BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Beton akan semakin

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. selebihnya pasir dan kerikil (Wuryati dan Candra, 2001). Karakteristik beton

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. kasar, dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan.

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB III LANDASAN TEORI. pada beton. Perkembangan teknologi pada fly ash telah mencapai inovasi baru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penggunaan Kaca Dalam Bidang Konstruksi. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. semen sebagai bahan ikatnya, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB III LANDASAN TEORI. Mutu Beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain (Sutikno, 2003) d. Susunan butiran agregat yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB II LANDASAN TEORI

RABID. Salah satu material yang banyak digunakan untuk struktur teknik sipil. adalah beton. Beton dihasilkan dari peneampuran semen portland, air, dan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

BAB III LANDASAN TEORI. hidrasi dan menghasilkan suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

BAB III LANDASAN TEORI. beton dengan penggunaan kadar fly ash yang cukup tinggi yakni di atas 50%

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.

BAB III LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

pemakaian air (angka perbandingan air dan semen) yang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

VARIASI PEMAKAIAN PASIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidrasi dan menghasilkan suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan laju pembangunan yang semakin pesat, beton telah banyak

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERUBAHAN UKURAN BUTIRAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON OKSANDI ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self Compacting Concrete (Beton memadat Mandiri) adalah campuran

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian mengenai berbagai bahan yang dapat dicampurkan kedalam campuran beton untuk menghasilkan beton dengan kekuatan yang tinggi, karena peningkatan kekuatan beton salah satunya sangat bergantung pada bahan penyusunnya. Salah satu upaya peningkatan kualitas beton adalah dengan penambahan serat atau fiber. Salah satu serat yang dapat dipakai adalah serat jenis plastik yaitu serat polypropylene yang sudah terbukti dapat meningkatkan dan memperbaiki sifat structural dari beton (ACI Committee 544,1982). 2.2. Perkembangan Penelitian Beton Berserat Polypropylene Penelitian mengenai serat polypropylene pernah diteliti oleh Adianto dan Joewono (2006), yang membahas tentang hubungan penambahan serat polymeric terhadap karakteristik beton normal (fc = 30 Mpa). Khusus serat polypropylene, kadar serat yang dimasukan kedalam campuran beton adalah 0,0 kg/m 3 ; 0,6 kg/m 3 ; 0,9 kg/m 3 ; 1,3 kg/m 3 ; 1,8 kg/m 3 beton, dan setelah dilakukan percobaan di laboratorium, hasilnya menunjukan bahwa dengan penambahan serat polypropylene, kekuatan tekan beton meningkat sejalan dengan waktu pengerasan, semakin banyak kadar serat, semakin rendah modulus elastisitas dan kadar optimum penambahan serat adalah 0,9 kg/m 3 beton untuk umur beton 28 hari. 7

8 Penelitian yang lain dilakukan oleh Kartini (2007), tentang penggunaan serat polypropylene untuk menigkatkan kuat tarik belah beton. Dalam penelitian ini digunakan serat polypropylene dengan panjang 12 mm dengan komposisi serat adalah 0,0 kg/m 3 ; 0,3 kg/m 3 ; 0,6 kg/m 3 ; dan 0,9 kg/m 3 beton, dengan pencampuran beton (mix design) menggunakan metode ACI. Hasilnya adalah peningkatan kuat tarik belah sebesar 3,17 % jika dibandingkan dengan beton normal, dan kadar optimum penambahan serat polypropylene adalah 0,9 kg/m 3 campuran beton. Apriyatno (2010) dalam penelitiannya tentang kapasitas geser balok beton bertulang dengan polypropylene fiber sebesar 4 % dari volume beton, memberikan kesimpulan bahwa kuat tekan beton serat turun sekitar 15,88 % dari beton normal, dan modulus elastisitas beton serat juga turun sekitar 16,16 % dari beton normal. Kuat tarik belah beton berserat meningkat 22,063 % dari beton normal dan beton serat ini masih mampu menerima gaya tarik meskipun telah mengalami retak. Penambahan serat polypropylene juga meningkatkan kapasitas geser balok bertulang fiber sebesar 11,76 % dari beton normal. Jumlah retakan, lebar retakan, serta panjang retakan dari beton normal lebih besar jika dibandingkan dengan beton serat. Penelitian oleh Hasanr dkk. (2013) mengenai pengaruh penambahan polypropylene fiber mesh terhadap sifat mekanis beton, meneliti tentang nilai kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat lentur beton dengan campuran polypropylene dengan berbagai kadar. Kadar serat yang dimasukan dalam campuran beton adalah 0,0 kg/m 3 ; 0,4 kg/m 3 ; 0,6 kg/m 3 ; dan 0,8 kg/m 3 beton, dengan kuat rencana

