BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakan diri melalui proses belajar. Tentu sangat logis bagi manusia memilih jalur

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,maka

BAB I PENDAHULUAN. maju tingkat pendidikan seseorang,maka semakin siap pula menghadapi perkembangan ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh pendidik yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengembangan kepribadian dan skill dalam ranah pendidikan adalah sekolah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya bertujuan untuk membentuk manusia yang bermoral dan berilmu. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pendidik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu yaitu menjadikan peserta didik menjadi insan-insan cendikia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan hasil survei UNDP adalah akibat rendahnya mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sosial kultural secara individu maupun secara berkelompok.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini telah melahirkan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mental, emosional, moral, keimanan dan ketakwaan manusia (Syaefudin, 2005: 6).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sudah dapat kita rasakan. Menurut pandangan ini, bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, kemampuan berpikir menjadi kemampuan yang sangat diperlukan agar

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

I. PENDAHULUAN. (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa:

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi anak sebagai sosok kekuatan sumber daya manusia yang bermanfaat bagi Negara.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. individu (Mudyahardjo Redja, 2001: 6). Pendidikan nasional Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab untuk membantu perkembangan kepribadian serta kemampuan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan. Kegiatan yang bersifat bimbingan lebih ditekankan pemberian nasehat, petunjuk dan saran, kegiatan pengajaran lebih ditekankan pada pengembangan intelektual dan penalaran, sedangkan kegiatan pelatihan lebih tampak sebagai pengembangan keterampilan (Depdikbud, 1997: 76). Pendidikan mendukung pengembangan di massa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problem kehidupan yang dihadapinya. Konsep pendidikan tersebut semakin terasa pada seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena peserta didik harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.

Sesuai dengan amanat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa guru sebagai agen pembelajar harus mampu menyajikan proses pembelajaran secara kontekstual dengan melibatkan langsung peran serta peserta didik secara aktif maka perubahan kurikulum itu harus diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru dalam melaksanakan perannya, yaitu sebagai pendidik, pengajar, pemimpin, dan harus mampu melayani peserta didik yang dilandasi dengan kesadaran, keyakinan, kedisiplinan dan bertanggung jawab secara optimal sehingga memberikan pengaruh positif tehadap perkembangan peserta didik. Dalam proses pembelajaran, guru adalah orang yang memberikan pelajaran dan peserta didik adalah orang yang menerima pelajaran. Untuk mentrasfer pengetahuan kepada peserta didik diperlukan pengetahuan atau kecakapan atau keterampilan sebagai guru. Untuk mencapai sasaran tersebut guru harus memiliki empat kompetensi sebagai dasar kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, yakni: (1) Kompetensi pedagogik yang harus dikuasai seorang guru adalah menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, menyelenggarakan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar; (2) kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru adalah bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, dewasa, jujur dan wibawa,

menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, rasa percaya diri, menjunjung tinggi kode etik profesi guru; (3) kompetensi sosial yang harus dimiliki guru adalah berkomunikasi secara efektif, santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat, berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain; (4) kompetensi profesional yang harus dimiliki guru adalah menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diajarkan, menguasai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran yang diajarkan, mengembangkan materi pembelajaran yang diajarkan secara kreatif, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. SMP Negeri 6 Kupang merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang sementara ini menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Fisika pada SMP Negeri 6 Kupang bahwa Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk tiap peserta didik adalah 70. Ketuntasan belajar ditentukan oleh masing-masing sekolah dengan mempertimbangkan kondisi sekolah seperti fasilitas sekolah, kemampuan akademik peserta didik dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Hasil observasi pada SMP Negeri 6 Kupang menunjukkan bahwa di dalam proses pembelajarannya masih menggunakan metode konvensional (ceramah) sehingga semua proses pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher center) sedangkan peserta didik hanya diam, tidak mampu berpikir kritis serta tidak memiliki keinginan untuk mencari tahu, laboratorium fisika yang ada pada sekolah ini jarang digunakan dalam pembelajaran,

