BAB I PENDAHULUAN. seribu bukit di Kabupaten Gayo Lues. Tari Saman sebagai suatu tari tradisional

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. kebanggaan bangsa Indonesia pada umumnya dan khususnya masyarakat Aceh

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. Barat Daya. Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/ ,48

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lampau dimana kawasan Sumatera Utara masuk dalam wilayah Sumatera Timur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Bangka-Belitung merupakan daerah kepulauan, terdiri dari Pulau

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suku yang hidup dan berkembang di Provinsi Aceh.

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan cerminan yang terefleksikan dalam keseharian

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Aceh Tengah, Provinsi D.I. Aceh Kesenian Didong

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berliyana Agustine, 2014 Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara dengan penduduk yang terdiri dari

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sabang, Langsa, Lhokseumawe dan Subulussalam. generasi ke generasi berikutnya, yang kemudian menjadi sebuah identitas dan

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. yang kini merupakan Provinsi Aceh. Mereka biasa menyebut dirinya Ureueng

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. mereka miliki dengan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

3. Karakteristik tari

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Ayu Yunuarti, 2014

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Aceh yang sebelumnya pernah disebut dengan nama Aceh Darussalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya, dalam penelitian apa pun sangat diperlukan sebuah

BAB V KESIMPULAN. batatamba. instrumen yang masih sederhana terdiri dari tiga jenis instrumen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. primer dan sekunder yang berbeda (R.M. Soedarsono, 2001: 170).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Letak Kabupaten Bangkalan berada pada ujung Pulau Madura bagian Barat

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

2017 TARI SAMBUT SEPINTU SEDULANGDI SANGGAR PESONA WANGKA KOTA SUNGAI LIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan suatu pola hidup yang kompleks, namun menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang dimiliki, kebudayaan merujuk pada berbagai aspek manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok asal di daerah Aceh. Meraka biasa menyebut dirinya Ureueng Aceh.

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

2015 MUSIK IRINGAN TARI TEPULOUT DISANGGAR SENI KITE SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator.

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian

BAB I PENDAHULUAN. berkunjung dan menikmati keindahan yang ada di Indonesia khususnya dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya Saman berasal dari Gayo, khususnya dari dataran tinggi seribu bukit di Kabupaten Gayo Lues. Tari Saman sebagai suatu tari tradisional yang pada mulanya terbatas hanya dimiliki oleh suku Gayo yang berada pada daratan tinggi Gayo Lues, Blang Kejeren (Aceh Tenggara), Takengon, sebahagian Aceh Tengah. Blangkejeren adalah nama salah satu wilayah kabupaten yang terdapat di Aceh Tenggara. Menurut para informan dan masyarakat pendukungnya, tari Saman asal-usulnya memang berasal dari daerah Blangkejeren. Kemudian menyebar ke seluruh wilayah Aceh secara difusi, karena wilayah provinsi yang sama dan sama-sama di bawah pemerintahan Kesultanan Aceh Darussalam diabad pertengahan. Hampir ditiap desa dan kampung yang ada diwilayah Blangkejeren kita jumpai tari Saman. Hubungan suku Gayo dengan suku-suku lainnya di Aceh rapat sekali, karena suku Gayo masih berada dalam suku daerah yang pernah bernaung di bawah lingkungan kerajaan Islam, dan kini juga masih satu provinsi. Oleh karena kerajaan Aceh adalah kerajaan Islam, sedangkan suku Aceh dan suku Gayo adalah pemeluk agama Islam pula, sehingga percampuran kedua suku ini rapat sekali. Hal ini bukan hanya terbatas karena mereka masih dalam satu kerajaan, tetapi lebih karena hubungan sebagai satu agama. Jadi kehidupan keislaman mereka begitu kuat. Mereka juga saling mempengaruhi dalam perkembangan kebudayaan 1