9 fc 20 Mpa. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa, penambahan serat mengakibatkan menurunnya workability yang ditunjukan dengan menurunya nilai slump. Nilai kuat tekan awal beton pada umur 7 hari lebih kecil dari umur 28 hari. Kesimpulan lainya adalah kuat tekan beton mengalami peningkatan sebesar 3,62 % terhadap beton normal dengan kadar serat optimum 0,6 kg/m 3 beton, kuat tarik belah meningkat 20,44 % dengan kadar optimum serat 0,65 kg/m 3 beton, dan kuat lentur meningkat 11,26 % dari beton normal dengan kadar serat optimumnya adalah 0,58 kg/m 3 beton yang diuji pada umur 28 hari. 2.3. Beton Berdasarkan SNI 2847:2013, beton merupakan campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambah (admixture). Menurut Tjokrodimuljo (2007), beton adalah campuran antara semen portland, agregat, air, dan terkadang ditambahi dengan menggunakan bahan tambah yang bervariasi mulai dari bahan tambah kimia, serta sampai dengan bahan bangunan non-kimia pada perbandingan tertentu. Menurut Mulyono (2004), beton didefinisikan sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentukannya seperti semen hidrolik (Portland Cement), agregat halus, agregat kasar, air dan bahan tambah. Beton memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Mulyono (2004), secara umum kelebihan dan kekurangan beton sebagai berikut : 1. Kelebihan beton a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.

10 b. Mampu memikul beban yang berat. c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi. d. Biaya pemeliharaan yang kecil. 2. Kekurangan beton a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah. b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi. c. Berat. d. Daya pantul suara besar. Nawy (1990) mengemukakan beberapa parameter yang dapat menentukan kekuatan beton yaitu : 1. Kualitas semen. 2. Proporsi semen terhadap air dalam campuran. 3. Kekuatan dan kebersihan agregat. 4. Interaksi atau adhesi antara pasta semen dan agregat. 5. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton. 6. Penempatan yang benar, penyelesaian dan kompaksi beton segar. 7. Perawatan pada temperatur yang tidak lebih rendah dari 500 f pada saat beton hendak mencapai kekuatannya. 2.4. Beton Serat Beton serat didefinisikan sebagai bagian komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain berupa serat. Pada umumnya serat berupa batang-batang dengan ukuran 5-500 μm dengan panjang sekitar 25 mm sampai 100 mm (Mulyono 2003).

11 Menurut Adianto dan Joewono (2006), beton serat adalah beton yang terbuat dari semen portland atau bahan pengikat hidrolis lainnya ditambah agregat halus dan kasar, air, dan diperkuat oleh serat dan kinerja dari material komposit beton sangat dipengaruhi oleh interaksi antara serat dan matrik beton. Menurut Suhendro (1998), keuntungan penambahan serat dalam adukan beton yaitu : 1. Daktilitas yang berhubungan dengan penyerapan energi. 2. Ketahanan terhadap beban kejut (impact resistance). 3. Ketahanan terhadap gaya tarik dan momen lentur. 4. Ketahanan terhadap kelelehan 5. Ketahanan terhadap susut 6. Ketahanan terhadap ausan, fragmentasi, dan spailling. 2.5. Bahan Penyusun Beton Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari beberapa bahan penyusun, diantaranya adalah : 2.5.1. Semen Portland Berdasarkan SNI-15-2049-2004, Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lainnya. Menurut Siregar (2014), semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan melalui

12 penghalusan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan untuk mengatur awal ikatan semen. Dalam SNI-15-2049-2004, berdasarkan jenis dan penggunaan, semen dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu : 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada semen jenis lain. 2. Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan terhadap sulfat dan kalor hidrasi sedang. 3. Jenis III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. 4. Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi yang rendah. 5. Jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi terhadap sulfat. Bahan dasar semen portland terdiri dari bahan-bahan yang mengandung unsur kimia seperti yang tercantum pada Tabel 2.1.

13 Tabel 2.1. Susunan unsur semen portland Unsur Komposisi (%) Kapur (CaO) 60-65 Silika (SiO2) 17-25 Alumina (Al2O3) 3.0-8.0 Besi (Fe2O3) 0.5-6.0 Magnesia (MgO) 0.5-4.0 Sulfur (SO3) 1.0-2.0 Soda/potash (Na2O+K2O) 0.5-1.0 Sumber : Tjokrodimuljo, 2007 2.5.2. Air Air merupakan salah satu bahan campuran dalam beton yang mudah didapat dan murah karena air adalah salah satu sumber daya alam yang tidak terbatas. Air menjadi sangat penting karena diperlukan untuk kelangsungan reaksi pengerasan semen, dan bertindak sebagai pelumas antar agregat sehingga mudah dikerjakan (workability) dan dibentuk sesuai kebutuhan. Menurut Tjokrodimuljo (2007), air yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen hanya sekitar 25%-30% dari berat semen, namun pada kenyataannya jika nilai faktor air semen kurang dari 0,35 maka adukan beton akan sulit dikerjakan. Meskipun demikian, jumlah air untuk pelicin pada adukan beton tidak boleh

