan sebagian atau seluruh kewenangan pengelolaan kepada Sekretaris Daerah dan atau Pejabat Daerah. Pasal 3 (1) Bupati menetapkan para pejabat pengelola barang Daerah dengan surat keputusan Bupati; (2) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengatur mengenai tugas dan fungsi setiap pengelola barang daerah. Bupati mengatur pengelolaan barang daerah. Pasal 4

5 Bagian Kedua Prinsip Dasar Pengelolaan Barang Daerah Pasal 5 Pengelolaan barang Daerah dilakukan secara tertib, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Pasal 6 Barang daerah bisa diperoleh dari pembelian dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBD, hibah/bantuan, sumbangan dan kewajiban Pihak Ketiga. BAB III PERENCANAAN DAN PENGADAAN Pasal 7 (1) Perencanaan kebutuhan barang daerah disusun oleh masing-masing unit, dengan berpedoman pada standarisasi barang, standarisasi harga, standarisasi kebutuhan barang yang dituangkan dalam Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU) dan disampaikan kepada Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Badung. (2) Badan pengelola keuangan dan asset daerah menerima dan meneliti Rencana Kebutuhan Barang Unit tersebut dan menghimpun serta menyusun menjadi Rencana Daftar Kebutuhan Barang Daerah (RDKBD) sebagai bahan penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pasal 8 (1) Pelaksanaan pengadaan barang daerah dan jasa, dilakukan oleh Panitia Pengadaan/Pekerjaan Daerah (P3D) yang dibentuk dengan Keputusan Kepala Daerah. (2) Kepala Daerah dapat menetapkan kebijaksanaan tentang pengadaan/pekerjaan unit, melalui Panitia Pengadaan/Pekerjaan Unit (P3U). (3) P3D maupun P3U bertugas menyelenggarakan proses pengadaan dan mengusulkan calon pemenang kepada Kepala Daerah/Kepala Unit, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6 BAB IV PENYIMPANAN DAN PENYALURAN Pasal 9 (1) Semua hasil pengadaan barang daerah yang bergerak diterima oleh Bendaharawan barang atau Pejabat/Pegawai yang ditunjuk oleh Kepala Unit/Satuan Kerja. (2) Bendaharawan barang atau Pejabat yang ditunjuk melakukan tugas-tugas Bendaharawan barang berkewajiban melaksanakan administrasi perbendaharaaan barang daerah. (3) Kepala unit selaku atasan langsung Bendaharawan barang, bertanggung jawab atas terlaksananya tertib administrasi barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Penerimaan barang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya disimpan dalam gudang/tempat penyimpanan yang telah ditentukan. Pasal 10 Penerimaan barang tidak bergerak dilakukan oleh Kepala Unit atau pejabat yang ditunjuk, kemudian melaporkan kepada Kepala Daerah melalui Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (BPKAD) Kabupaten Badung. Pasal 11 Penerimaan barang daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) dilakukan setelah diperiksa oleh Panitia Pemeriksa Barang, sedangkan penerimaan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilakukan setelah diperiksa Instansi Teknis yang berwenang dengan membuat Berita Acara pemeriksaan. Pasal 12 (1) Pemeriksaan barang daerah dilaksanakan oleh Panitia Pemeriksa Barang Daerah (PPBD) atau Panitia Pemeriksa Barang Unit (PPBU). (2) Susunan Panitia Pemeriksa Barang Daerah dibentuk dengan Keputusan Bupati. (3) Susunan Panitia Pemeriksa Barang Unit (PPBU) dibentuk dengan Keputusan Kepala Unit.