2 masing-masing antara kedua belah pihak cukup besar, adat-istiadat dan lain-lain. Namun begitu, letak Kota Banda Aceh yang terletak dibagian paling ujung dan merupakan pintu masuk bagi wisatawan asing, dimana ketika mereka datang yang mereka lihat adalah Saman yang sudah berkembang dari Saman tradisi itu sendiri, ditambah lagi dengan penduduk masyarakat Aceh yang lebih besarjumlahnya dibandingkan dengan penduduk Gayo, sehingga hal itulah yang membuat tari Saman lebih dikenal berasal dari Aceh dibandingkan kenyataan sebenarnya bahwa Saman berasal dari suku Gayo. Dahulunya tari Saman difungsikan sebagai media dakwah untuk pengembangan agama Islam, media peraturan adat istiadat yang perlu diketahui dan dipatuhi oleh masyarakatnya sebagai bagian dari tata pergaulan kehidupan masyarakat. Karena itu pada awalnya latihan tari Saman diadakan di kolong Meunasah. Perkembangan selanjutnya, tari Saman difungsikan dalam kegiatan kemasyarakatan, sebagai pertunjukan hiburan dan tontonan pada acara perkawinan, sunatan Rasul, kekahan (akikah) anak, perayaan hari-hari besar Islam, yang biasanya berlangsung sampai 2 hari 2 malam, bahkan ada yang sampai 3 hari 3 malam dengan cara bertanding (Saman Jalu). Perayaan hari Raya Idul Fitri, hari Raya Idul Idha, menyambut tamu-tamu negara atau tamu penting daerah, dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat menyemarakkan kegiatan acara tersebut. Fungsi lain dari tari Saman tersebut adalah terjalinnya tali persaudaraan antar grup-grup penari Saman dari kampung dengan desa seberang. Perkembangan selanjutnya, tari Saman telah berfungsi atau difungsikan dalam kegiatan kemasyarakatan, sebagai pertunjukan hiburan dan tontonan pada

3 acara perkawinan, maupun sunatan. Setiap grup tari Saman didukung oleh sejumlah penari yang relatif banyak jumlahnya, yaitu antara 15 (lima belas) sampai 30 (tiga puluh) orang penari. Tari Saman akan lebih semarak, bagus dan menarik untuk ditonton jika jumlah pemainnya cukup banyak jumlahnya. Namun untuk keperluan yang sifatnya menekankan kepada pertunjukan saja, yaitu tari Saman biasa (tanpa tanding) seperti untuk mengisi acara-acara hiburan biasa atau show yang biasa dilakukan di luar negeri, dimana waktu akan dibatasi hanya beberapa menit, maka penari Saman akan berjumlah relatif sedikit. Dalam hal ini penari Saman hanya terdiri dari 11 (sebelas) atau 13 (tiga belas) penari, akan tetapi sebenarnya satu grup penari Saman yang baik seharusnya berjumlah 15 (lima belas) sampai dengan 17 (tujuh belas) penari. Tari Saman telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakatnya. Penampilan tari Saman pada lazimnya dalam bentuk jalu atau penabalan nama anak. Selain perayaan di atas, sering juga tari Samandipertunjukkan pada saat selepas panen padi, sebagai ungkapan kegembiaraan atas hasil panen berlimpah, sesuai dengan harapan penduduk desa, maka desa tersebut akan mengundang grup dari desa atau kampung lain untuk menjamu dan menari Saman bersama-sama. Tari ini pada awalnya kurang mendapat perhatian dari masyarakat luas, dikarenakan terbatasnya komunikasi dan informasi dengan dunia luar. Namun setelah tari tersebut ditampilkan dalam Pekan Kebudayan Aceh (PKA) II dan peresmian pembukaan Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta pada tahun 1975, maka dunia tari Indonesia menjadi terkejut dengan kehadiran tari Saman ini.karena gerakan-gerakan tari yang

