BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan fisik dalam kehidupan sosial; 3. Standar minimal pengetahuan dan keterampilan khusus dasar;

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TUNE UP SEPEDA MOTOR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. untuk berubah dari model pendidikan yang tradisional menjadi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memegang peranan penting. Dengan pendidikan,diharapkan. kemampuan, mutu pendidikan dan martabat manusia Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BABI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang diembannya, manusia akan sulit menjalankan kehidupannya pada saat ia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizkika Fitri, 2014

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan anggaran 20% APBN untuk. pendidikan. Dalam Undang-Undang 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. pembentukan sumber daya manusia, yang ditekankan pada aspek jasmani dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti cerdas dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa tertuang didalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses pembentukan individu untuk menjadi manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan, pada dasarnya merupakan senjata utama suatu Bangsa dalam mengembangkan human capital yang unggul, arif dan bijaksana. Demikian halnya, manusia merupakan makhluk Tuhan yang selalu di hadapkan dengan berbagai problematika hidup yang menuntut untuk sesegera mungkin diselesaikan. Dengan pendidikan, manusia dituntut untuk selalu mengembangkan akal dan fikirannya agar dengan cepat dan mudah menyelesaikan problematika hidup yang setiap hari dihadapinya. Masalah yang akhir-akhir ini dijadikan trending topic di Negara Indonesia adalah pengangguran. Salah satu penyebab pengangguran yaitu sedikitnya angkatan kerja yang terserap ke dalam dunia kerja. Pengangguran kaum muda menjadi salah satu masalah serius yang tengah dihadapi Indonesia. Jumlah pengangguran per-agustus 2012 masih menyentuh angka 7 juta, bukan angka yang kecil. Masalah pengangguran menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah sebagai pemegang policy serta sekolah sebagai 1

2 lembaga penyelenggara pendidikan. Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan survey tingkat pengangguran di Indonesia, dan fakta yang didapat dari survey tersebut pengangguran terbesar disumbangkan oleh lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 25 %, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 23% dan 14 % oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berdasarkan hasil survey BPS di atas, sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan seharusnya tidak hanya bertugas sebagai mesin pencetak lulusan saja, tetapi juga harus mampu menciptakan lulusan yang kreatif serta diimbangi dengan sikap yang bisa diartikan sebagai respon peserta didik setelah mendapatkan suatu informasi. Faktanya, entrepreneur mempunyai peran yang sangat dominan dalam mengentaskan pengangguraan di banyak Negara. Negara yang maju bahkan telah mengenalkan dan menanamkan kewirausahaan melalui entrepreneur education dalam pembelajaran sekolah di tingkat dasar. Harapannya, minimal peserta didik yang telah dibekali sikap kewirausahaan dapat mengaplikasikanya sehingga dapat menolong dirinya keluar dari masalah yang kelak akan dihadapi setelah kembali ke dalam masyarakat. Misi terbesar pendidikan kewirausahaan adalah menciptakan entrepreneur handal yang mampu menciptakan suatu usaha dan menampung banyak pekerja, efek makro yang ditimbulkan adalah meningkatnya pendapatan per kapita warga. Pendapatan per kapita yang tinggi bisa diartikan bahwa warganya sejahtera, warga yang sejahtera dapat didefinisikan dengan Negara yang maju. Di Indonesia, pendidikan kewirausahaan diajarkan menjadi mata pelajaran kewirausahaan pada peserta didik tingkat menengah, khususnya Sekolah

