BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMALISASI PENYIDIKAN DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA DI SEMARANG UTARA S K R I P S I. Oleh : S U H A R N O NIM :

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana atau perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, yang benar-benar menjunjung

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh sebab itu setiap perbuatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

I. PENDAHULUAN. keteraturan, ketentraman dan ketertiban, tetapi juga untuk menjamin adanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pengakkan hukum yang terjadi

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 28, Pasal 28A-J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. memberi petunjuk kepada manusia bagaimana ia bertindak dan bertingkah

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari kesengajaan (dolus atau opzet) dan kelalaian (culpa). Seperti

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

PERAN POLRI DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA CABUL PADA ANAK DI POLSEK KECAMATAN LOLAK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN MASALAH HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

I. PENDAHULUAN. Penyelenggara pemerintahan mempunyai peran penting dalam tatanan (konstelasi)

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BAB I PENDAHULUAN. dengan tindak pidana, Moeljatno merumuskan istilah perbuatan pidana, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

I. PENDAHULUAN. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

I. PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun seluruh manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. kenyamanan dalam rangka menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DENGAN PELAKU ANGGOTA TNI (Studi di Wilayah KODAM IV DIPONEGORO)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hukum hidup dan berkembang di dalam masyarakat karena hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

PEMBUNUHAN DENGAN RENCANA DAN PASAL 340 KUHP

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pasal 183 KUHAP yang menyatakan bahwa: Hakim tidak boleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta menjamin warga negara bersama kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan yang tidak ada kecualinya, sedangkan untuk menjamin ketaatan dan kepatuhan terhadap hukum adalah di tangan semua warga negara. Setiap warga negara wajib menjunjung tinggi hukum. Sedangkan kejahatan tindak pidana merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang yang selalu ada dan melekat pada masyarakat. Kewajiban sebagai warga negara telah ditentukan berdasarkan hukum. 1) Setiap warga negara yang lalai dan sengaja tidak melaksanakan kewajibannya mentaati hukum sehingga merugikan masyarakat, dikatakan bahwa warga negara tersebut telah melanggar hukum. Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum, sehingga setiap kegiatan manusia atau masyarakat yang merupakan aktivitas hidupnya harus berdasarkan pada peraturan dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. 1) Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyidikan dan Penyelidikan), Cetakan Ketiga, Jakarta, Sinar Grafika, 2011, hal 22

2 Hukum dibuat dengan tujuan untuk menjaga ketertiban serta kesejahteraan masyarakat. Hukum hidup dan berkembang di dalam masyarakat karena hukum telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Sehingga muncul sebuah istilah ubi societas ibi ius, yang mempunyai arti dimana ada masyarakat disitu ada hukum. Bahwa keberadaan hukum sangatlah diperlukan oleh masyarakat. sehingga masyarakat tanpa hukum akan menjadi liar. Hukum pidana merupakan salah satu bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di masyarakat atau dalam suatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk menentukan perbuatan-perbuatan mana yang dilarang dan disertai ancaman berupa nestapa atau penderitaan bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut. 2) Aturan-aturan tesebut mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan terhadap kepentingan umum. Pelanggaran dan kejahatan tersebut disertai dengan ancaman berupa pidana atau penderitaan bagi mereka yang melanggar aturan tersebut Kejahatan telah lama di kenal dalam sejarah peradaban manusia di muka bumi ini, sehingga tidak mengherankan jika muncul anggapan bahwa kejahatan itu setua umur manusia. Adapun salah satu bentuk kejahatan yang pertama kali terjadi dalam peradapan manusia adalah kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh anak Adam yakni Qabil terhadap Habil sebagaimana dikisahkan dalam kitab suci Al Qur an. Saat itu Qabil membunuh Habil yang merupakan saudara kandung Qabil. Demikianlah seterusnya kekerasan demi kekerasan dalam berbagai bentuknya 2) Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2008 hal. 1