7 (4) Panitia Pemeriksa Barang bertugas menguji, meneliti dan menyaksikan barang yang diserahkan sesuai dengan persyaratan yang tertera dalam Surat Perintah Kerja (SPK) atau Kontrak dan dibutuhkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Pasal 13 Pengeluaran barang oleh Bendaharawan barang dilaksanakan atas dasar Surat Perintah Pengeluaran Barang dari Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah/Kepala Unit. BAB V PEMELIHARAAN Pasal 14 (1) Kepala Unit bertanggung jawab dan wajib memelihara setiap barang daerah yang dikelola diunitnya masing-masing. (2) Kepala Unit dapat mengajukan biaya pemeliharaan atas barang daerah yang dikelola di unitnya masing-masing. (3) Kepala Unit wajib melaporkan hasl pemeliharaannya kepada Bupati Cq. Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah minimal satu tahun sekali bersamaan dengan pembahasan anggaran dari unit yang bersangkutan. BAB VI INVENTARISASI Pasal 15 (1) Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan inventarisasi barang daerah; (2) Pemerintah Daerah wajib melaksanakan Sensus Barang daerah sekali dalam 5 (lima) tahun, untuk mendapatkan Buku Inventaris dan Buku Induk Inventaris beserta rekapitulasi Barang; (3) Tata cara penyelenggaraan inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati sesuai pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri; (4) Pelaksanaan Sensus Barang Daerah berpedoman pada ketentuan yang berlaku; (5) Rekapitulasi barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dan Menteri Keuangan;

8 Pasal 16 (1) Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah selaku Pengelola barang daerah wajib menyusun dan menghimpun seluruh laporan mutasi barang dan daftar mutasi barang dari semua unit kerja Pemerintah Daerah. (2) Setiap tahun anggaran rekapitulasi daftar mutasi barang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan dasar penyusunan Neraca Daerah dan dilaporkan kepada Bupati Badung. BAB VII PERUBAHAN STATUS HUKUM Bagian Pertama Umum Pasal 17 Perubahan status hukum barang daerah meliputi : (1) Penghapusan barang (2) Penjualan barang (3) Pelepasan hak atas tanah dan atas bangunan Bagian Kedua Penghapusan Pasal 18 (1) Setiap barang daerah yang sudah rusak dan tidak dapat dipergunakan lagi (hilang/mati), bagi keperluan dinas dapat dihapus dari daftar inventaris. (2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Setiap penghapusan barang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur sebagai berikut : a. Barang bergerak seperti Kendaraan Perorangan Dinas dan Kendaraan Operasional Dinas ditetapkan oleh Bupati setelah memperoleh persetujuan DPRD, sedangkan untuk barang-barang inventaris lainnya cukup ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah; b. Barang tidak bergerak ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah memperoleh persetujuan DPRD;

9 c. Untuk bangunan dan gedung yang akan dibangun kembali (rehab total) sesuai peruntukan semula serta yang sifatnya mendesak, atau membahayakan, penghapusannya cukup ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (4) Barang-barang Daerah yang dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diselesaikan melalui : a. Pelelangan/penjualan; b. Sumbangan/hibah kepada pihak lain; c. Pemusnahan. (5) Hasil pelelangan/penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a harus disetorkan sepenuhnya pada Kas Daerah. Pasal 19 Penghapusan barang daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dilaksanakan oleh Panitia Penghapusan Barang Daerah (PPBD) yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Ketiga Penjualan Kendaraan Dinas Pasal 20 Kendaraan dinas yang dapat dijual terdiri dari Kendaraan Perorangan dinas dan kendaraan operasional dinas. Pasal 21 (1) Kendaraan perorangan dinas yang digunakan oleh pejabat negara yang berumur 5 (lima) tahun atau lebih dapat dijual 1 (satu) buah kepada pejabat yang bersangkutan setelah masa jabatannya berakhir sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (2) Pejabat negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Negara di Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota. (3) Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak boleh mengganggu pelaksanaan tugas dinas Daerah.