3 Menengah Kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan mempunyai tujuan mempersiapkan peserta didiknya untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional, menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri, baik saat ini maupun pada masa yang akan datang, dan yang paling penting adalah mempersiapkan tamatan agar menjadi warga Negara yang produktif, adaptif dan kreatif. Dengan kata lain, SMK memiliki tanggung jawab yang sangat relevan dalam membentuk sikap kewirausahaan bagi peserta didiknya. Pelajaran kewirausahaan merupakan salah satu mata pelajaran adaptif yang diajarkan kepada peserta didik kejuruan. Oleh karena itu, pembelajaran kewirausahaan di SMK harus benar-benar diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran. Tuntutan tamatan Sekolah Menengah Kejuruan adalah mendapatkan pekerjaan yang layak dengan gaji yang menjanjikan atau menciptakan pekerjaan yang produktif melalui wirausaha. Pilihan untuk menjadi wirausaha lebih sering dijadikan alternatif terakhir oleh kebanyakan tamatan Sekolah Menengah. Masalah ini dipersulit dengan kendala pada rendahnya tingkat ketrampilan dan keahlian tamatan SMK untuk berwirausaha. Oleh karena itu, setiap angkatan kerja harus dibekali pengetahuan, ketrampilan dan sikap menjadi wirausaha. Dunia pendidikan tidak dapat dipisahkan dari peran guru, guru merupakan figur sentral yang tidak dapat tergantikan. Oleh karena itu guru sangat berperan dalam membentuk sikap kewirausahaan peserta didik. Guru sendiri merupakan

4 sosok yang digugu dan ditiru, oleh karena itu tidak salah apabila pemerintah memperhatikan keberadaan dan kesejahteraan guru. Pendapat ini dibuktikan dengan disahkannya Undang-undang Guru dan Dosen pada tahun 2005. Dengan adanya UUGD profesi guru setara dengan profesi-profesi lainnya yang harus mempunyai kualifikasi, kompetensi dan sertifikat dalam menjalankan profesinya. Dalam UUGD nomor 14 pasal 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sedangkan mengenai kualifikasi dan kompetensi guru masing-masing dijelaskan dalam UUGD pasal 9 dan 10 secara berturut-turut. Kualifikasi akademik guru diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana dan diploma empat. Sedangkan kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru adalah kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan kompetensi profesional. Pendidikan kewirausahaan di SMK Muhammadiyah 3 Gemolong diselenggarakan oleh guru yang telah memenuhi kompetensi dan kualifikasi sebagaimana dijelaskan dalam UUGD. Apabila hal ini dikaitkan kedalam pokok pembahasan yang telah dipaparkan di depan, guru yang memiliki kompetensi dan kualifikasi yang sesuai dalam mengajarkan kewirausahaan harus mampu menciptakan lulusan yang mandiri, kreatif, inofatif atau dengan kata lain menciptakan lulusan yang dapat berwirausaha.

5 Hasil tracer study SMK Muhammadiyah 3 Gemolong dalam 2 tahun terakhir mengindikasikan banyaknya lulusan SMK Muhammadiyah 3 Gemolong yang belum mampu menerapkan ilmu kewirausahasaan yang diterima di sekolah. Tabel 1.1 Tracer Study SMK Muhammadiyah 3 Gemolong tahun 2010 s/d 2012 Jurusan Tahun 2010/2011 Tahun 2011/2012 Bekerja Usaha Melanjut Belum Melanjut Belum Bekerja Usaha kan Bekerja kan Bekerja Total Keuangan 57 4 11 40 40 3 5 35 195 Tata Niaga 17 3-6 15 4 2 9 56 Multimedia 59 5 5 43 60 6 7 41 226 Total 133 12 16 89 115 13 14 85 477 % 28 3 3 19 24 3 3 18 100 Sumber: tracer study SMK Muh.3 Gemolong tahun 2010 s/d 2012 yang diolah Berdasarkan tabel penelusuran di atas, dapat dilihat bahwa tamatan SMK dalam 2 tahun terakhir ini masih 37% yang belum bekerja dan hanya 6% dari 477 peserta didik yang memulai karir mereka dengan berusaha. Niat untuk berwirausaha, muncul apabila bangunan sikap kewirausahaan yang dimiliki oleh peserta didik telah kuat. Sebaliknya apabila niat dalam berwirausaha rendah, ini mengindikasikan bahwa bangunan sikap kewirausahaan peserta didik di SMK Muhammadiyah 3 Gemolong belum begitu kuat. Hasil belajar kewirausahaan peserta didik lulusan SMK Muhammadiyah dalam penguasaan materi pelajaran kewirausahaan dapat dikatakan kurang baik. Ini ditunjukkan dengan nilai mata pelajaran Kewirausahaan pada Ujian Akhir Sekolah (UAS) dua tahun terakhir.

