1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kondisi persaingan usaha yang semakin ketat dan kompetitif, mengakibatkan perusahaan dituntut untuk meningkatkatkan daya saingnya dalam industri maupun strategi keunggulan usahanya. Strategi ini dapat dicapai baik dengan memperbaiki kondisi internal perusahaan, yaitu dengan memperbaiki strategi pengelolaan, dengan penekanan pada market for product, fokus pada perluasan pangsa pasar dan peningkatan laba, maupun dengan melakukan ekspansi eksternal. Ekspansi eksternal dapat dilakukan dengan penggabungan usaha atau penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi, karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain. Jenis penggabungan usaha dapat berbentuk merger dan akuisisi (Nurhayati, 2009: 01). Dalam dunia bisnis, merger dan akuisisi pada sebuah perusahaan adalah hal yang biasa terjadi. Hal yang biasa disebut dengan corporate action ini adalah bagian dari suatu dinamika bisnis yang terus berubah. Dalam merger, perusahaan-perusahaan menggabungkan dan membagi sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan bersama sedangkan akuisisi lebih merupakan sebuah perjanjian. Perusahaan membeli aset atau saham perusahaan lain, dan para pemegang saham dari perusahaan yang menjadi sasaran akuisisi (perusahaan target) berhenti menjadi pemilik perusahaan (Djajanti dan Novaliza, 2013: 02).
2 Menurut Hamonangan dan Sulistyawati (2012: 21), sebelum dilakukannya proses corporate action dalam hal ini merger ataupun akuisisi, maka pihak share holders dalam hal ini investor wajib mengetahui informasi mengenai harga saham sebuah perusahaan. Menjadi suatu keputusan investasi untuk menanamkan modalnya di sebuah perusahaan atau bahkan mengambil suatu keputusan untuk mengakuisisi ataupun menggabungkan usaha (merger). Nilai sebuah perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya, hal ini sangat berguna untuk mengambil keputusan penting, baik yang bersifat operasional maupun jangka panjang. Hal ini merupakan sebuah tuntutan untuk para stake holders yang telah dipilih oleh para share holders untuk memberikan keuntungan yang optimal untuk perusahaan. Melihat banyaknya kepentingan terkait dengan harga saham mendorong penulis untuk melakukan sebuah analisis mengenai penilaian harga wajar saham sebuah perusahaan, apalagi untuk keadaan pasar modal yang tidak efisien seperti keadaan pasar modal Indonesia akan banyak sekali terjadi kesalahan terhadap harga saham (mispriced) yang seharusnya disebabkan oleh beberapa alasan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan suatu analisis yang komprehensif, sehingga perhitungan harga saham yang wajar menjadi akurat dan mengecilkan mispriced yang terjadi. Salah satu perhitungan yang akurat adalah dengan melakukan suatu analisis fundamental yang membahas secara menyeluruh mengenai kondisi perusahaan tersebut, tidak saja mengenai perusahaan tersebut tetapi juga mengenai lingkungan di mana perusahaan tersebut berada. Mengingat perusahaan
3 tidak berdiri sendiri, tetapi juga bergantung pada kondisi makro ekonomi, politik, dan sosial budaya di mana perusahaan tersebut menjalankan usahanya. Dengan pentingnya bagi investor untuk mengetahui harga saham yang wajar dari sebuah perusahaan maka dibutuhkan sebuah kerangka kerja yang baik. Penilaian harga saham yang wajar dapat dimulai dengan memproyeksikan besarnya deviden dan earnings yang akan diterima perusahaan tersebut. Salah satu keberhasilan sebuah perusahaan dapat diukur dari besarnya deviden yang dapat dibagikan kepada para shareholders atau earnings yang didapatnya. Dalam menilai harga wajar saham sebuah perusahaan, ada tiga pendekatan yang digunakan yaitu pertama discounted cash flow valuation, menghubungkan nilai aset dengan present value dari ekspektasi aliran kas di masa mendatang, kedua relative valuation, mengestimasi nilai aset dengan melihat harga aset yang sejenis dan sebanding dibandingkan dengan variabel seperti earning, cash flow, book value atau sales, ketiga contingent claim valuation yang menggunakan model option pricing untuk menaksir nilai dari suatu aset (Damodaran, 2002: 11). Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, untuk menilai nilai wajar saham sebuah perusahaan dapat digunakan dengan beberapa pendekatan, yaitu pendekatan pendapatan dengan menggunakan metoda discounted cash flow, pendekatan data pasar atau relative valuation, option pricing, dan pendekatan aset, namun pendekatan yang sering digunakan dalam menilai harga wajar saham adalah metoda discounted cash flow dan relative valuation dan pada penelitian ini penulis akan menggunakan dua pendekatan tersebut. Industri keuangan merupakan salah satu industri yang saham-sahamnya sangat diminati oleh investor belakangan ini selain industri lainnya. Salah satu
4 bagian dari Industri keuangan yang sangat diminati investor adalah perbankan. Bisa dikatakan perbankan adalah jantung dari industri keuangan. Hal ini karena industri keuangan merupakan motor penggerak roda perekonomian sebuah negara. Tanpa adanya perbankan, roda perekonomian di sebuah negara akan tidak berjalan, sehingga hal ini menjadikan industri keuangan (perbankan) memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah negara. Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat penukaran uang. Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pada penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti harga wajar saham PT. Bank Sulteng saat masuknya investor swasta yakni CT Corp. Pada tahun 2013 dan dengan proses corporate action tersebut menjadikan PT. Bank Sulteng sebagai Bank BPD yang sebagian sahamnya dimiliki oleh investor swasta. Menjadi tantangan tersendiri tentunya dalam menilai valuasi harga wajar saham di industri perbankan ini, karena dalam industri perbankan cenderung mendapat regulasi yang ketat didalamnya dan pendapatannya yang tergantung kepada pihak ketiga terutama pembiayaan dalam bentuk kredit.