10 Pasal 22 (1) Kendaraan operasional dinas khususnya kendaraan roda 2 (dua) dan roda 4 (empat) yang berumur 5 (lima) tahun atau lebih karena rusak, dan tidak efisien lagi bagi keperluan dinas dapat dijual kepada Pegawai Negeri yang telah memenuhi masa kerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun atau lebih. (2) Pegawai pemegang kendaraan atau yang akan memasuki pensiun atau yang lebih senior mendapat prioritas untuk membeli kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 23 (1) Pelaksanaan penjualan kendaraan perorangan dinas dan kendaraan operasional dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD. (2) Hasil penjualan kendaraan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disetorkan sepenuhnya ke Kas Daerah. (3) Penghapusan dari daftar inventaris ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah setelah harga penjualan kendaraan dimaksud dilunasi. Pasal 24 (1) Kendaraan perorangan dinas dan kendaraan operasional dinas yang digunakan anggota DPRD dapat dijual kepada yang bersangkutan yang mempunyai masa bakti 5 (lima) tahun dan umur kendaraan 5 (lima) tahun. (2) Kesempatan untuk membeli kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya 1 (satu) kali kecuali tenggang waktu 10 (sepuluh) tahun. Bagian Keempat Penggunaan Rumah Daerah Pasal 25 Kepala Daerah menetapkan penggunaan rumah-rumah daerah dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang perubahan/penetapan status rumahrumah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

11 Bagian Kelima Pelepasan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan Pasal 26 (1) Setiap tindakan hukum yang bertujuan untuk pengalihan penyerahan hak atas tanah dan atau bangunan yang dimiliki/dikuasai oleh daerah, baik yang telah ada sertifikatnya maupun belum, dapat diproses dengan pertimbangan menguntungkan daerah yang bersangkutan dengan cara : a. Pelepasan dengan pembayaran ganti rugi (dijual); b. Pelepasan dengan tukar menukar/ruilslag/tukar guling. (2) Pelepasan hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD. (3) Perhitungan perkiraan nilai tanah harus menguntungkan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan nilai jual obyek pajak dan atau harga umum setempat. (4) Nilai ganti rugi atas tanah dan atau bangunan ditetapkan oleh Kepala Daerah berdasarkan nilai/harga taksiran yang dilakukan oleh Panitia Penaksir yang dibentuk dengan Keputusan Bupati. (5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) tidak berlaku bagi pelepasan Hak atas tanah yang telah ada bangunan rumah golongan III diatasnya. BAB VIII PEMANFAATAN Bagian Pertama Pinjam Pakai Pasal 27 (1) Untuk kepentingan penyelenggaraan Pemerintah Daerah, barang daerah dapat dipinjampakaikan. (2) Pengaturan pelaksanaan pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Bupati.

12 Bagian Kedua Penyewaan Pasal 28 (1) Barang daerah baik barang bergerak maupun tidak bergerak dapat disewakan kepada pihak ketiga sepanjang menguntungkan daerah. (2) Penyewaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Ketiga Pengguna Usahaan Pasal 29 (1) Barang Daerah yang diguna-usahakan dalam bentuk kerja sama dengan Pihak Ketiga diatur oleh Bupati; (2) Barang Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat Daftar Inventaris tersendiri. Bagian Keempat Swadana Pasal 30 (1) Barang Daerah dapat dikelola secara swadana; (2) Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Bupati. Bagian Kelima Pengamanan Pasal 31 Bupati bertanggung jawab atas pengamanan barang daerah yang berada dalam kewenangannya baik pengamanan administratif, pengamanan fisik maupun tindakan hukum.

13 Pasal 32 Barang daerah dapat diasuransikan sesuai dengan kemampuan Keuangan Daerah dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Bagian Keempat Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan Pasal 33 (1) Pembinaan terhadap tertib pelaksanaan pengelolaan barang daerah dilakukan oleh Bupati; (2) Pengendalian terhadap tertib pelaksanaan pengelolaan barang daerah dilakukan oleh Bupati; (3) Pengawasan terhadap pengelolaan barang daerah dilakukan oleh Bupati. BAB IX PEMBIAYAAN Pasal 34 Pengadaan, pemeliharaan dan pengelolaan barang daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. BAB X TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI BARANG Pasal 35 Dalam hal terjadi kerugian daerah karena kekurangan perbendaharaan barang dan atau disebabkan perbuatan melanggar hukum/melakukan kewajiban sebagaimana mestinya, diselesaikan melalui tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi uang/barang daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