6 Tabel 1.2 Daftar Nilai UAS Kewirausahaan 2010 s/d 2012 Rentang Nilai Tahun 2010 s/d 2012 Frekuensi % 70-72 18 4% 73-75 186 39% 76-78 200 42% 79-81 55 12% 82-84 18 4% 477 100% Sumber: Rekap Nilai UAS SMK Muhammadiayh 3 Gemolong yang diolah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran kewirausahaan sebesar 75, dan apabila dilihat, sebesar 4% peserta didik belum tuntas KKM, 39% peserta didik tuntas dengan nilai minimal, dan 54% peserta didik tuntas. Hal ini bisa dikatakan kurangnya pengetahuan yang diperoleh selama proses belajar mengajar kewirausahaan di sekolah menjadi salah satu pemicu rendahnya sikap kewirausahaan peserta didik, dengan rendahnya sikap kewirausahaan menjadi salah saatu pemicu dari kurangnya niat dan keinginan peserta didik tamatan SMK Muhammadiyah 3 Gemolong untuk berwirausaha. Penguasaan materi kewirausahaan yang kurang maksimal disebabkan dari kurangnya motivasi peserta didik dalam mempelajari materi kewirausahaan, karena peserta didik lebih fokus pada program keahlian yang mereka ambil. Guru mempunyai peran strategis dalam upaya pembentukan sikap kewirausahaan peserta didik, karena dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki guru maka pembelajaran yang berlangsung dapat memberikan kebermaknaan bagi peserta didik dalam mengkonstruksi dan mempraktekkan pengetahuan yang telah di dapatkan sehingga mampu membentuk bangunan sikap kewirausahaan yang kua. Dalam proses belajar mengajar guru harus seimbang

7 dalam memberikan materi dan pengetahuan kewirusahaan serta membentuk sikap kewirausahaan peserta didik dengan meimplementasikan pengetahuan yang sebelumnya telah diberikan. Tapi pada kenyataannya, selama proses belajar mengajar guru lebih dominan fokus pada metode pembelajaran yang memperkaya materi dan pengetahuan tentang kewirausahaan sehingga fokus pada pembentukan sikap kewirausahaan peserta didik tidak berjalan dengan optimal. Guru merupakan kunci keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah, harus berjalan beriringan dengan guru dalam pembentukan sikap kewirausahaan. Pada kenyataannya, SMK Muhammadiyah 3 Gemolong masih lebih fokus dalam mencetak lulusan siap kerja dan terampil dalam bidang ilmu yang sedang didalami dan belum menjadikan pembentukan sikap kewirausahaan sebagai prioritas utama dalam tujuan output learning. Guru adalah agent of change, dimana perubahan paradigma berpikir, bersikap dan berperilaku peserta didik untuk dibimbing kearah yang lebih baik, maka baik atau buruknya perilaku atau cara mengajar guru akan sangat memengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Sikap kewirausahaan dapat ditanamkan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang dilaksanakan harus memberikan pencerahan, motivasi, serta sikap positif kepada peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang didapat. Berdasarkan pemikiran di atas maka peneliti tertarik mengkaji lebih lanjut tentang Pengaruh Kompetensi dan Kualifikasi Guru Terhadap Sikap

8 Kewirausahaan Peserta Didik Berdasarkan Penguasaan Materi Kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan Se-Kabupaten Sragen B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah yang telah tertulis di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang akan diteliti, yaitu: 1. Guru mata pelajaran kewirusahaan telah berkompetensi, tetapi belum mampu menciptakan lulusan dengan sikap kewirusahaan yang tinggi. 2. Guru mata pelajaran telah berkualifikasi sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni, tetapi belum mampu membentuk sikap kewirausahaan lulusan dengan maksimal. 3. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru tidak mendukung terciptanya lulusan dengan sikap kewirausahaan yang tinggi. 4. Kurikulum kewirausahaan di SMK tidak sepenuhnya dipatuhi oleh guru, sehingga pembentukan sikap peserta didik sedikit banyak terhambat. 5. Penguasaan materi kewirausahaan yang tidak maksimal menjadi indikasi kurangnya sikap kewirausahaan peserta didik. 6. Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan kewirausahaan belum menjadikan pembentukan sikap kewirausahaan sebagai prioritas utama. 7. Niat berusaha lulusan yang rendah menjadi akibat kurangnya sikap kewirausaahaan yang dimiliki oleh peserta didik.