sedangkan bentuk evaluasi yang digunakan adalah sesuai dengan tuntutan KTSP meliputi penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif. Dari hasil observasi, diperoleh pula informasi-informasi terkait dengan pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri 6 Kupang adalah sebagai berikut: 1. Guru tidak pernah melakukan eksperimen pada saat proses pebelajaran berlangsung karena banyak alat yang rusak. 2. Guru tidak pernah melibatkan peserta didik dalam pembentukan kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi memecahkan masalah. 3. Partisipasi peserta didik masih rendah, ini dilihat dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik belum mau bertanya apabila ada materi yang belum dimengerti. 4. Guru kurang menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik masih sulit memahami materi yang diberikan. 5. Evaluasi pembelajaran di sekolah ini evaluasi produk saja. Sedangkan evaluasi afektif dan evaluasi psikomotor tidak pernah dilakukan. 6. Ketuntasan Hasil Belajar peserta didik kelas VIII adalah 70, dengan rata-rata kelas 71%. Namun hal ini belum mencapai standar kualitas kelas yang diharapkan KTSP yaitu 80% walaupun secara keseluruhan rata-rata kelas telah mencapai KKM yang ditentukan. Melihat pengalaman yang terjadi di lapangan khususnya yang terjadi pada guru, dalam kegiatan pembelajaran masih belum beralih dari metode ceramah ke metode yang lebih efektif. Hal ini membuat situasi dimana guru mengajar dan peserta didik menjadi penonton yang pasif. Dampak yang terjadi, antusiasme peserta didik menjadi menurun terhadap pelajaran yang diajarkan dan berimbas pada menurunnya hasil belajar peserta didik.

Tabel 1.1 Nilai Peserta Didik Kelas V111 SMP Negeri 6 Kupang Materi Pokok Pesawat Sederhana No. Tahun Ajaran Jumlah Peserta Nilai Rata-Rata Hukum Newton Didik Jumlah Skor Rata-Rata 1. 2010-2011 31 1551 50,06 2. 2011-2012 30 1006,5 53,55 3 2012-2013 33 1718,31 52,07 Sumber : SMP Negeri 6 Kupang ( 2015) Melihat keadaan yang terjadi, maka dibutuhkannya suatu pendekatan pembelajaran yang dapat merangsang peserta didik untuk secara sederhana dan menyeluruh memahami materi yang diajarkan tersebut. Karakteristik Sains, menuntut agar pembelajaran fisika hendaknya menggunakan pendekatan dalam pembelajaran yang benar- benar sesuai dengan karakteristik materi pokok sehingga pembelajaran menjadi efektif. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilannya adalah dengan menerapkan model pembelajaran langsung, karena Model Pembelajaran Langsung dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat mengemukakan fakta-fakta, konsepkonsep, dan teori. Model pembelajaran ini dapat mengembangkan sejumlah kemajuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemajuan yang lebih tinggi dari diri peserta didik. Pesawat sederhana merupakan salah satu materi pokok pada pelajaran fisika yang diajarkan pada kelas VIII semester ganjil tingkat SMP berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Materi pokok ini berhubungan erat dengan pengalaman seharihari, sehingga dari pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat memecahkan masalah, menemukan konsep dan ide-ide ilmiah serta memperoleh informasi terstruktur dan

sistematis. Masalah nyata yang diambil dari materi pokok pesawat sederhana misalnya untuk memindahkan benda yang besar diperlukan pengungkit, untuk membuka baut diperlukan kunci pembuka, serta banyak peristiwa lainnya yang masih dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Berpijak dari paparan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian dalam pembelajaran fisika dengan judul PENENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG MATERI POKOK PESAWAT SEDERHANA PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 6 KUPANG TAHUN AJARAN 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah Hasil Penerapan Model Pembelajaran LangsungMateri Pokok Pesawat Sederhana Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016? Secara terperinci dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Langsung Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016? 2. Bagaimana ketuntasan Indikator Hasil Belajar (IHB) dalam pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran LangsungPada Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016?