5 PT. Bank Sulteng sendiri dahulu bernama PD. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah didirikan pada tahun 1969 di Palu. Bank yang berkantor pusat di Jalan Sultan Hasanuddin No. 20 Palu dan hingga saat ini mempunyai 13 kantor cabang yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Kinerja keuangan Bank Sulteng selama 5 (lima) tahun terakhir sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 terus memberikan keuntungan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 kredit yang diberikan mencapai Rp385.038 miliar dengan perolehan laba bersih sebesar Rp13.413 miliar, kemudian pada tahun 2012 kredit yang diberikan sudah mencapai Rp754.178 miliar, sedangkan perolehan laba mengalam penurunan dari tahun sebelumnya sebesar Rp8.694 miliar. Selama kurun waktu tersebut rata-rata peningkatan kredit yang diberikan mencapai ± 8,08 persen, sedangkan laba bersih meningkat rata-rata ± 29,81 persen. Persaingan dalam industri perbankan yang semakin ketat, memaksa bankbank meningkatkan produktifitas sumber dayanya dalam meningkatkan profit. Peningkatan profit antara lain dengan melakukan ekspansi kredit. Peningkatan penyaluran kredit perlu ditunjang dengan pertumbuhan modal disetor. Selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir pertumbuhan modal disetor dari Bank Sulteng dibandingkan dengan pertumbuhan kredit yang diberikan oleh Bank Sulteng tidak proporsional, dimana prosentase pertumbuhan modal disetor jauh lebih kecil dari pertumbuhan kredit yang diberikan. Pada tahun 2007 modal disetor adalah sebesar Rp77.815 miliar, sedangkan pada tahun 2012 modal disetor baru mencapai Rp126.563 miliar. Selama kurun 5 (lima) tahun rata-rata pertumbuhan modal disetor hanya mencapai ± 12,11 persen. Sesuai regulasi Bank
6 Indonesia hal tersebut dapat memberikan dampak penurunan CAR dan kesulitan ekspansi pada masa mendatang. Sesuai dengan Business Plan yang dibuat Bank Sulteng, sasaran yang hendak dicapai melalui rencana penguatan modal adalah sebagai berikut. 1. Mengembangkan usaha kerja bank guna mencapai target yang ditetapkan melalui ekspansi kredit yang berkelanjutan, ekspansi jaringan dan sebagainya. 2. Mempertahankan Ratio kecukupan modal (CAR) sebelum diperhitungkan dengan penerapan manajemen risiko tetap berada di atas ketentuan. 3. Rencana modal inti sampai dengan tahun 2012 sebesar Rp153.890 juta. 4. Rencana modal inti sampai dengan tahun 2013 sebesar Rp183.683 juta. 5. Rencana modal inti sampai dengan tahun 2014 sebesar Rp219.434 juta. 6. Rencana modal inti sampai dengan tahun 2015 sebesar Rp386.185 juta. 7. Rencana modal inti sampai dengan tahun 2016 sebesar Rp439.836 juta. Terkait dengan sasaran tersebut, Bank Sulteng menetapkan beberapa alternatif dalam rangka penambahan modal disetor. 1. Setoran tunai pemegang saham. 2. Right Issue. 3. Sub Debt. 4. Go Public melalui pasar modal (Initial Public Offering/IPO). Bank Sulteng berencana akan merealisasikan salah satu alternatif yang telah ditetapkan yaitu dengan mengundang pihak ketiga sebagai pemegang saham baru dalam hal ini CT Corp., yang telah resmi memegang 30 persen saham Bank Sulteng senilai Rp62 Miliar.