3 mengancam jiwa manusia yang dilakukan oleh dan terhadap anak-anak manusia itu sendiri dan terus berlangsung hingga sekarang. 3) Pembunuhan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan/merampas jiwa orang lain. Selain itu pembunuhan dianggap perbuatan yang sangat terkutuk dan tidak berperikemanusiaan. Didalam tindak pidana pembunuhan yang menjadi sasaran si pelaku adalah jiwa/nyawa seseorang yang tidak dapat diganti dengan apapun, dan perbuatan tersebut sangat bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi: setiap orang berhak untuk hidup, serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Apabila kita melihat ke dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang selanjutnya disingkat dengan KUHP, akan segera dapat diketahui bahwa pembentuk Undang-Undang telah bermaksud mengatur ketentuan-ketantuan pidana tentang kejahatan-kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang itu dalam Buku ke II Bab ke-xix KUHP yang terdiri dari tiga belas pasal, yakni dari Pasal 338 sampai dengan Pasal 350. 4) Tindak pidana pembunuhan adalah suatu bentuk kejahatan terhadap jiwa seseorang dimana perbuatan tersebut sangat bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarkat yaitu norma agama dan 3 ) JE. Sahetapy, Victimologi Sebuah Bunga Rampai,Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987, hal 35-36 4 ) P.A.F.,Lamintang, Theo Lamintang, Kejahatan Tarhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, cetakan Kedua, Jakarta, Sinar Grafika, 2012, hal 11

4 norma adat-istiadat, sekaligus bertentangan dengan norma ketentuan hukum pidana dan melanggar hak asasi manusia yaitu hak untuk hidup. Apa lagi terhadap pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu, yang ancaman hukumannya lebih berat dari pembunuhan biasa karena adanya unsur yang direncanakan terlebih dahulu (Pasal 340 KUHP). Masalah pembunuhan berencana inipun setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan yang diakibatkan oleh tingkat pendidikan, moral, akhlak dan agama yang tidak berfungsi dengan baik terhadap sesama manusia. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 berbunyi Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana ( moord ), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. Pembunuhan berencana itu dimaksudkan oleh pembentuk undang-undang sebagai pembunuhan bentuk khusus yang memberatkan, yang rumusannya dapat berupa pembunuhan yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu dipidana karena pembunuhan dengan rencana. Dalam hal penegakan hukum, walaupun aparat penegak hukum telah melakukan usaha pencegahan dan penanggulangannya, namun dalam kenyataannya masih saja tetap terjadi laju perkembangan kejahatan yang sangat meresahkan masyarakat yaitu pembunuhan yang khususnya terjadi di wilayah Semarang Utara dan Kota Semarang pada umumnya yang

5 cenderung meningkat baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas dengan modus operandi yang berbeda. Peran Polri dalam penegakan hukum terutama aspek represif adalah sebagai Penyidik Polri sebagimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 1981, tentang Hukum Acara Pidana Pasal 6 ayat (1), dengan berbagai kewenangan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1). Disamping itu juga berperan sebagai koordiansi Kepolisian Khusus dan mengawasi serta mengkoordiansi pelaksanaan tugas Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Peran tersebut dalam rangka sistem Peradilan Tindak Pidana dimana Polri sebagi ujung tombaknya, Dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat sebagai akibat dari pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, arus globalisasi yang sangat deras, keterbukaan dan demokrasi serta hak-hak asasi manusia yang semakin marak, maka sangat dibutuhkan kewaspadaan yang tinggi serta antisipasi yang tajam terhadap munculnya gangguan Kamtibmas berupa kejahatan yang berkualitas tinggi dan meresahkan masyarakat seperti kasus pembunuhan tersebut. Dengan demikian aparat kepolisian yang merupakan aparat terdepan di dalam menangani atau memeriksa tindak pidana yang terjadi khususnya dalam masyarakat, membuat kedudukan Polri sangat dominan sekali dalam menjaga keamanan, ketertiban, dan penegakan hukum di dalam kehidupan masyarakat, Oleh karena itu pihak Polri dituntut untuk melakukan tugastugas secara professional dalam penanganan suatu tindak pidana yang