9 8. Guru telah berkompetensi dan berkualifikasi, tetapi belum mampu menghasilkan peserta didik dengan penguasaan materi kewirausahaan yang tinggi. 9. Guru telah berkompetensi dan berkualifikasi, tetapi belum mampu menghasilkan peserta didik dengan penguasaan materi kewirausahaan yang tinggi, kurangnya pemahaman materi kewirausahaan memengaruhi pembentukan sikap kewirausahaan peserta didik. 10. Motivasi peserta didik untuk berprestasi dalam mata pelajaran kewirausahaan yang rendah menyebabkan kurangnya penguasaan materi kewirausahaan. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini tidak meneliti semua masalah yang telah teridentifikasi di atas. Namun penelitian ini dibatasi pada beberapa aspek saja yaitu kompetensi guru, kualifikasi guru, penguasaan materi dan sikap kewirausahaan peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan se-kabupaten Sragen. Aspek-aspek yang menjadi variabel dalam penelitian dibatasi pada ruang lingkup sebagai berikut: 1. Kompetensi guru yang akan diteliti dibatasi pada kompetensi guru kewirausahaan yang meliputi kompetensi professional, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi sosial. 2. Kualifikasi guru yang akan diteliti dibatasi pada kualifikasi guru mata pelajaran kewirausahaan.

10 3. Sikap kewirausahaan peserta didik dibatasi pada penginfiltrasian indikasi sikap-sikap kewirusahaan yang telah ditetapkan oleh para ahli dalam proses belajar mengajar. 4. Penguasaan materi kewirausahaan peserta didik dibatasi pada nilai tes tertulis yang terdiri dari tes pilihan ganda dan tes isian singkat, serta nilai tes praktek kewirausahaan. D. Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu: 1. Apakah terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap sikap kewirausahaan peserta didik di SMK se-kabupaten Sragen? 2. Apakah terdapat pengaruh kualifikasi guru terhadap sikap kewirausahaan peserta didik di SMK se-kabupaten Sragen? 3. Apakah terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap penguasaan materi kewirausahaan peserta didik di SMK se-kabupaten Sragen? 4. Apakah terdapat pengaruh kualifikasi Guru terhadap penguasaan materi kewirausahaan peserta didik di SMK se-kabupaten Sragen? 5. Apakah terdapat pengaruh penguasaan materi kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan peserta didik di SMK se-kabupaten Sragen? 6. Apakah terdapat pengaruh kompetensi dan kualifikasi guru terhadap sikap kewirausahaan peserta didik di SMK se-kabupaten Sragen berdasarkan

11 penguasaan materi? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh: 1. Kompetensi guru terhadap sikap kewirausahaan peserta di SMK se- Kabupaten Sragen. 2. Kualifikasi guru terhadap sikap kewirausahaan peserta didik di SMK se- Kabupaten Sragen. 3. Kompetensi guru terhadap penguasaan materi kewirausahaan peserta didik di SMK se-kabupaten Sragen. 4. Kualifikasi guru terhadap penguasaan materi kewirausahaan peserta didik di SMK se-kabupaten Sragen. 5. Penguasaan materi terhadap sikap kewirausahaan peserta didik di SMK se- Kabupaten Sragen 6. Pengaruh kompetensi dan kualifikasi guru terhadap sikap kewirausahaan peserta didik di SMK se-kabupaten Sragen berdasarkan penguasaan meteri kewirausahaan. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teori

12 kompetensi guru, kualifikasi guru dan sikap kewirausahaan peserta didik serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan kepada guru kewirausahaan agar lebih membimbing peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran serta berperan aktif dalam pembentukan sikap kewirausahan peserta didik. b. Memberikan masukan bagi pihak sekolah untuk melaksanakan pembelajaran kewirausahaan yang lebih berkualitas. c. Memberikan masukan bagi dinas pendidikan sebagai pihak yang berkompeten dalam masalah pendidikan, agar berupaya mengembangkan pendidikan yang dapat menghasilkan human capital berkualitas, mampu menolong dirinya sendiri dalam menghadapi tantangan di masyarakat serta memiliki kecakapan hidup.