4 ditampilkan sangat menarik perhatian para penonton, apalagi tari tersebut diiringi hanya dengan kehadiran dukungan suara yang menurut mereka seperti mengandung magis. Akibat dari pada kehadiran tari Saman tersebut, maka banyak pihak-pihak seniman lain yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang keaslian tari Saman tersebut. Malah banyak dari para pakar-pakar tari tanah air yang ingin belajar menarikan tari Saman tersebut. Selain dari unsur tari, pertunjukan Saman juga didukung oleh unsur gerak, iringan musik internal, busana, yang termasuk ke dalam sebuah bentuk penyajian. Syairnya berakar dari tradisi pantun di kawasan Gayo, yang juga terdiri dari unsur bait, baris, sampiran, dan isi. Selain itu, tema teks Saman ini dapat disesuaikan dengan konteks upacara atau kegiatan yang ingin diiringinya. Misalnya kalau Saman ditampilkan saat hari raya Idul Fitri, maka tema pantunnya adalah saling maaf memaafkan. Jika digunakan untuk mengiringi upacara khitanan tentu saja tema teksnya adalah tentang ajaran-ajaran Islam. Begitu juga jika untuk konteks pertandingan (jalu), maka unsur-unsur keindahan, gaya bahasa, diksidanlainlainnya menjadi tumpuan utama. Semua ini dilatar belakangi oleh kebudayaan Gayo dan Aceh yang Islami secara keseluruhan. Perkembangan tari Saman dilatar belakangi oleh nilai-nilai luhur yang merupakan nilai kehidupan masyarakatnya. Oleh sebabitu memahami posisi kesenian dalam suatu masyarakat sangat penting untuk pelestarian dan pengembangan suatu daerah. Kenyataan ini perlu dipahami karena hasil penciptaan karya seni tidak dapat terlepas dari komunitas kehidupan masyarakat yang memiliki berbagai aktivitas, di samping keinginan melestarikan kesenian

5 tradisional yang mereka miliki. Tari Saman mengalami berbagai perkembangan dalam bentuk penyajiannya, yang melahirkan berbagai gaya dan variasinya. Perkembangan yang terjadi dalam Tari Saman dikarenakan berbagai tuntutan yang menginginkan adanya perubahan. Perkembangan itu sendiri terjadi karena dari faktor internal komunitas dan atau pengaruh eksternal yang datang dari luar komunitas. Dua pengaruh ini secara nyata mampu memberikan perubahan pada bentuk penyajian, struktur gerak,busana, hingga pola dalam tarian. Awal perkembangan tersebut terjadi seiring dengan bergulirnya era industri pariwisata yang ditandai dengan pencanangan program pariwisata oleh pemerintah. Presiden Soeharto ketika itu menekankan perlunya memprioritaskan sektor non-migas untuk peningkatan devisa negara. Pernyataan ini disampaikan pada pembukaan rapat kerja Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi 26 September 1986. Kesenian tradisional sejak itu menjadi objek andalan dan makin meningkat jumlah serta variasinya.dari keragaman bentuk penyajian itu menghadirkan permasalahan estetik yang menyertai penyajian kesenian tradisional tari Saman. Permasalahan estetik yang muncul sangat kompleks, terkait dengan bentuk koreografi, kostum yang kurang lengkap, jumlah penari, durasi penampilan. Salah satu contoh aspek yang menonjoldalam perkembangan tari Saman adalah ketika pengembangan iringan musik internal, seperti syair yang berganti bahasa (aksen yang dinyanyikan tidak seperti aslinya, sehingga membuat arti bahasa tersebut tidak lagi seperti yang seharusnya). Kedua, bentuk penyajian ini menghasilkan perbedaan gaya dan karakterter sendiri. Ketiga, dampak dari perkembangan adanya pariwisata itu secara kuantitas memunculkan grup kesenian

6 atau sanggar-sanggar yang memiliki tari Saman dengan gaya masing-masing di Kota Banda Aceh. Tentunya setiap perubahan menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari perubahan ini adalah Saman lebih dikenal dengan penampilannya yang lebih menarik, baik dari segi penampilan maupun penyajian, sehingga Saman dapat lebih dikenal luas bagi masyarakat baik nasional maupun internasional. Adapun dampak negatif dari perubahan ini adalah menghilangnya ciri khas tari Saman itu sendiri. Sedikit demi sedikit keunikan tari Saman yang asli hanya akan ditemukan pada Kabupaten gayo saja. Dari beberapa sanggar kesenian di Kota Banda Aceh, masing-masing sanggar memiliki latar belakang pendiri yang berasal dari daerah dan mempunyai pendidikan dan pengalaman seni yang berbeda, sehingga mampu mengembangkan dan membuat tari Saman sesuai dengan karakteristik budaya masyarakatnya, sehingga memunculkan gaya tari Saman yang variatif. Banyaknya sanggar kesenian tari Saman di Kota Banda Aceh ini tidak lepas dari keinginan masyarakat pada komunitas tertentu yang ingin memberikan andil untuk berkiprah dalam kegiatan budaya didaerahnya melalui tari Saman. Pengaruh lain berkembangnya tari Saman di Kota Banda Aceh disebabkan oleh karena telah terjadinya interaksi budaya antara masyarakat kota dan desa yang berbatasan dengan kota menimbulkan benturan antara budaya modern yang kapitalistik dengan budaya tradisional yang menerima apa adanya. Budaya tradisional dalam konteks ini adalah tari Saman, dan budaya kapitalistik adalah budayayang berorientasi untuk mencari keuntungan, seperti adanya tanggapan orang punya hajat (permintaan pentas) dan atau tanggapan