14 terlampau banyak untuk menghindari beton porous yang mengakibatkan kekuatan menjadi rendah. Air yang digunakan sebagai bahan campuran beton sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut (Tjokrodimuljo, 2007): a. Air harus bersih. b. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda melayang lainnya lebih dari 2 gram/liter. c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton, asam, zat organik lebih dari 15 gram/liter. d. Tidak mengandung klorida atau Cl > 0,5 gram/liter. e. Tidak mengandung senyawa sulfat > 1 gram/liter. 2.5.3. Agregat Agregat merupakan salah satu bahan penyusun campuran beton berupa butiran alami baik halus maupun kasar, yang memilik persentase paling banyak sekitar 70 % volume campuran beton. Komposisi agregat yang banyak dalam campuran beton, membuat kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton, sehingga pemilihan agregat perlu dilakukan untuk mendapatkan kualitas agregat yang baik. Menurut Tjokrodimuljo (2007), agregat yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: a. Butirnya tajam dan keras. b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.

15 c. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5% untuk agregat halus dan 1% untuk agregat kasar. d. Tidak mengandung zat organik dan zat reaktif terhadap alkali. Menurut ukuran butirnya, agregat dibedakan menjadi agregat kasar dan agregat halus. a. Agregat halus. Agregat halus (pasir) adalah batuan yang mempunyai ukuran butir antara 0,15 mm 5 mm (Tjokrodimuljo, 2007). Agregat halus (pasir) menurut gradasinya sebagaimana tercantum pada Tabel 2.2 seperti di bawah ini: Lubang Ayakan Tabel 2.2 Batas-batas gradasi agregat halus Berat butir yang lewat ayakan dalam persen (mm) Kasar Agak Kasar Agak Halus Halus 10 100 100 100 100 4.8 90-100 90-100 90-100 95-100 2.4 60-95 75-100 85-100 95-100 1.2 30-70 55-90 75-100 90-100 0.6 15-34 35-59 60-79 80-100 0.3 5-20 8-30 12-40 15-50 0.15 0-10 0-10 0-10 0-15 Sumber : Tjokrodimuljo, 2007

16 b. Agregat kasar. Menurut Tjokrodimuljo (2007) agregat kasar dibedakan menjadi 3 berdasarkan berat jenisnya, yaitu : 1. Agregat normal Agregat normal adalah agregat yang berat jenisnya antar 2,5 2,7 gram/cm 3. Agregat ini biasanya berasal dari granit, basal, kuarsa dan lain sebagainya. Beton yang dihasilkan mempunyai berat 2,3 gram/cm 3 dan biasa disebut beton normal. 2. Agregat berat Agregat berat adalah agregat yang berat jenisnya lebih dari 2,8 gram/cm 3, misalnya magnetil (Fe3O4), barites (BaSO4) atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan mempunyai berat jenis yang tinggi yaitu sampai dengan 5 gram/cm 3 yang digunakan sebagai dinding pelindung. 3. Agregat ringan Agregat ringan adalah agregat yang berat jenisnya kurang dari 2 gram/cm 3 misalnya tanah bakar (bloated clay), abu terbang (fly ash), busa terak tanur tinggi (foamed blast furnace slag). Agregat ini biasanya digunakan untuk beton ringan yang biasanya dipakai untuk elemen non-struktural. 2.6. Serat Polypropylene Polypropylene adalah senyawa hidrokarbon dengan rumus kimia C3H6, dengan wujud berupa filament tunggal atau jaringan serabut tipis berbentuk jala,

17 dengan ukuran panjang berkisar antara 6 mm sampai 50 mm dengan diameter kira-kira 8-90 mikron (Hasanr dkk, 2013). Serat Polypropylene biasanya digunakan untuk bahan dasar pembuatan barang yang terbuat dari plastik. Material ini berbentuk filament-filamen yang akan terurai ketika dicampurkan dalam adukan beton dan serat jenis ini dapat meningkatkan kuat tarik, lentur dan tekan beton (Arde, 2005). Menurut Dina ( 1999), penggunaan serat Polypropylene memiliki beberapa keuntungan antara lain : 1. Memperbaiki daya ikat matriks beton. 2. Memperbaiki ketahanan terhadap kikisan. 3. Memperbaiki ketahanan terhadap tumbukan. 4. Memperbaiki ketahanan terhadap tembusan air dan bahan kimia. 5. Memperbaiki keawetan beton. Sedangkan kelemahan penggunaan serat ini adalah (Adianto dan Joewono, 2006) : 1. Mudah terbakar,yang mengakibatkan porositas beton akan bertambah, apabila beton mengalami kebakaran. 2. Lemah terhadap sinar matahari dan oksigen, yang membuat serat mudah lapuk akibat radiasi ultraviolet dari sinar matahari dan oksidasi oleh oksigen di udara.