BAB I PENDAHULUAN. manusia. Selain berperan penting dalam kehidupan manusia secara individu,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan lulusan-lulusan yang dapat bersaing di zaman modern yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. kearah peningkatan yang lebih positif. Agar usaha-usaha tersebut dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan Islam baik MI, MTs, MA, maupun PTAI sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang fundamental dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Dalam Q.S ar-ra d/13: 11 Allah Swt. berfirman: kemunduran menuju kemajuan. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang maju.pada Al-qur an surah ar-ra d ayat 11 Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di masa sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar untuk menciptakan masa

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Setiap lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. maju. Dalam Al-qur an surah ar-ra du ayat 11 Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak, baik pemerintah, orang tua maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN pasal 31 yang menyatakan bahwa (1) setiap warga negara berhak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah sedang mengadakan berbagai usaha untuk membangun manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. (jasmani). Untuk melakukan itu semua diperlukan suatu proses yang. yang diakibatkan oleh belajar tersebut. 2

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 1992), hlm Sriyono, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, (Jakarta: Rineka

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan lewat

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. Undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang merumuskan bahwa: mempengaruhi sumber daya manusia (SDM) suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. * Seluruh Teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word Menu Add-Ins

BAB I PENDAHULUAN. dan mendidik hingga pada akhirnya terjadi keseimbangan antara fisik dan mental.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya merupakan interaksi pendidik (guru) dengan siswa (siswa) untuk

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, sampai kapan dan dimanapun ia berada. sebagaimana sabda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. lingkungan masyarakat atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman yang dilalui manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan. mengembangkan potensi dan kemampuan anak didik sesuai dengan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri tiap individu. Upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan. kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga Negara.

memberikan gairah dan motivasi kepada para siswa. Sesuai dengan Undang dengan visi misi pendidikan nasional dan reformasi pendidikan menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. anak, dikeluargalah anak mendapat bimbingan dan pembinaan dari segala macam

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam ajaran agama Islam, umat Islam diperintahkan untuk semangat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan nasional. Perkembangan zaman saat ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu ingin maju dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Negara Indonesia sebagai negara yang berkembang, telah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini yang dapat. membantu manusia untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana untuk mendewasakan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Hal ini karena pendidikan kini telah menjadi salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia. Selain berperan penting dalam kehidupan manusia secara individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu dengan adanya pendidikan dapat menghasilkan manusia yang memiliki kemampuan berpikir logis, bersikap kritis, berinisiatif, unggul, dan kompetitif. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan tetapi juga ditekankan pada proses pembinaan kepribadian peserta didik serta menyeluruh sehingga menjadi lebih dewasa. 1 Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia sebagai ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran atau latihan di masa yang akan datang. Maju mundurnya suatu bangsa tergantung pada tinggi rendahnya mutu pendidikan bangsa tersebut. Semakin tinggi kualitas keilmuaannya, maka semakin tinggi pula derajatnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam Surah Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi: 3. 1 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2006), Cet. Ke-4, h. 1

2 ق يل ف اف س ح وا ي ف س ح الل ه ل ك م و إ ذ ا ي ا أ ي ه ا ال ذ ين آم ن وا إ ذ ا ق يل ل ك م ت ف س ح وا ف ال م ج ال س انش ز وا ف انش ز وا ي ر ف ع الل ه ال ذ ين آم ن وا م نك م و ال ذ ين أ وت وا ال ع ل م د ر ج ات و الل ه ب ا ت ع م ل ون خ ب ي Berdasarkan ayat tersebut dapat diambil pelajaran bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan memiliki ilmu pada tempat yang khusus di akhirat sesuai dengan kemuliaan dan ketinggian derajatnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting bagi manusia agar derajat kehidupannya menjadi lebih baik. Pemerintah telah menetapkan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional, diperlukan penyelenggaraan pendidikan yang diharapkan mampu meningkatkan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Laju perkembangan IPTEK dewasa ini harus diiringi dengan kesiapan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan intelektual dan moralitas tinggi. Sejalan dengan itu, kemajuan IPTEK tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ilmu pengetahuan sosial sebagai dasar dari suatu ilmu. 2 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2010), Cet. ke-1, h. 6.