6 meresahkan masyarakat yaitu kasus pembunuhan berencana. Sehubungan dengan latar belakang tersebut diatas, maka judul sekripsi ini adalah Optimalisasi Penyidikan dalam Tindak Pidana Pembunuhan Berencana di Semarang Utara. B. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya materi dan lokasi yang perlu diteliti terutama yang berkaitan dengan tindak pidana serta keterbatasan waktu, biaya dan kesempatan dalam melakukan penelitian, maka penulis membatasinya pada Tugas Polri dalam melakukan pengungkapan dan penyidikan tindak pidana pembunuhan berencana yang terjadi di wilayah Semarang Utara Polrestabes Semarang C. Perumusan Masalah Atas dasar latar belakang perumusan masalah yang telah diuraikan di depan, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penyidikan Polri dalam tindak pidana pembunuhan berencana yang terjadi di Semarang Utara Polrestabes Semarang? 2. Hambatan-hambatan apa sajakah yang dihadapi Polri dalam penyidikan tindak pidana pembunuhan berencana di Semarang Utara Polrestabes Semarang? 3. Bagaimanakah upaya untuk mengoptimalkan penyidikan tindak pidana pembunuhan berencana di Semarang Utara Polrestabes Semarang?

7 D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan utama yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tugas Polri dalam penanganan tindak pidana pembunuhan berencana yang terjadi di wilayah Semarang Utara Polrestabes Semarang. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa sajakah yang dihadapi Polri dalam penannggulangan suatu tindak pidana yang terjadi di wilayah Semarang Utara Polrestabes Semarang. 3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Polri dalam mengoptimalkan penyidikan tindak pidana pembunuhan berencana E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Untuk menambah pengetahuan tentang tugas Polri dalam penanganan suatu tindak pidana yang terjadi di wilayah Semarang Utara Polrestabes Semarang. 2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap Polri dalam mengatasi hambatan-hambatan yang berkaitan dengan penangulangan suatu tindak pidana khususnya yang terjadi di wilayah Semarang Utara Polrestabes Semarang.

8 3. Menambah wawasan tentang penerapan KUHP, terutama berkaitan dengan tindak pidana pembunuhan berencana. F. Sistematika penulisan Dalam menyusun skripsi ini penulis membaginya dalam beberapa Bab, yang ke semuanya terdiri dari lima Bab dan dalam Bab ini masih dibagi dalam beberapa sub-sub: Bab I sebagai Bab Pendahuluan yang didalamnya penulis akan membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II merupakan Tinjauan Pustaka, di dalam Bab ini diuraikan tentang norma-norma hukum, teori- teori hukum yang berhubungan dengan fakta atau kasus yang dibahas. Disamping itu juga disajikan mengenai berbagai azas hukum atau teori hukum yang bermanfaat sebagai bahan untuk melakukan analisis terhadap fakta atau kasus yang diteliti, pendapat para sarjana serta Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan penanganan tindak pidana oleh Polri. Dalam tinjauan pustaka ini juga akan membahas masalah pengertian tindak pidana, pengertian penyidik, tugas dan fungsi polri sebagai penegak hukum. Bab III berisi tentang Metode Penelitian yang membahas tentang tipe penelitian, spesifikasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, metode penyajian data dan metode analisis data.

9 Bab IV membahas tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan data yang meliputi tugas Polri dalam penanganan tindak pidana pembunuhan berencana yang terjadi di wilayah Semarang Utara dan hambatan- hambatan yang dihadapi Polri dalam penanganan suatu tindak pidana di wilayah Semarang Utara Polrestabes Semarang, dan suatu upaya untuk mengoptimalkan penyidikan tindak pidana pembunuhan berencana. Bab V merupakan Bab terakhir atau Bab penutup yang didalamnya diuraikan tentang kesimpulan dan saran.