14 BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 36 Badan/Dinas/Kantor/Sekretariat Daerah/Sekretariat Dewan dan Kecamatan melaksanakan pengelolaan barang daerah sesuai peraturan Perundang-undangan yang berlaku. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 37 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka segala Peraturan Perundang-undangan yang tidak sesuai dengan peraturan daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 38 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati Badung. Pasal 39 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Badung. ` Disahkan di Badung Pada tanggal 7 Januari 2004 BUPATI BADUNG ttd. A.A. NGURAH OKA RATMADI DIUNDANGKAN DALAM LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BADUNG Nomor : 5 Tanggal : 8-1 - 2004 Seri : D Nomor : 5 Sekretaris Daerah Kabupaten Badung, ttd. I WAYAN SUBAWA, SH Pembina Utama Muda NIP. 600006201

15 PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG I. UMUM Paradigma penyelenggaraan pemerintah yang berorientasi kepada Otonomi Daerah sejalan dengan Undang - undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang - undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah serta Peraturan Daerah otonom telah memberikan kewenangan yang demikian luas kepada Pemerintah Daerah sehingga perlu dilakukan upaya-upaya penyempurnaan terhadap ketentuan yang dibawahnya termasuk pengelolaan barang daerah. Barang Daerah sebagai salah satu untuk penting dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan masyarakat harus dikelola dengan baik dan benar yang pada gilirannya dapat mewujudkan pengelola barang daerah yang memenuhi akuntabilitas. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Cukup jelas Pasal 2 (1) - Otorisator barang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan adanya penerimaan dan pengeluaran barang daerah. a. Menetapkan kebijakan pembinaan pengelolaan barang daerah. b. Menetapkan kebijakan penerimaan dan pengeluaran barang daerah. c. Menyelenggarakan tertib administrasi pengelolaan barang daerah. - Ordonator barang adalah pejabat yang berwenang untuk menguji, mengendalikan dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan penyelenggaraan barang daerah. Ordonator mempunyai tugas : a. Berusaha agar persediaan barang dalam gudang mencukupi kebutuhan unit/pemerintah daerah.

16 b. Memberi petunjuk kepada panitia-panitia yang ada mengenai tugas yang harus dilakukan. c. Mengesahkan Berita Acara yang dibuat oleh panitia. d. Menyelesaikan/mengusut kepentingan daerah, para penyimpan (Bendaharawan), pemakai barang (User/Consumers dan Pengurus Barang), pemeliharaan barang, dan lain-lain yang merugikan daerah. e. Berusaha agar Bendaharawan mengirimkan pertanggung jawaban tugas pada waktu yang telah ditentukan dan selanjtunya meneliti pertanggung jawaban tersebut. (2) Kepala Daerah/Ordonator dalam rangka pelaksanaan pengelolaan barang daerah sesuai fungsinya dibantu oleh a. Sekretaris Daerah b. Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah c. Kepala Unit/Satuan Kerja d. Bendaharawan Barang e. Pengurus Barang Pasal 3 sampai dengan Pasal 5 : Cukup jelas Pasal 6 Barang daerah bisa diperoleh dari pembeliaan dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBN, APBD, Perusahaan Daerah, Bank Pembangunan Daerah maupun yang berasal dari hibah dan bantuan/sumbangan dari pihak ketiga. Pasal 7 sampai dengan Pasal 26 : Cukup jelas Pasal 27 Ayat (1) - Pinjam pakai/meminjam barang daerah hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan: a. Agar barang daerah tersebut dapat dimafaatkan secara ekonomis oleh instansi pemerintah/daerah. b. Untuk kepentingan sosial, keagamaan. - Syarat-syarat pinjam/peminjaman barang daerah adalah : a. Barang daerah tersebut sementara waktu belum dimanfaatkan oleh Unit/Satuan Kerja Daerah yang menguasai. b. Barang daerah yang dipinjam pakaikan tersebut hanya boleh digunakan oleh peminjam sesuai dengan peruntukannya.