3 Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial disusun melalui pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi peserta didik dan kehidupannya. Pembelajaran IPS adalah alih informasi pengetahuan dan keterampilan yang membantu peserta didik menempatkan diri dalam situasi yang membuatnya mampu melakukan konstruksi-konstruksi pemikirannya dalam situasi wajar, alami, dan mampu mengekpresikan dirinya secara tepat apa yang mereka rasakan dan mampu melaksanakannya. Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan daripada transfer konsep, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS peserta didik diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. 3 Kita ketahui bahwa pembelajaran IPS adalah suatu sistem pendidikan yang terdiri dari berbagai faktor antara lain, peserta didik, pendidik, media belajar, fasilitas belajar dan juga sumber belajar yang bertujuan membuat peserta didik menguasai dan memahami berbagai intregasi berbagai disiplin ilmu sosial, seperti ekonomi, sejarah, sosial, geografi dan lain-lain. Selain ilmu sosial juga ilmu humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan, sehingga pembelajaran IPS di MI lebih mengutamakan mendidik peserta didik menjadi seseorang yang mampu menempatkan diri dalam situasi yang membuatnya mampu melakukan konstruksikonstruksi pemikirannya dalam situasi wajar, alami, dan mampu mengekpresikan November 2016. 3 http://ahmadwahyumaruto.blogspot.co.id/2015/03/pembelajaran-ips.html. Di akses tanggal 7

4 dirinya secara tepat apa yang mereka rasakan dan mampu melaksanakannya sesuai tingkat dan lingkungan dimana peserta didik tersebut berada. 4 Keberhasilan dalam pendidikan merupakan suatu hal yang sangat diharapkan, seperti keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Untuk mencapai keberhasilan ini melibatkan beberapa peran, diantaranya adalah peran guru sebagai pendidik dan peran siswa sebagai peserta didik. Guru dan peserta didik saling berinteraksi untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar yang tinggi dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam keberhasilan proses belajar mengajar serta tercapainya tujuan pendidikan. Meningkatkan aktivitas belajar, perlu diupayakan model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan intelektual, mental, emosional, sosial dan motorik agar peserta didik menguasai tujuan-tujuan instruksional yang harus dicapainya. Menurut Slameto, konsep yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran bukan hanya apa yang dipelajari peserta didik, tetapi juga bagaimana peserta didik harus mempelajarinya. Dengan kata lain, peserta didik belajar bagaimana belajar. 5 Seiring dengan perkembangan waktu, dalam dunia pendidikanpun banyak dikembangkan berbagai model pembelajaran kooperatif untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, sehingga banyak para guru yang menggunakan berbagai model pembelajaran tersebut. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas 4 http://ahmadwahyumaruto.blogspot.co.id/2015/03/pembelajaran-ips.html. Di akses tanggal 7 November 2016. 5 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 13.

5 lebih efektif. Menurut Agus Suprijono, Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan; (1) memudahkan peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. 6 Sebelum menentukan model pembelajaran ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, salah satunya adalah pertimbangan dari sudut peserta didik, apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik. 7 Salah satu model yang dipertimbangkan adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang heterogen. 8 Hal ini sesuai dengan ayat Al-Qur an dalam Surah Al-Ma idah ayat 2 yang berbunyi: ي ا أ ي ه ا ال ذ ي ن آم ن وا ل ت ل وا ش ع آئ ر الل ه و ل الش ه ر ا ل ر ا م و ل ا ل د ي و ل ال ق آلئ د و ل آم ي ال ب ي ت ا ل ر ا م ي ب ت غ و ن ف ض ل م ن ر ب م و ر ض و انا و إ ذ ا ح ل ل ت م ف اص ط اد وا و ل ي ر م ن ك م ش ن آ ن ق و م أ ن ص د وك م ع ن ال م س ج د ا ل ر ا م أ ن ت ع ت د وا و ت ع او ن وا ع ل ى ال ب و الت ق و ى و ل ت ع او ن وا ع ل ى اإل ث و ال ع د و ا ن و ات ق وا الل ه إ ن الل ه ش د ي د ال ع ق ا ب 6 Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Palajar, 2009), h. 58. 7 Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali pers, 2013), cet. II, h. 134. 8 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengmbangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), cet. IV, h. 122.

6 Berdasarkan ayat tersebut bahwa Allah menganjurkan untuk umat muslim tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif dengan proses pembelajarannya peserta didik dikelompokkan dan saling bekerjasama dengan peserta didik lain yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Model pembelajaran koopertif ini mengajarkan kepada peserta didik untuk saling bekerja sama dan saling membantu dalam kegiatan pembelajaran. Pembagian kelompok dalam model pembelajaran kooperatif heterogen dalam satu kelompok diharapkan dapat terjalin kerjasama yang positif antara individu-individu yang berbeda. Pembelajaran dengan model kooperatif dalam proses pembelajarannya tidak harus belajar dari guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik dapat saling belajar sesama peserta didik lainnya. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe, di antaranya tipe number head together (NHT), group investigation (GI), inside outside circle dan lainlain. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe course review horay dan word square, keduanya merupakan model yang berpusat pada peserta didik. Kedua model tersebut mempunyai perbedaan baik dalam hal jumlah kelompok maupun langkah-langkah dalam pembelajarannya, namun tentunya kedua model tersebut bertujuan agar peserta didik dapat saling berinteraksi dan saling mempengaruhi antara

