BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya Pemerintah dalam rangka menunjang lajunya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan di lahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. pada mahkluk-makhluk lainnya di muka bumi ini. Manusia memiliki akal dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu dalam mengenyam pendidikan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda yang menjadi perhatian utama adalah masalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu unit kerja tidak bisa terlepas dari kegiatan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai. keseimbangan jasmaniah dan rohani menuju kedewasaan, disinilah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar dan merupakan tujuan pertumbuhan. Dengan demikian, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa sekarang Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, meningkatkan kualitas manusia dalam membentuk watak bangsa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan moralitas yang tinggi. manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. titik optimal. Dalam arti setinggi-tingginya sesuai dengan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

A. Latar Belakang Masalah

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah peradaban manusia terlihat jelas bahwa kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pengganti dan penerus yang mendahuluinya, dan sebagai pewaris-pewaris di muka

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Mujadalah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha dan kerja keras melalui jalur pendidikan, sekolah, keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-nya. 1

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. untuk merenovasi hidupnya dengan membangun semua unsur terkecil sampai terbesar

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kelangsungan hidup bangsa tersebut 2. Pendidikan pula yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pibadi dewasa susila,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

Pendidikan merupakan bentuk perkembangnya potensi menjadi. manusia yang peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Muhammad Noor Syam bahwa...nampaknya hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. umat manusia merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan, karena pendidikan berperan dalam. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan, kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena itu merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Jika dilihat

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya

BAB I PENDAHULUAN. sebab pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. panjang, persiapan yang matang, dukungan sumber daya manusia dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan investasi utama untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 (Burhanuddin, 2007: 82), mengungkapkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia tidak terlepas dari pendidikan tersebut, baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang system

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya Pemerintah dalam rangka menunjang lajunya pembangunan Nasional adalah dengan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM), kita sadari seepenuhnya penggerak utama pembangunan itu adalah SDM. Berawal SDM jelaslah bahwa baik kualitas maupun kuantitas bangsa Indonesia adalah sangat menentukan untuk memvisi pembangunan dalam masyarakat Indonesia yang sejahtera. Dalam menciptakan manusia Indonesia kalau dilihat dari tripusat pendidikan merupakan kesatuan yang utuh dari tiga lembaga yaitu pemerintah, masyarakat dan keluarga sebagai tri pusat pendidikan. dapat dikatakan maju dan berkembangnya suatu masyarakat bangsa dan Negara tergantung pada kualitas pendidikan. sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 1 Undang-undang RI Pasal 3 No 20, Tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas), (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 7 1

2 Dengan memperhatikan sasaran pokok pendidikan Nasional, yaitu anak didik pada semua jenjang pendidikan yang masih berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Memperhatikan hal tersebut, maka, agar proses pertumbuhan maupun perkembangan mereka dapat mencapai titik optimal yang berkualitas diperlukan bantuan ahli-ahli pendidikan, pendidik, dan pembimbing yang mampu memahami dan mendalami jiwa dan kecendrungan perkembangan anak didik. Minat dan kecenderungan perkembangan anak didik harus diselamatkan dari segala macam gangguan dan hambatan-hambatan serta ancaman, baik yang bersifat spiritual maupun yang bersifat fisik. Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi hambatan dan rintangan bagi studi mereka, yang pada gilirannya akan merugikan, tidak saja pada dirinya sendiri melainkan juga merugikan tujuan dan cita-cita pendidikan nasional. Apabila hal tersebut dikaitkan dengan kenyataan yang ada sekarang, maka sering kita mendengar tentang ada jiwa perkembangan kejiwaan yang terdapat pada manusia khususnya. Problem yang dihadapi oleh murid dalam perkembangan kejiwaannya sangat menonjol terjadi pada masa kanak-kanak sampai menginjak dewasa. Beberapa problem yang mungkin dihadapi para murid diantaranya, problem uang, belajar, pergaulan, dan lain sebagainya. Beberapa permasalahan terkadang menonjol dari yang lain, satu masalah hilang, timbul lagi permasalahan yang lain. F. J. Monks dkk dalam buku Psikologi Perkembangan yang

