BAB I PENDAHULUAN tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan cita-cita nasional. Salah satu cita-cita nasional yang tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2005, pasal 1 tentang Standar Nasional Pendidikan ditegaskan:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang telah diterapkan terdapat masalah klasik yang sulit dipecahkan. Data-data

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 MONGKRONG, WONOSEGORO

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menyiapkan sumber daya manusia yang produktif. Hal ini berarti bahwa berhasil

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. terdidik itu sangat penting. Sebuah efek langsung pendidikan adalah. membentuk pendapat dan mengembangkan sudut pandang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan berdasarkan Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk. nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi. aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan dalam arti perbaikan pendidikan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan dapat menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja tetapi lebih menekankan pada proses penemuan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mungkin agar proses kegiatan belajar mengajar berlangsung efektif. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan siswa secara optimal baik secara kognitif, afektif dan. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang diberlakukan di Indonesia mulai tahun ajaran 2013/2014 (Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah). Kurikulum 2013 ini adalah kurikulum yang menggantikan kurikulum 2006 yang sering disebut dengan (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Kurikulum 2013 adalah suatu perangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran sebagai panutan dalam belajar mengajar untuk dikembangkan berdasarkan kebutuhan sekarang dan untuk masa yang akan datang. Berlakunya suatu kurikulum di Indonesia di atur berdasarkan peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan beserta undang-undang nomor 60 tahun 2014 (kemendikbud 2013a). Dalam penerapan kurikulum 2013 Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 ini yaitu Pendekatan Scientific / Pendekatan Ilmiah. Penerapan Pendekatan Scientific sebagai cara untuk mengatasi kebosanan, kejenuhan, dan untuk meningkatkan kemampuan belajar peserta didik pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Karena dalam pendekatan scientific ada lima proses yang harus 1

2 dilaksanakan pada saat proses pembelajaran yaitu: mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Penilaian kompetensi peserta didik pada kurikulum 2013 mencangkup tiga standar kompetensi lulusan (SKL), yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan (Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah). Salah satu tujuan dari penilaian adalah untuk mengetahui apakah kemampuan peserta didik meningkat agar tercapai kompetensi yang diharapkan (kemendikbud 2013b). Ketiga kompetensi tersebut sama dengan kompetensi pada kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sering disebut dengan kurikulum 2006. Perbedaannya yaitu hanya terletak pada adanya penilaian sikap spritual, kompetensi inti (KI), dan pengelompokkan kompetensi dasar (KD). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PPKn kelas X SMA PGRI 1 Bandung Ibu Mimin S. Pd terdapat permasalahan pada pembelajaran PPKn, salah satunya di kelas X IIS II terutama dalam meningkatkan kemampuan belajar peserta didik di kelas. Suasana di kelas terkesan kaku dan peserta didik cenderung diam dan tidak memperhatikan guru menerangkan didepan kelas. Menurut keterangan beberapa peserta didik, kemampuan belajar mereka di kelas kurang di kerenakan mereka menganggap mata pelajaran PPKn adalah mata pelajaran yang paling membosankan, karena guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, murid jadi mengantuk dan mereka berasumsi dengan

3 metode ceramah pembelajaran menjadi kaku, dan peserta didik kurang memperhatikan. Menurut Spencer dalam Hamzah Uno (2010, h. 62) mendefinisikan kemampuan sebagai Karakteristik yang menonjol dari seseorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. Jadi kesimpulan nya kemampuan yaitu sesuatu yang dikerjakan seseorang melalui proses dan mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa hasilnya meningkat atau menjadi lebih baik dari hasil sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara di atas, masalah yang akan dikaji pada penelitian ini, yaitu mengenai meningkatkan kemampuan belajar peserta didik di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. Ada dua faktor yang mempengaruhi permasalahan ini, yaitu faktor internal pada peserta didik, atau pun eksternal pada guru tersebut. Masalah ini harus segera di tuntaskan, karena kemampuan belajar peserta didik di dalam kelas merupakan faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan suatu pembelajaran. Pendekatan scientifik / pendekatan ilmiah melalui model Problem Based Learning yang akan membantu dalam proses pembelajaran untuk mencapai tiga ranah dalam kurikulum 2013 ini yaitu sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Indra Nugraha yang menyatakan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam

4 Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta didik, Irna Nurainiyah yang menunjukakan bahwa peserta didik yang menggunakan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, dan Dyan Nurmaya yang menunjukkan bahwa dengan menggunakan model Problem Based Learning saat dan setelah tindakan dilaksanakan menunjukkan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Melihat dari beberapa masalah di atas, maka penelitian tindakan kelas yang dipandang paling tepat oleh penulis untuk menangani permasalahan ketika guru sedang mengajar di kelas. Penelitian Tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, konselor), dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan (Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan, 2010, h. 140). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang memkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantive, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin Problem Based Learning. Atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam proses perbaikan dan perubahan (Rochiati Wiriaatmadja dalam bukunya Metode Penelitian Tindakan Kelas, 2009, h.11). Prof. Howard Barrows dan Kelson dalam buku M. Taufiq Amir. Ph.D (2009, h. 21) sebagai berikut:

5 Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, danmmemiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam model Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan menggunakan masalah secara berkelompok agar peserta didik lebih mudah dalam memecahkan masalah. Dari beberapa pengertian Problem Based Learning menurut para ahli di atas maka peneliti menyimpulkan materi yang cocok dengan masalah dunia nyata adalah materi tentang Kasus Pelanggaran HAM. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil suatu model pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan belajar peserta didik di kelas X IIS II SMA PGRI 1 Bandung dengan Implementasi model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran PPKn. Maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul Penerapan model Problem Based Learning untuk Meningkatan Kemampuan Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran PPKn (penelitan tindakan kelas X IIS II SMA PGRI 1 Bandung). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah yang timbul antara lain:

6 a. Peserta didik kurang semangat, kurang partisipasi, dan kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang di anggap membosankan dan tidak penting karena hanya membahas tentang dinamika sosial, ekonomi, budaya, politik, dan hukum. Bahkan beberapa siswa mengantuk dan mengobrol dengan teman sebangkunya. b. Kurangnya kemampuan peserta didik pada saat pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan berlangsung, hal ini terlihat ketika guru sedang menyampaikan materi, peserta didik hanya diam tanpa merespon dan tidak berpartisipasi. Peserta didik hanya di tuntut menghafal materi dan bisa mengerjakan soal ujian tanpa memperdulikan proses pembelajaran. c. Permasalahan yang sering terjadi pada saat proses pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang sering menggunakan metode ceramah pada saat kegiatan belajar mengajar sehingga peserta didik menjadi tidak aktif dan acuh tak acuh saat pembelajaran berlangsung. C. Rumusan Penelitian Berdasarkan dari identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : Bagaimana hasil dari penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan belajar peserta didik pada mata pelajaran PPKn?

7 D. Batasan Masalah Agar permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini terarah dan tidak terlalu meluas, maka ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Bagaimana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dalam upaya meningkatkan kemampuan belajar peserta didik kelas X IIS II SMA PGRI 1 Bandung pada materi Kasus Pelanggaran HAM di mata pelajaran PPKn? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam upaya meningkatkan kemampuan belajar peserta didik kelas X IIS II SMA PGRI 1 Bandung pada materi Kasus Pelanggaran HAM di mata pelajaran PPKn? 3. Bagaimana peningkatan hasil kemampuan belajar peserta didik dalam upaya untuk mengetahui kemampuan belajar peserta didik kelas X IIS II SMA PGRI 1 Bandung pada materi Kasus Pelanggaran HAM dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam pelajaran PPKn? E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Berdasarkan dari batasan masalah diatas, maka tujuan dari penelian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di dalam kelas dengan melalui model Problem Based Learning.

8 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui : a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan belajar peserta didik kelas X IIS II SMA PGRI 1 Bandung pada materi Kasus Pelanggaran HAM di mata pelajaran PPKn. b. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan belajar peserta didik kelas X IIS II SMA PGRI 1 Bandung pada materi Kasus Pelanggaran HAM di mata pelajaran PPKn. c. Peningkatan hasil kemampuan belajar peserta didik kelas X IIS II SMA PGRI 1 Bandung pada materi Kasus Pelanggaran HAM dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam pelajaran PPKn. F. Manfaat Penelitian Dari tujuan di atas yang telah diuraikan peneliti, manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil Penelitian ini secara teoritis memberikan sumbangan pengetahuan dalam penggunaan model Problem Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Manfaat lainnya adalah agar para pengajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat mengkaji kelebihan dan kekurangan dari

9 pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning ini. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memecahkan suatu masalah baik langsung ataupun tidak langsung dan juga dapat memberikan manfaat yang berguna bagi berbagai pihak. a. Bagi Guru Guru dapat menggunakan model Problem Based Learning sebagai pembantu dan memudahkan guru dalam meningkatkan kemampuan belajar peserta didik pada mata pelajaran PPKn di sekolah. b. Bagi Peserta Didik Peserta didik tidak hanya mendapat wawasan tetapi peserta didik termotivasi dan juga mendapatkan pengalaman dalam pembelajaran PPKn dengan menggunakan model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan belajar peserta didik. c. Bagi Sekolah Sekolah dapat menggunakan model Problem Based Learning untuk meningkatkan mutu pembelajaran pada mata pelajaran PPKn. d. Bagi Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Model Problem Based Learning ini bisa membantu mahasiswa PPKn dalam mengembangkan suatu masalah yang berpengaruh terhadap persiapan menjadi guru PPKn di lapangan nanti, bisa membantu