7 satu dengan yang lain serta pembelajaran dapat berlangsung dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 9 Model Pembelajaran kooperatif tipe course review horay serupa dengan model pembelajaran kooperatif tipe word square hampir mempunyai karakteristik yang sama, membuat anak-anak saling berbagi informasi dengan temannya dengan jumlah kelompok yang sudah ditentukan oleh guru. Dan pokok materi yang akan dilaksanakan dalam pembelajaranpun harus diberitahukan terlebih dahulu, persamaan seperti inilah yang membuat peneliti ingin membandingkan keduanya, bukan dengan model pembelajaran yang lain. Berdasarkan observasi awal kebanyakan model pembelajaran yang digunakan setiap guru cenderung masih pembelajaran yang bersifat konvensional sehingga peserta didik masih bersifat pasif. Hal seperti ini dapat menghambat pengetahuan peserta didik karena dalam proses belajar peserta didik hanya mendengarkan tanpa ada yang dilakukan oleh peserta didik, sehingga materi pelajaranpun tidak dapat diterima oleh peserta didik dengan baik. Dan akhirnya pada saat guru melakukan evaluasi peserta didik banyak mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. 10 Pada lokasi penelitian didapatkan juga adanya golongan-golongan peserta didik, sehingga nilai yang didapat peserta didik tidak bervariasi. Peserta didik golongan cepat menangkap pelajaran akan mendapatkan nilai yang memuaskan, sedangkan golongan peserta didik yang lambat menangkap pelajaran mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe 9 Zainal Aqib, Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), (Bandung: Yrama Widya, 2015), h.2-3. 10 Observasi Awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 oktober 2016

8 course review horay dan word square dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang diharapkan dapat membantu terlaksananya pembelajaran yang aktif (giat, rajin, selalu berusaha bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat hasil belajar yang gemilang). Tempat yang nantinya akan penulis teliti adalah Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sungai Lulut Kabupaten Banjar yang bertempat di Jalan Mesjid Al-Kautsar No. 221 Rt. 04 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. Guna mengetahui lebih jauh, peneliti melakukan penelitian ini dengan mengambil judul Perbandingan Hasil Belajar IPS Antara Pembelajaran Menggunakan Model Kooperatif Tipe Course Review Horay Dengan Tipe Word Square Di Kelas V MIN Sungai Lulut Kabupaten Banjar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu: 1. Bagaimana hasil belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay di kelas V C MIN Sungai Lulut Kabupaten Banjar? 2. Bagaimana hasil belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe word square di kelas V B MIN Sungai Lulut Kabupaten Banjar? 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS antara pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe course review horay dengan tipe word square di kelas V MIN Sungai Lulut Kabupaten Banjar?

9 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui hasil belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay di kelas V C MIN Sungai Lulut Kabupaten Banjar. 2. Mengetahui hasil belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe word square di kelas V B MIN Sungai Lulut Kabupaten Banjar. 3. Mengetahui terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPS antara pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe course review horay dengan tipe word square di kelas V MIN Sungai Lulut Kabupaten Banjar. D. Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Sebagai umpan balik bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay dan model pembelajaran kooperatif tipe word square dalam mengajar IPS di Madrasah Ibtidaiyah. 2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi peserta didik dalam: a. Meningkatkan hasil belajar, khususnya pada pembelajaran IPS b. Meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. c. Mengenal berbagai model pembelajaran IPS.

10 3. Sebagai bahan informasi bagi yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran kooperatif tipe course review horay dangan tipe word square. 4. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi sekolah dalam rangka inovasi sistem pengajaran, akselarasi mutu dan kualitas pendidikan. 5. Sebagai pengalaman langsung bagi peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay dangan tipe word square. 6. Bagi perguruan tinggi sebagai khasanah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. E. Batasan Masalah Selanjutnya agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka bahasan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Peserta didik yang diteliti adalah siswa kelas V MIN Sungai Lulut Kabupaten Banjar. 2. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe course review horay dangan tipe word square. 3. Penelitian dilakukan pada materi kebutuhan manusia. 4. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah keberhasilan yang dicapai peserta didik melalui evaluasi pembelajaran pre-test dan post-tes dalam menyelesaikan soal-soal tentang kebutuhan manusia.