3 mengutip pendapat Havighurt, mengemukakan sejumlah tugas-tugas perkembangan masa remaja usia 12-18 tahus sebagai berikut: 1. Perkembangan aspek-aspek biologis 2. Menerima peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat sendiri. 3. Mendapat kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lain 4. Menciptakan pandangan hidup sendiri 5. Merealisasikan suatu identitas sendiri dan dapat mengadakan partisipasi dalam kebudayaan pemuda sendiri. 2 Bimbingan dan konseling sebagai sarana untuk menyampaikan berbagai masalah yang bersifat pengarahan terhadap segala problem yang dihadapi manusia dan tugas pembimbing adalah menyampaikan (mengatasi) dengan cara-cara yang baik dan mengingatkan segala perbuatan yang dilarang oleh agama. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Surah Ali Imron ayat 104 sebagai berikut: Ayat tersebut mengandung maksud suatu perintah untuk beramal ma ruf nahi mungkar, yakni bagi umat Islam untuk mengerjakan atau melaksanakan bimbingan dan konseling disegala sektor kegiatan, baik dilembaga formal maupun non formal. Jadi peranan bimbingan dan konseling itu perlu ditingkatkan sehingga nantinya akan membawa kearah keberhasilan dalam pendidikan. 2001), h, 260 2 F. J. Monks, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Gajah Mada University press,

4 Melalui peningkatan peranan bimbingan konseling dalam program pendidikan atau pengajaran di sekolah diharapkan lebih optimal pelaksanaannya dalam membimbing para siswa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hallen A, yang menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling menempati bidang layanan pribadi dan keseluruhan proses kegiatan pendidikan. Dalam hubungan-hubungan ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa dalam rangka agar siswa menemukan pribadi yang mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. 3 Layanan konseling secara umum diharapkan pada tiga sasaran. Yaitu, pengembangan dan pemecahan masalah dalam aspek sosial dan pribadi, pendidikan dan pemebelajaran, serta pengembanan karir. Aspek sosial dan pribadi terkait pemahaman dan pengembangan karakteristik, potensi dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya. Baik dalam sei intelektual, sosial, fisik-motorik maupun efektif-emosional. Aspek pendidikan dan pembelajaran berkenaan dengan perencanaan dan upaya-upaya penyesuaian diri dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Aspek pengembangan kerir menyangkut perencanaan dan persiapan untuk memasuki dunia kerja. Ketiga aspek tersebut dibantu dengan berbagai bentuk layanan konseling secara garis besar meliputi layanan: pengukuran dan pengumpulan data, pemberian informasi, penempatan, konseling, kegiatan kelompok, serta evaluasi dan tindak lanjut yang dilaksanakan secara individual, kelompok atau pun klasikal 3 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta: Quantum Teaching, 2005 ). h. 53

5 Bimo Walgito dalam bukunya yang berjudul Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah merumuskan aspek-aspek yang harus di bimbing pada anak didik sebagaimana dikutip oleh Muhammad Zein sebagai berikut: 1. Bimbingan anak dengan sekolah 2. Bimbingan anak dengan rumah 3. Bimbingan anak dengan lingkungan 4. Bimbingan anak dengan masa depan 5. Bimbingan anak dengan pengisian waktu luang 6. Bimbingan anak dengan kerja dan uang 7. Bimbingan anak dengan pribadinya sendiri 8. Bimbingan anak dengan nilai-nilai norma agama. 4 Berikut ini penulis perlu mengemukakan jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling yang dirumuskan oleh Prayitno dan Erman Amti dalam buku yang berjudul Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling sebagai berikut: 1. Layanan orientasi 2. Layanan informasi 3. Layanan penempatan dan penyaluran 4. Layanan bimbingan belajar 5. Layanan konseling perorangan 6. Layanan bimbingan konseling kelompok. 5 Pendidikan berfungsi menyiapkan para peserta didik untuk kehidupannya pada masa sekarang dan yang akan datang. Kehidupan sebagai individu yang utuh dan mandiri, memiliki kemampuan kemasyarakatan, kemapuan untuk melanjutkan studi pada jenjang yang lebih tinggi, dan melakukan tugas-tugas selama menempuh pendidikan. Karena, tingkat kemajuan masyarakat telah semakin tinggi dan kompleks. Maka, tuntunan terhadap pendidikan juga semakin tinggi. Tingginya tuntunan tersebut, bukan hanya ditunjukkan dengan semakin lamanya h. 64-65 4 Muhammad Zein, Metodologi Pendidikan Agama, ( Yogyakatra: AK. Group. 1995 ), h. 279 5 Prayitno dkk, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta: Rineka cipta: 2004 ),