17 c. Pinjam pakai/peminjaman tersebut tidak mengganggu kelancaran tugas pokok instansi atau Unit/Satuan Kerja Daerah yang bersangkutan. d. Barang daerah yang dipinjam pakai/dipinjamkan harus merupakan barang barang yang tidak habis pakai. e. Peminjam harus/wajib memelihara dengan baik barang daerah yang dipinjamkannya termasuk dengan menanggung biaya-biaya yang diperlukan selama peminjaman. f. Jangka waktu peminjaman maksimal selama 2 (dua) tahun dan apabila diperlukan dapat diperpanjang kembali. g. Untuk keperluan tertentu jangka waktu ini dapat diberikan lebih dari dua tahun, khususnya tempat ibadah disesuaikan dengan peruntukan rencana kota. h. Pengembalian barang yang dipinjam pakaikan harus dalam keadaan baik. - Pinjam pakai/peminjaman barang milik daerah hanya dapat dilaksanakan antar instansi Pemerintah, kecuali untuk kepentingan sosial, keagamaan. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 28 Ayat (1) Penyewaan dapat dilaksanakan sebagai berikut : a. Penyewaan barang daerah hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan untuk mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang daerah. b. Untuk sementara waktu barang daerah tersebut belum dimanfaatkan oleh Unit/Satuan Kerja Daerah yang memiliki/menguasai. c. Barang daerah dapat disewakan kepada pihak lain/pihak Ketiga yaitu : BUMN/BUMD, Koperasi, Yayasan atau Pihak Swasta. d. Jenis-jenis barang daerah yang dapat disewakan ditetapkan oleh masingmasing Kepala Daerah bersangkutan. e. Harga sewa untuk barang daerah yang disewakan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. f. Hasil penyewaan merupakan penerimaan daerah dan seluruhnya harus disetor ke Kas Daerah. g. Dalam surat perjanjian sewa menyewa harus ditetapkan : 1) Jenis, jumlah biaya dan jangka waktu penyewaan. 2) Biaya operasi dan pemeliharaan selama penyewaan menjadi tanggung jawab penyewa. 3) Syarat-syarat lain yang dipandang perlu.

18 Jenis barang-barang daerah yang dapat disewakan : a) Mess/Wisma/Bioskop dan sejenisnya; b) Gudang/Gedung; c) Toko/Kios; d) Tanah; e) Kendaraan dan alat-alat besar Ayat (2) Cukup jelas Pasal 29 Ayat (1) Pengguna usaha adalah pendayagunaan barang daerah oleh pihak ketiga dilakukan dalam bentuk : a. BOT (Build Operate Transfer) adalah pemanfaatan tanah dan atau bangunan milik/dikuasai Pemerintah Daerah oleh Pihak Ketiga dengan cara Pihak Ketiga membangun bangunan siap pakai dan atau menyediakan menambah sarana lain berikut fasilitas di atas tanah atau bangunan tersebut dan mendayagunakannya selama dalam waktu tertentu untuk kemudian setelah jangka waktu berakhir menyerahkan kembali tanah dan bangunan dan atau sarana lain berikut fasilitasnya tersebut beserta pendayagunaannya kepada daerah, serta membayar kontribusi sejumlah uang atas pemanfaatannya yang besarnya ditetapkan sesuai dengan kesepakatan. b. BTO (Build Transfer Operate) adalah pemanfaatan tanah dan atau bangunan milik/dikuasai Pemerintah Daerah oleh Pihak Ketiga dengan cara Pihak Ketiga membangun bangunan siap pakai dan atau menyediakan, menambah sarana lain berikut fasilitas diatas tanah dan atau bangunan tersebut dan setelah selesai pembangunannya diserahkan kepada daerah untuk kemudian oleh Pemerintah Daerah tanah dan bangunan siap pakai dan atau sarana lain berikut fasilitasnya tersebut diserahkan kembali kepada Pihak Ketiga untuk didayagunakan selama jangka waktu tertentu, dan atas pemanfaatannya tersebut Pihak Ketiga dikenakan kontribusi sejumlah uang yang besarnya ditetapkan sesuai dengan kesepakatan. c. BT (Build Transfer) adalah perikatan antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dengan ketentuan tanah milik Pemerintah daerah; Pihak Ketiga membangun dan membiayai sampai dengan selesai; setelah pembangunan selesai Pihak Ketiga menyerahkan kepada