3. Bagaimana hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Langsung Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016? 4. Bagaimana respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Langsung Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2015 / 2016? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Mendeskripsikan Hasil Penerapan Model Pembelajaran Langsung Materi Pokok Pesawat Sederhana Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/ 2016. Secara terperinci dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran Materi Pokok Pesawat Sederhana dengan menerapkan Model Pembelajaran Langsung Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/ 2016. 2. Mendeskripsikan ketuntasan Indikator Hasil Belajar (IHB) dalam pembelajaran Materi Pokok dengan menerapkan Model Pembelajaran Langsung Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2015 / 2016. 3. Mendeskripsikan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Materi Pokok Pesawat Sederhana dengan menerapkan Model Pembelajaran Langsung Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2015 / 2016.

4. Mendeskripsikan respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran Materi Pokok Pesawat Sederhana dengan menerapkan Model Pembelajaran Langsung Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2015 / 2016. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Peserta Didik a. Meningkatkan peran aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. b. Meningkatkan semangat belajar peserta didik. c. Meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2. Bagi Guru a. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru-guru fisika untuk memilih pendekatan/model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik. b. Meningkatkan kualitas mengajar guru mata pelajaran fisika pada materi pokok Pesawat Sederhana dengan penerapan Model Pembelajaran Langsungyang lebih menekankan pada aktifitas dan hasil belajar peserta didik. 3. Bagi Sekolah Memberikan masukan yang baik bagi sekolah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kegiatan pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan mutu sekolah. 4. Bagi Peneliti

a. Mendapat pengalaman dalam menerapkan Model Pembelajaran Langsungsehingga dapat diterapkan ketika sudah menjadi guru nanti khususnya pada mata pelajaran fisika. b. Sebagai bahan refrensi bagi para peneliti selanjutnya. 5. Bagi LPTK UNWIRA Sebagai wahana untuk menjalankan tugas bagi LPTK UNWIRA dalam mengemban Tri Dharma Pendidikan Tinggi yakni melaksanakan pendidikan dan pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, secara khusus bagi fakulatas keguruan dan ilmu pendidikan yang memiliki tugas menghasilkan calon-calon guru profesional di masa yang akan datang. E. Asumsi Penelitian Beberapa asumsi dalam penelitian ini adalah: 1. Peserta didik mengerjakan tes awal dan tes akhir yang diberikan secara perorangan tanpa dibantu oleh pihak manapun, sehingga hasil penelitian yang diperoleh benarbenar mencerminkan kemampuan masing-masing peserta didik. 2. Pengamat berlaku obyektif dalam mengamati dan memberikan penilaian terhadap peneliti. 3. Pengamat berlaku obyektif dalam mengamati dan memberikan penilaian terhadap peserta didik. 4. Peserta didik memberikan informasi secara jujur dan benar tentang proses pembelajaran dengan menjawab pertanyaan pada angket respon peserta didik. F. Pembatasan Penelitian

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada materi pokok Pesawat Sederhana, yang dikemas dalam 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2. Ruang lingkup penelitian hanya pada SMP Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016. G. Penjelasan Istilah Menjaga agar tidak terjadi kesalahan penafsiran sehubungan dengan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti memberikan batasan istilah sebagai berikut: 1. Penerapan adalah penggunaan suatu model tertentu menurut aturan atau kaidah tertentu. 2. Model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal. 3. Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik atau pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik atau pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. 4. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film-film, tipe-tipe, program-program media computer dan kurikulum 1. Model Pembelajaran Langsung adalah salah satu model mengajar yang dapat membantu peserta didik untuk mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang diajarkan selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung adalah proses

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menemukan fakta-fakta, konsep-konsep, dan teori-teori dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 138). 2. Peserta Didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.