6 masa pendidikan yang lama ditempuh. Misalnya, saat ini sampai jenjang S2 dan S3. Namun, juga semakin tinggi dan bervariasinya program-program studi yang harus disediakan lembaga pendidikan. Ketiga bidang pendidikan, yaitu kurikulum dan pengajaran, manajemen pendidikan dan bimbingan konseling, memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya, tetapi terarah pada pencapaian tujuan yang sama. Secara umum ketiganya diarahkan pada perkembangan peserta didik secara optimal, yaitu perkembangan setinggi-tingginya sesuai dengan potensinya. Kurikulum dan pengajaran disusun dan dilaksanakan agar peserta didik memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan, secara optimal, mencapai tahap perkembangan nilai, motivasi dan katakteristik pribadi secara optimal pula, konseling dirancang dan diimplementasikan agar para peserta didik berada dalam kondisi prima secara emosial dan sosial. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan secara maksikmal program bimbingan dan konseling disekolah perlu direalisasikan dalam bentuk layanan dalam rangka memberikan bimbingan terhadap siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Dimana tingkah laku yang melanggar ini dapat dilihat dari penyimpangan-penyimpangan norma-norma yang berlaku, seperti membawa rokok dan merokok, suka bergendang meja didalam kelas, membolos, tidak memakai seragam lengkap dan sebagainya. Disini peran bimbingan dan konseling akan menjadi andil yang besar dalam hal memahami murid secara keseluruhan, baik masalah yang dihadapi maupun yang melatar belakanginya.

7 Keberadaan bimbingan di MAN Selat Kapuas sudah cukup lama. Disisi lain, sampai sekarang belum diketahui apakah peran guru bimbingan konseling memang berajalan dengan semestinya. begitu pula belum diketahuinya penananganan apa yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling dalam rangka menghadapi siswa yang melanggar tata tertib di MAN Selat Kapuas. Berdasarkan uraian diatas yang telah dikemukakan, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian dengan judul: STUDI TENTANG PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP SISWA YANG MELANGGAR TATA TERTIB SEKOLAH PADA MAN SELAT KAPUAS. B. Defenisi Operasional dan Lingkup Pembahasan 1. Defenisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memberikan interpretasi judul di atas, maka berikut penulis memberikan penegasan judul a. Studi Didalam kamus bahasa Indonesia yang dimaksud dengan studi adalah penelitian ilmiah, kajian telaah. 6 Jadi yang dimaksud dengan studi dalam penelitian ini adalah suatu penelitian ilmiah, kajian, telaahan untuk mengetahui bagaimana bentuk bimbingan dan konseling terhadap siswa yang dianggap melanggar tata tertib sekolah dan faktor-faktor apa yang mempengaruhinnya pada MAN Selat Kapuas. b. Peranan 6 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Depdikbud, 1999), h. 965