7 pentas untuk paket wisata. Pengaruh ini tentu saja akan berdampak pada bentukpenyajian tari Saman, hal ini dapat kita lihat dari perbedaan durasinya. Durasi yang singkat menjadi salah satu pilihan pariwisata untuk mempertontonkannya kepada masyarakat asing. wistawan asing tentunya tidak mempunyai banyak waktu untuk melihat satu bentuk kebudayaan saja, sehingga pariwisata Kota Banda aceh menyungguhkan sebuah penampilan tari Saman yang tidak terlalu lama. Tipe atau model tari Saman yang muncul itu membawa konsekuensi diantara masyarakat komunitas Saman. Ada sebagian menyatakan sependapat dan sebagian lain tidak sependapat. Kontradiksi dalam penyajian tari Saman ini merupakan permasalahan estetikyang lebih banyak disebabkan karena faktor permintaan pasar (tanggapan). Umar Kayam (1981:34) mengungkapkan bahwa benturan tersebut terjadi pada aspek perbedaan antara tradisi dan modern, yang dikatakannya sebagai berikut : Modernisasi menuntuthidup yang lugas (zakelijk), rasional, dan memandang jauh ke depan dalam perkembangan. Modernisasi merobek robek kosmos yang bulat integral menjadi kotak pembagian kerja yang disebut spesialisasi dan berbagai keahlian. Sedangkan seni tradisional adalah bentuk seni dalam kenikmatannya.iatidak terlalu berkepentingan dengan kecepatan waktu serta kecepatan perombakan. Ia mengabdi kepada harmoni serta keseimbangan abadi dari sang kosmos. Dalam konteks moderenisasi seperti yang dikemukakan Kayam, peran pelaku wisata seperti biro perjalanan dalam mengemas kesenian tradisional termasuk tari Saman untuk konsumsi wisatawan, adalah bukti nyata bahwa kesenian tradisional kini telah menjadi bagian dari komersialisasi budaya yang disebut pariwisata. Hal ini dipertegas dengan pendapat Yoety, yang memberikan

8 definisi industri pariwisata sebagai satu gejala komersialisasi seni budaya, yang dalam pelaksanaannya masih mempertimbangkan usaha pelestarian kesenian tradisional. Kenyataan ini tidak bisa terhindarkan, karena pengaruh budaya melalui media teknologi informasi maupun dari gaya hidup dan perilaku yang ditayangkan melalui televisi sangat cepat mempengaruhi pola pemikiran masyarakat. Mengingat kedudukannya itu, tari dapat hidup dan tumbuh berkembang sepanjang zaman sesuai dengan perkembangan manusianya. Dengan kata lain bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi pada tari sangat ditentukan oleh masyarakat pendukungnya. Dalam pengamatan sebuah tarian ada dua sasaran yang harus diteliti yaitu segiyang bersifat kewujudan atau bentuk dansegi yang bersifat makna atau isi, namun disini penulis ingin mengetahui perubahan Saman dari segi transformasi dalam bentuk penyajian yang didukung dengan unsur pariwisata. Unsurdalam konteks pariwisata initentu akan dipengaruhiolehadanya faktor-faktor yang menyebabkan transformasi pada tari Saman tradisi. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengangkat Transformasi Tari Saman menjadi topik penelitian yang nantinya akan dibahas dalam laporan skripsi. Sejauh ini peneliti masih mengadakan pengamatan dan wawancara, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian lebih dalam. Peneliti tertarik untuk mengajukan judul Transformasi Tari Saman Kajian Dalam Konteks Pariwisata.