11 F. Definisi Operasional Untuk menghindari interpretasi yang keliru terhadap judul, maka penulis memaparkan definisi operasional agar sesuai dengan maksud pembahasan, terutama mengenai sasaran yang menjadi topik pembahasan. 1. Perbandingan, dalam bahasa Inggris istilah ini compare yang berarti membandingkan, memperbandingkan. 11 Dalam bahasa Indonesia istilah ini berasal dari kata banding, kemudian mendapat awalan per dan akhiran an sehingga menjadi rangkaian kata perbandingan yang berarti imbang, pertimbangan, sebanding, dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perbandingan adalah perbedaan selisih kesamaan. 12 Jadi perbandingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penelitian ilmiah yang bersifat membandingkan hasil belajar peserta didik yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay dengan model pembelajaran kooperatif tipe word square dilihat dari perbedaan hasil akhir pada pembelajaran IPS peserta didik kelas V MIN Sungai Lulut Kabupaten Banjar. 2. Hasil belajar tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. 13 Hasil belajar yang digunakan dengan menggunakan evaluasi formatif yang dilaksanakan setiap kali selesai mempelajari setiap satuan 11 John M. Echols and Hasan Shadily, Kamus Ingrris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), Cet. Ke-XXV, h. 132. 12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 860. 13 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. ke-4, h. 200.

12 pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. 14 Adapun yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini yaitu dari segi kognitif. Dalam aspek kognitif adalah skor yang diperoleh peserta didik melalui evaluasi pembelajaran pre-test dan post-tes dalam menyelesaikan soal-soal tentang kebutuhan manusia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay dangan tipe word square dalam jangka tertentu. 3. Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik. 15 Pembelajaran yang dimaksud disini pembelajaran IPS pada kelas V B dan V C materi tentang kebutuhan manusia. 4. Model pembelajaran kooperatif tipe course review horay merupakan pembelajaran yang memadukan kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kecil. pembelajaran ini dapat mendorong peserta didik untuk ikut aktif dalam pembelajaran dan diharapkan peserta didik lebih semangat dalam belajar karena pembelajarannya tidak monoton diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan, dan pada akhirnya hasil belajar peserta didik akan menjadi baik 5. Model pembelajaran kooperatif tipe word square adalah model pembelajaran yang di susun seperti bentuk teka-teki, tetapi disamarkan dengan huruf-huruf 14 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,2014), h.184. 15 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 7.

13 yang lain sebagai pengecoh untuk dikerjakan oleh peserta didik, dimana peserta didik diharapkan mampu memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban yang telah disediakan. Jadi peserta didik sangat diharapkan untuk berpikir lebih kritis untuk bisa menjawab soal-soal yang ada. G. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar Berdasarkan teori yang ada bahwa model pembelajaran koooperatif tipe course review horay dengan tipe word square merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang berupaya sedemikian rupa untuk menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik peserta didik, dalam rangka mengoptimalkan hasil belajar. Peneliti mengasumsikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe course review horay dan tipe word square dapat diterapkan karena dapat membuat hasil belajar dan aktivitas peserta didik menjadi meningkat. 2. Hipotesis Adapun hipotesis yang diambil dari penelitian ini adalah : H 0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe course review horay dengan tipe word square di kelas V MIN Sungai Lulut Kabupaten Banjar. Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe course review horay

14 dengan tipe word square di kelas V MIN Sungai Lulut Kabupaten Banjar. H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah memahami isi pembahasan ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I, Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, batasan masalah, definisi operasional, alasan memilih judul, anggapan dasar dan hipotesis, dan sistematika penulisan. Bab II, Landasan teoritis yang berisikan pengertian belajar dan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, hasil belajar, model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe course review horay, model pembelajaran kooperatif tipe word square, ruang lingkup materi IPS di kelas V SD/MI. Bab III, Metode penelitian yang berisikan jenis dan pendekatan penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, desain pengukuran, teknik pengolahan data dan analisis data, dan prosedur penelitian. Bab IV, Penyajian dan analisis data, yang berisikan gambaran umum lokasi penelitian, pelaksanaan pembelajaran di kelas course review horay dengan word square, deskripsi kegiatan pembelajaran di kelas yang menggunakan model kooperatif tipe course review horay, deskripsi kegiatan pembelajaran di kelas yang menggunakan model kooperatif tipe word square, deskripsi hasil pre-test dan post-

15 test peserta didik menggunakan model kooperatif tipe course review horay, deskripsi hasil pre-test dan post-test peserta didik menggunakan model kooperatif tipe word square, analisis hasil pre-test peserta didik, analisis hasil post-test peserta didik, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V, Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.