8 Menurut W. J. S. Poerwadarminta peranan adalah Suatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan utama. 7 Peranan yang penulis maksud adalah suatu bagian tugas utama atau kewajiban yang harus dilakukan oleh seseorang. c. Guru Yang dimaksud guru dalam penelitian ini adalah guru pembimbing yaitu: Guru yang memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik. 8 d. Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling semula dikenal dengan istilah GC ( Guidance and Conseling ) menurut Crow, seperti yang dikutip H.M. Umar Sartono, mengartikan bimbingan sebagai berikut: Bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai kepada seorang individu, dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatankegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri. 9 Dalam SK Mendikbud No.025/0/1995 mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah: Pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir, 7 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: PN Balai Pustaka, 1985 ), h. 735 8 Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling disekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), h. 58 9 M. Umar Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, ( Bandung: Pustaka Setia, 1998 ), h. 9

9 melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan normanorma yang berlaku. 10 Bimbingan yang penulis maksud adalah suatu proses pemberian bantuan secara sistematis kepada anak didik yang mengalami masalah belajar, agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi perkembangan siswa. e. Siswa Yang dimaksud siswa dalam penelitian ini adalah peserta didik yang belajar di MAN Selat Kapuas. f. Melanggar tata tertib sekolah 1) Melanggar Yang dimaksud melanggar dalam penelitian ini adalah sesuatu hal yang bertentangan atau menyimpang dari aturan-aturan norma maupun dari harapanharapan lingkungan sosial yang bersangkutan. 2) Tata tertib sekolah Yang dimaksud dengan tata tertib dalam penelitian ini adalah suatu peraturan atau aturan-aturan yang dibuat oleh suatu lembaga dimana aturan tersebut harus ditaati serta dilaksanakan oleh setiap orang yang terikat dalam lembaga tersebut. Jadi yang dimaksud dengan melanggar tata tertib sekolah adalah suatu peraturan atau aturan-aturan yang dibuat oleh pihak sekolah dimana aturan tersebut dilanggar atau tidak ditaati oleh seseorang, sehingga hal tersebut 10 Prayitno dkk, Buku II Pelayanan Bimbingan dan Konseling. (Kerjasama Koperasi Karyan Pusgrifin Dengan penerbit Angkasa, 1999), h.29

10 bertentangan atau menyimpang dari aturan-aturan normative lembaga tersebut (sekolah). 2. Lingkup Pembahasan Berdasarkan penegasan istilah (defenisi operasional) yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan kenyataan secara obyektif tentang penanganan guru bimbingan dan konseling terhadap siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Lingkup pembahasannya meliputi: a. Latar belakang diperlukannya layanan bimbingan dan konseling di sekolah b. Pengertian konseling c. Tujuan konseling d. Fungsi konseling e. Tugas guru bimbingan dan konseling f. Macam-macam layanan bimbingan dan konseling disekolah g. Proses konseling h. Teknik dan pendekatan konseling, meliputi: Pendekatan direktif, pendekatan non-direktif, pendekatan elective. i. Ketentuan jenis pelanggaran 1) Pelanggaran ringan 2) Pelanggaran sedang 3) Pelanggaran berat j. Ketentuan sanksi 1) Jenis sanksi ringan dan mendidik

11 2) Jenis sanksi diproses oleh BP 3) Jenis sanksi tanpa peringatan k. Faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan bimbingan dan konseling 1) Latar belakang pendidikan petugas bimbingan konseling, meliputi: Kualifikasi, dan profesionalisasi, serta pengalaman kerja 2) sarana dan prasarana (pelengkapan tatalaksana) konseling a) Yang berhubungan dengan pengumpulan data: Pedoman wawancara, pedoman observasi, angket, daftar isian, sosiometri, kartu kesahatan, blanko laporan, studi kasus, beberapa tes (kalau memungkinkan) seperti: Alat pengumpul data tes mau pun non tes. b) Pelengkapan penyimpan data, berupa: Kartu, folders, booklest, buku pribadi dan map c) Pelengkapan pelaksana konseling, meliputi: Blanko surat, kartu konseling, kartu konsultasi, daftar kasus, catatan case konferensi, kotak masalah dan papan pengumuman. d) Perlengkapan administrasi, Meliputi: Alat tulis menulis, blanko laporan, surat undangan, agenda surat, arsip surat-surat, catatan kegiatan e) Perlengkapan fisik, meliputi:

12 Ruang kerja konselor, ruang konsultasi, ruang tamu,/ruang tungu, ruang informasi, ruang perpustakaan, ruang bimbingan kelompok/rapat. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan guru bimbingan dan konseling dalam menangani siswa yang melanggar tata tertib sekolah pada MAN Selat Kapuas? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi peranan guru bimbingan dan konseling tersebut di MAN Selat Kapuas? D. Alasan memilih judul Adapun yang menjadi alasan mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling yang diberikan terhadap siswa yang melanggar tata tertib sekolah pada MAN Selat Kapuas. 2. Peranan adalah suatu kegiatan dari tugas dan atau kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seseorang, karena itu perlu sekali diketahui agar diberikan penilaian dan ditindaklanjuti atas kinerja yang bersangkutan. 3. Sebagai Mahasiswa Fakultas Tarbiyah, merasa berkepentingan melakukan penelitian ini, agar segala sesuatu yang berkenaan dengan masalah belajar

13 dan hal-hal yang mempengaruhinya dapat di ketahui jalan pemecahannya melalui layanan bimbingan belajar. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebanyak mungkin informasi dan data yang mengenai a. Mengetahui peranan guru bimbingan dan konseling dalam menangani siswa yang melanggar tata tertib sekolah pada MAN Selat Kapuas. b. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi peranan guru bimbingan dan konseling di MAN Selat Kapuas. F. Signifikansi Penelitian Apabila tujuan penelitian tersebut dapat tercapai, maka hasil penelitian ini diharapkan berguna 1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak sekolah khususnya guru bimbingan dan konseling dan guru-guru lainnya, untuk menangani segala permasalahan siswa secara bijak dan profesional demi kelancaran proses pendidikan di sekolah. 2. Sebagai bahan acuan bagi sekolah untuk lebih meningkatkan peranan bimbingan dan konseling terhadap siswa.

14 3. Sebagai salah satu bahan untuk memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya dalam bimbingan dan konseling. Hasil penelitian ini juga sebagai upaya memperkaya bendaharaan literature Perpustakaan Fakultas Tarbiyah maupun perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin. 4. Bagi orang tua siswa, supaya dapat bekerjasama dengan pihak sekolah dan membantu memberikan perhatian khusus pada anaknya, agar anak terdorong untuk memperbaiki tingkah lakunya demi tercapainya proses belajar mengajar yang diharapkan. 5. Sebagai rekomendasi bagi pihak sekolah untuk lebih meningkatkan lagi kinerja bimbingan konseling dalam melaksanakan layanan bimbingan konseling kepada para siswa. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah memahami isi penulisan skripsi ini, maka penulis menyusunnya dengan sistematika sebagai berikut: BAB I adalah Pendahuluan yang di dalamnya berisi latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II adalah Landasan Teoritis tentang peranan guru bimbingan dan konseling terhadap siswa yang melanggar tata tertib sekolah yang meliputi: Latar belakang diperlukannya layanan bimbingan dan konseling di sekolah, pengertian konseling, tujuan dan fungsi konseling, tugas guru bimbingan dan konseling, macam-macam layanan bimbingan dan konseling disekolah, proses konseling,

15 teknik dan pendekatan konseling, jenis pelanggaran tata tertib, sanksi yang harus diberikan dan faktor-faktor yang mempengaruhi peranan bimbingan dan konseling. BAB III adalah Metodologi Penelitian di dalamnya berisi tentang subjek dan objek penelitian, data, sumber data, dan teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan analisis data serta prosedur penelitian. BAB IV adalah Laporan Hasil Penelitian yang terdiri dari: gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data dan analisis data. BAB V adalah Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.