9 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, ada banyak hal yang dapat diungkapkan dalam perkembangan tari Saman jika ditinjau dalam konteks pariwisata. Sugiyono (2008:52) menyatakan bahwa Setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian. Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah merangkum sejumlah pertanyaan yang muncul dan mengidentifikasinya sebagai masalah yang perlu dicari jawabannya.adanya identifikasi masalah akan lebih mudah mengenal permasalahan yang diteliti sehingga penulisan akan mencapai sasaran. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perkembangan bentuk penyajian Tari Saman Gayo? 2. Bagaimana perkembangan bentuk penyajian Tari Saman di Kota Banda Aceh? 3. Bagaimana kebijakan dan program apa yang dilakukan Pemerintah Provinsi Aceh dalam melakukan pelestarian Tari Saman? 4. Bagaimana transformasi bentuk penyajian Tari Saman kajian dalam konteks pariwisata di Kota Banda Aceh? 5. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perubahan bentuk dan penyajian Tari Saman dalam konteks Pariwisata di Kota Banda Aceh?

10 C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokokpenelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Surahmad (1982:31) yang menyatakan bahwa Sebuah masalah yang dirumuskan terlaluluas tidak perlu dipakai sebagai masalah penyelidikan tidak akan pernah jelas batasan-batasan masalah. Pembatasan ini perlu bukan saja untuk mempermudah atau menyederhanakan masalah bagi penyelidikan akan tetapi juga menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan dalam memecahkan masalah waktu, ongkos dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan atas masalahmasalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan yaitu : 1. Bagaimana Transformasi tari Saman kajian dalam konteks pariwisata di Kota Banda Aceh? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perubahan bentuk dan penyajian tari Saman dalam konteks Pariwisata di Kota Banda Aceh? D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka akan dijelaskan rumusan masalah dalam penelitian ini. Sugiyono (2008:55) mengatakan bahwa: rumusan masalah berbeda dengan masalah, kalau masalah itu berupa kesenjangan antara yang diharapkan dengan apa yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang

11 akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data.adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan Transformasi tari Saman kajian dalam konteks pariwisata di Kota Banda Aceh 2. Mendeskripsikan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perubahan bentuk dan penyajian tari Saman dalam konteks pariwisata di Kota Banda Aceh E. Tujuan Penelitian Setiap penelitian selalu berorientasi pada tujuan,tanpa tujuan yang jelas maka arah kegiatan yang akan dilakukan tidak akan terfokus karena tidak tahu apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Tujuan penelitian menjadi kerangka yang selalu dirumuskan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang akan diperoleh. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan Transformasi Tari Saman kajian dalam konteks pariwisata di Kota Banda Aceh. 2. Mendeskripsikan faktor-faktorapa sajakah yang mempengaruhi perubahan bentuk dan penyajian Tari Saman dalam konteks Pariwisata di Kota Banda Aceh. F. Manfaat Penelitian Sementara itu, manfaat yang diharapkan dari Penelitian ini adalah:

12 1. Penelitian ini secara teoritis berguna untuk mengembangkan konsep pengembangan budaya khususnya dalam memahami pelestarian warisan budaya tak benda (Intangible Heritage) terkait dengan upaya pembangunan dan perkembangan pariwisata daerah. 2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada teori pembangunan sosial budaya yang mungkin bisa dirujuk untuk kajiankajian ilmiah selanjutnya. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi Pemerintah Provinsi Aceh dalam membangun pelestarian tari Saman sebagai warisan asli budaya bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat Aceh pada khususnya agar lebih mencintai budaya bangsa sendiri dari pada budaya bangsa lain. 4. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan oleh Pemerintah Daerah lain dalam mengembangkan kebudayaan daerahnya terutama kesenian berupa tarian untuk memperoleh pengakuan dunia Internasional sebagai bagian dari proses pembangunan pariwisata daerah. 5. Hasil penelitian tentang tari Saman ini dapat dimanfaatkan untuk sarana memajukan kebudayaan nasional bangsa Indonesia serta mempertinggi derajat kemanusian bangsa Indonesia di mata dunia Internasional.