19 Pemerintah daerah; Pemerinta Daerah membayar biaya pembangunannya; d. KSO (Kerja Sama Operasi) adalah perikatan antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga, Pemerintah Daerah menyediakan barang daerah dan Pihak Ketiga menanamkan modal yang dimilikinya dalam salah satu usaha, selanjutnya kedua belah pihak secara bersama-sama atau bergantian mengelola manajemen dan proses operasionalnya, keuntungan dibagi sesuai dengan besarnya sharing masing-masing. Ayat (2) Pengguna usahaan barang daerah tidak termasuk perubahan status hukum barang daerah, oleh karena itu tidak bisa dihapuskan dari daftar/buku inventaris. Pasal 30 Ayat (1) Unit Swadana Daerah adalah Satuan Kerja Daerah tertentu yang diberi wewenang untuk menggunakan penerimaan fungsionalnya untuk keperluan operasionalnya sendiri secara langsung. Untuk itu barang daerah baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak dapat dikelola secara Swadana yang ada pada Unit Swadana Daerah dengan demikian hasilnya tidak perlu disetorkan ke Kas Daerah. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 31 a. Pengamanan fisik 1) Barang inventaris Pengamanan terhadap barang bergerak dilakukan dengan cara : - Pemanfaatan sesuai tujuan - Penggudangan/penyimpanan baik tertutup maupun terbuka - Pemasangan tanda kepemilikan Pengamanan terhadap barang tidak bergerak dilakukan dengan cara : - Pemagaran - Pemasangan plang tanda kepemilikan - Penjagaan 2) Barang persediaan Pengamanan terhadap barang persediaan dilakukan oleh Bendaharawan Barang/Pengurus barang dengan cara penempatan pada tempat penyimpanan

20 yang baik sesuai dengan sifat barang tersebut agar barang-barang terhindar dari kerusakan fisik. b. Pengamanan administratif 1) Barang inventaris Pengamanan administrasi terhadap barang bergerak dilakukan dengan cara : - Pencatatan / inventarisasi - Perlengkapan bukti kepemilikan antara lain BPKB, faktur pembelian dan lain-lain - pemasangan label kode barang, stiker Penggunaan administrasi terhadap barang tidak bergerak dilakukan dengan cara : - Pencatatan secara tertib - Penyelesaian bukti kepemilikan seperti : IMB, Berita Acara serah terima, Surat Perjanjian, Akta Jual Beli dan dokumen pendukung lainnya. 2) Barang Persediaan Pengamanan administratif terhadap barang persediaan dilakukan dengan cara pencatatan secara tertib c. Tindakan hukum Pengamanan melalui upaya hukum terhadap barang inventaris yang bermasalah dipihak lain dilakukan dengan cara : - Negosiasi (musyawarah) untuk mencari penyelesaian - Law enforcement - Melalui pengadilan Pasal 32 Cukup jelas Pasal 33 Ayat (1) Pembinaan adalah segala usaha atau kegiatan untuk jangkauan jangka panjang melalui pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi Ayat (2) Pengendalian adalah segala usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ayat (3) Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan atau kegiatan, apakah sesuai dengan semestinya atau tidak.

21 Pasal 34 Cukup jelas Pasal 35 Dalam rangka pengamanan dan penyelamatan terhadap barang daerah, perlu dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang sangsi-sangsi terhadap para pengelola barang daerah berupa ketentuan : - Tentang Tuntutan Perbendaharaan (TP) terhadap para Bendaharawan jika dalam pengurusannya terhadap kekurangan perbendaharaan. - Tentang Tuntutan Ganti Rugi (TGR) terhadap para Pegawai Negeri, Pegawai Perusahaan Daerah/Pekerja Daerah dalam kedudukannya bukan sebagai Bendaharawan yang karena perbuatannya melanggar hukum dan/atau melalaikan kewajibannya tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya, sehingga merugikan daerah. Pasal 36 sampai dengan Pasal 39 : Cukup jelas.