7 Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa setiap investor maupun perusahaan berupaya untuk mengetahui dan menilai saham dengan beberapa pendekatan yang investor anggap tepat. Selanjutnya investor dan pihak perusahaan melakukan penilaian apakah terjadi under valued atau over valued dari penilaian saham tersebut. Maka, penerapan skenario dari tingkat pertumbuhan dan return yang diharapkan, akan menghasilkan rentang harga wajar saham. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik mengambil judul penelitian Analisis Nilai Wajar Saham Bank Sulteng Sebelum Masuknya Investor Pada Tahun 2013. 1.2 Perumusan Masalah Dalam memperkuat permodalan atau menambah modal bank, maka beberapat alternatif seperti tersebut diatas merupakan salah satu jalan keluarnya. Jalan kelaur yang dipilih dari ke empat alternatif, yaitu ; setoran tunai pemegang saham, right issue, sub debt atau go publik, masing-masing mempunyai prosedur yang tidak mudah untuk dilaksanakan dan memakan waktu yang cukup lama. Namun demikian harus tetap dipilih salah satu dari ke empat alternatif tersebut. Maka dari pada itu, alternatif yang paling mudah yang dipilih adalah setoran tunai dari para pemegang saham. Namun demikian dalam situasi saat ini baik secara ekonomi yang tidak menentu serta situasi politik dan pemerintahan yang dirasakan belum stabil, maka dicari alternatif lain, yaitu mencari investor dari pihak swasta nasional, di mana dari segi syarat dan prosedur tidak berbelit dan hanya mempertimbangkan kelayakan usaha semata. Tesis ini memberikan nilai dari sudut pandang penilai independen yang memberikan gambaran nilai saham perusahaan pasca masuknya investor swasta
8 baru dari sudut pandang pendidikan, yaitu menghitung nilai saham PT. Bank Sulteng sebelum masuknya investor swasta baru pada tahun 2013. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan penelitian Tujuan penelitian adalah menentukan nilai wajar saham PT. Bank Sulteng sebelum masuknya investor swasta baru pada tahun 2013. Diharapkan nilai tersebut dapat memberikan gambaran kondisi PT. Bank Sulteng pada saat penelitian dilakukan. 1.3.2. Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut, 1. Memberikan gambaran kepada masyarakat investor tentang nilai saham Bank BPD sebelum masuknya investor swasta baru. 2. Bagi pemerintah khususnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai kajian penyempurnaan kebijakan mendatang dalam rangka penambahan modal saham bank, khususnya Bank BPD yang tadinya dimiliki 100 persen pemerintah (kabupaten, kota dan provinsi) dengan menggaet investor luar swasta nasional. Karena perbankan sangat disorot masyarakat kiranya kebijakan transparansi yang lebih luas untuk bank-bank yang telah menjadi perusahaan terbuka perlu dilakukan. 3. Bagi penulis, sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dalam bidang penilaian bisnis, terutama pendalaman dalam penilaian saham perusahaan bank yang beroperasi di daerah.
9 1.4 Keaslian Penelitian Masuknya investor swasta ke dalam bank milik pemerintah, khususnya Bank BPD belum lama ini belum pernah terjadi, sehingga atas transaksi tersebut menurut pengetahuan kami belum pernah dilakukan penelitian. Penelitian ini merupakan yang pertama sehingga keasliannnya diharapkan tidak diragukan. Beberapa penelitian mengenai penilaian saham dengan pendekatan pasar dan pendapatan dalam proses penilaian dan pendapat kewajaran antara lain sebagai berikut. 1. Gilson, dkk. (2000) melakukan penelitian dengan mengunakan metoda DCF, comparable company multiple, fresh start valuation. 2. Damodaran (2002) melakukan penelitian mengenai analisis nilai pengendali pada perusahaan tertutup dan penilaian akuisisi yang berindikasi pada premi kendali, diskon marketability dan voting share differentials. 3. Tauriesanto (2007) Penilaian Saham PT. BNI Tbk dalam rangka Privatisasi tahun 2007, menyimpulkan bahwa Hasil penelitian dengan menggunakan metoda discounted cash flow, diperoleh estimasi nilai intrinsik saham BNI per November 2007 berkisar antara Rp3.139,40 sampai dengan Rp3.240,20. 4. Lenz (2008), meneliti lebih jauh tentang eksistensi valuasi dari suatu sinergi yang digunakan masa kini di mana hanya sekedar melakukan transfer pangsa pasar (market share) dan angka penjualan (sales figure). 5. Cain dan Danis (2010) menganalisis hasil penilaian dari perusahaan target yang diungkapkan dalam pendapat kewajaran saat negosiasi merger antara tahun 1998 sampai 2005 di Amerika.
10 6. Welc (2010), mengevaluasi keefektifan dari penyesuaian fundamental Price/Sales Multiple dalam membedakan antara under valued dan over valued saham yang tercatat di Bursa Efek Warsawa. 7. Damodaran (2010) dalam paper-nya mengamati equity risk premium secara praktikal. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab dengan susunan sebagai berikut. Bab I, Pengantar yang mencakup uraian tentang latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penelitian,serta sistematika penulisan. Bab II, Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis, bab ini berisikan uraian mengenai tinjauan pustaka yang berkaitan dengan judul penelitian, landasan teori dan rencana penelitian yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian serta alat analisis yang digunakan. Bab III, berisi uraian tentang alat yang digunakan untuk melakukan penelitian, jalannya penelitian, pembahasan data berupa analisis data dari penelitian yang dilakukan. Bab IV, merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan serta saran atas hasil penelitian. Bab ini berisi kesimpulan hasil analisis yang didapatkan dari hasil penelitian sebagai jawaban atas tujuan penelitian, keterbatasan berupa kendala dan kesulitan dalam penelitian serta saran yang disampaikan sebagai sumbangan pemikiran.