10 mahasiswa dalam melakukan penelitian dan bisa menambah referensi perpustakaan jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan khusus nya bagi penelitian yang menggunakan model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. e. Bagi Peneliti Motivasi peneliti untuk terus meneliti dan menemukan model-model baru dalam bidang pendidikan, khususnya pelajaran PPKn dan penelitian ini memberikan gambaran secara jelas dalam pembelajaran PPKn dengan menggunakan model Problem Based Learning. G. Kerangka Pemikiran Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mendapat ilmu dan mencapai kesuksesan dari setiap orang. Apabila seseorang sukses, maka pasti bangsa indonesia juga sukses dalam mencapai tujuannya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembelajaran merupakan suatu rencana dari segala konsep kegiatan belajar yang telah dipersiapkan secara matang untuk meciptakan suatu proses pembelajaran yang aktif baik pada peserta didik ataupun pada guru. Melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ikut serta dalam proses meningkatkan kemampuan belajar peserta didik, karena pada pembelajaran PPKn peserta didik tidak hanya sebagai pendengar ketika guru sedang menjelaskan tetapi peserta didik dituntut untuk aktif ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.

11 Meningkatkan kemampuan belajar peserta didik dapat melalui model Problem Based Learning. Meningkatkan kemampuan belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai peserta didik melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan serta keterampilan yang berguna bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Meningkatkan kemampuan belajar PPKn adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik semakin hari semakin menjadi baik nilainya setelah mengikuti proses pembelajara PPKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi peserta didik untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes, memperlihatkan kerjanya, tugas, hasil kerja, portofolio, sikap serta penilaian diri. Untuk meningkatkan kemampuan belajar PPKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajara interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada peserta didik sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses dari pada hasil. Guru merancang proses belajar

12 mengajar yang melibatkan peserta didik secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar PPKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peserta didik secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peserta didik adalah pembelajaran dengan Problem Based Learning. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam kelas dimulai, peserta didik terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian peserta didik diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar PPKn dibandingkan dengan pendekatan tradisional (metode ceramah). H. Definisi Operasional 1. Penerapan adalah sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan (Ali, Lukman dkk 1995:1044, h. 9).

13 2. Model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan (Nur, M dan Kardi, S. 2000, h. 12) 3. Problem Based Learning adalah penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Tan dalam Rusman, 2010, h. 229). 4. Meningkatkan adalah Kata meningkatkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata kerja dengan arti antara lain: 1) Menaikkan (derajat, taraf, dsb); mempertinggi; memperhebat (produksi dsb). 2) Mengangkat diri; memegahkan diri. 5. Kemampuan (abilities) seseorang akan turut serta menentukan perilaku dan hasilnya. Yang dimaksud kemampuan atau abilities ialah bakat yang melekat pada seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara phisik atau mental yang iaperoleh sejak lahir, belajar, dan dari pengalaman (Soehardi,2003, h. 24). 6. Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan (Nasution). http://widhiieaprilia.blogspot.co.id/p/blog-page_16.html (15 April 2016). 7. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang

14 dan jenis pendidikan tertentu. (pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional). 8. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan media pengajaran yang meng-indonesiakan para peserta didik secara sadar, cerdas, dan penuh tanggung jawab. Karena itu, program PKn memuat konsep-konsep umum ketatanegaraan, politik dan hukum negara, serta teori umum yang lain yang cocok dengan target tersebut (Abdul Aziz Wahab 2008, h. 18) I. Struktur Organisasi Skripsi Adapun struktur organisasi nya yaitu: 1. Bagian Pembuka Skripsi Bagian pembuka disusun dengan urutan: 1. halaman sampul, 2. Halaman pengesahan, 3. halaman moto dan persembahan, 4. Halaman pernyataan keaslian skripsi, 5. Kata pengantar, 6. ucapan terima kasih, 7. Abstrak 8. Daftar isi, 9. Daftar tabel, 10. Daftar gambar, 11. Daftar lampiran. 2. Bagian Isi Skripsi Bab I pendahuluan ada: a) latar belakang masalah, b) identifikasi masalah, c) rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, d) batasan masalah, e) tujuan penelitian, f) manfaat penelitian, g) definisi operasional, h) struktur organisasi skripsi. Bab II kajian teoretis ada: a) kajian teori, b) analisis dan pengembangan materi pelajaran yang diteliti (meliputi: a) keluasan dan

15 kedalaman materi, b) karakteristik materi, c) bahan dan media, d) strategi pembelajaran, e) sistem evaluasi. Bab III metode penelitian ada: a) setting penelitian (tempat penelitian), b)subjek penelitian, c) metode penelitian, d) desain penelitian, e) tahapan pelaksanaan PTK, f) rancangan pengumpulan data, g) pengembangan instrumen penelitian, h) rancangan analisis data, i) indikator keberhasilan (proses dan output). Bab IV hasil penelitian dan pembahasan ada: a) deskripsi hasil dan temuan penelitian, b) pembahasan penelitian. Bab V simpulan dan saran ada: a) simpulan, b) saran. 3. Bagian Akhir Skripsi Bagian akhir skripsi disusun dengan urutan: 1. daftar pustaka, 2. Lampiran-lampiran, 3. Daftar riwayat hidup.