Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

Analisis Pemasaran Ternak Sapi Potong di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS PEMASARAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN KUPANG DENGAN PENDEKATAN STRUKTUR, PERILAKU DAN TAMPILAN PASAR

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

Analisis Tataniaga Kambing Di Pasar Hewan Wlingi Kabupaten Blitar

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS TATANIAGA KELINCI (Orictolagus, Spp.) DI KABUPATEN KARO ABSTRAK

ANALISIS PEMASARAN KOPRADI DESA TAMBU KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Sistem Pemeliharaan Intensif dan Konvensional di Kabupaten Sleman Yogyakarta

EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KECAMATAN RINGINREJO KABUPATEN KEDIRI Mega Yoga Ardhiana 1), Bambang Ali Nugroho 2) dan Budi Hartono 2)

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Analisis Saluran dan Margin Pemasaran... Aditya Fauzi Alamsyah ANALISIS SALURAN DAN MARGIN PEMASARAN SAPI POTONG DI PASAR HEWAN TANJUNGSARI

ANALISIS SALURAN DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KABUPATEN SITUBONDO.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PENJUALAN AYAM RAS PEDAGING DI PASAR MASOMBA KOTA PALU

IV. METODE PENELITIAN

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP

ANALISIS POLA SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN AYAM BURAS (Studi Kasus pada Peternakan Ayam Buras Jimmy s Farm, Cipanas Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

EFFICIENCY MARKETING ANALYSIS OF HONEY BEE IN PASURUAN

dwijenagro Vol. 5 No. 1 ISSN :

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI DESA SIDONDO I KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

IV. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK

Analisis Pemasaran Susu Segar di Kabupaten Klaten

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK SIAM DI KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS

KARAKTERISTIK PEMASARAN AYAM BROILER PADA BEBERAPA SKALA PEMELIHARAAN DI KOTA KUPANG

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

ANALISIS PEMASARAN KOPI DI KECAMATAN BERMANI ULU RAYA KABUPATEN REJANG LEBONG

ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK DOMBA JANTAN MENJELANG HARI RAYA IDUL ADHA

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

28 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL. Analisis Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. INDRYANI ALI NIM.

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN PETERNAK KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR SKRIPSI SUCI WULANDARI

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH ORGANIK DI KABUPATEN DELI SERDANG

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

ANALISIS PEMASARAN SUSU SEGAR DI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN SKRIPSI

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAMBU AIR DI DESA MRANAK KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK SKRIPSI. Oleh ZAKKIYATUS SYAHADAH

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

PEMASARAN SUSU DI KECAMATAN MOJOSONGO DAN KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI. P. U. L. Premisti, A. Setiadi, dan W. Sumekar

ANALISIS TATANIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis Reinw) DI DESA SIGEBLOG, KECAMATAN BANJARMANGU, KABUPATEN BANJARNEGARA SKRIPSI.

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency)

Marketing Efficiency carp seed (Cyprinus carpio) in Kenagarian Lansek Kadok South Rao Pasaman District of West Sumatra Province ABSTRACT

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

ANALISIS PEMASARAN SAPI BALI DI KECAMATAN BANTAENG KABUPATEN BANTAENG

BEEF CATTLE FARMING ANALYSIS IN PANCONG JAYA FARMER GROUP, WARU TIMUR VILLAGE WARU SUBDISTRICT PAMEKASAN REGENCY

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

PEMASARAN IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) SEGAR DI PASAR BINAYA KOTA MASOHI

MARGIN PEMASARAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI TEMPAT PENDARATAN IKAN SODOHOA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

B. Suryanto, K. Budirahardjo dan H. Habib Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia

Agriekonomika, ISSN ANALISIS INTEGRASI PASAR BAWANG MERAH DI KABUPATEN PAMEKASAN

ANALISIS MARGIN PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA MANADO (Study kasus di Pasar Bersehati Calaca dan Pinasungkulan Karombasan)

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

BAB III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan

Abstract. Key Word : Marketing channel, marketing function, marketing margin and Farmer s share.

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI DAN PEMASARAN MELON DI KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI

ANALISIS PEMASARAN SUSU SEGAR DI KABUPATEN KLATEN THE ANALYSIS OF FRESH MILK MARKETING IN KABUPATEN KLATEN

ANALISIS PEMASARAN CENGKEH DI DESA JONO OGE KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS TATA NIAGA TELUR AYAM RAS (LAYER) SISTEM KEMITRAAN UD. JATINOM INDAH KABUPATEN BLITAR. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

ANALISIS PEMASARAN BIJI JAMBU METE DI KABUPATEN ALOR TESIS

ANALISIS SALURAN TATANIAGA DAN MARJIN TATANIAGA KELAPA DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR. Siti Abir Wulandari 1 *, Rogayah 2 *

Marketing Analysys of Catfish (Pangasius sutchi) from Kampar Sub district to Rantau Prapat City, Nort Sumatera Province. Eni Yulinda 1) ABSTRACT

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Sebuah Kasus di Industri Rumah Tangga di Desa Cigemblong Kecamatan Cigemblong Kabupaten Lebak)

Analisis Jenis data Data Sumber Cara pengumpulan. 1. Biaya tetap dan biaya variabel. Petani. 5. Harga kemenyan per unit Petani dan Pengumpul akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Sains Peternakan Vol. 7 (1), Maret 2009: 25-29 ISSN 1693-8828 Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman F.X. Suwarta dan G. Harmoko Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Mercu Buana, Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mata rantai tataniaga dan biaya ternak domba dari peternak, pedagang dan penjual sate di kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan dengan metode survei, dengan jumlah responden 107 orang peternak domba, 37 orang pedagang domba dan penjual sate 64 orang. Pengambilan data secara purposive random sampling. Analisis data penelitian dilakukan secara deskriptif dan analisis pemasaran meliputi biaya pemasaran, margin, farmer s share, kompetisi pasar dan analisis profitabilitas. Saluran tataniaga yang efisien adalah peternak, pedagang domba, konsumen. Berdasarkan analisis margin, penjualan ternak domba jantan memberikan margin yang lebih besar daripada ternak betina yaitu 19,78 dan 19,14%. Analisis farmer share domba betina lebih besar daripada domba jantan yaitu 80,85 dan 80,21%. Analisis kompetisi pasar menunjukkan koefisien kompetisi peternak domba lebih besar daripada pedagang domba, baik untuk ternak jantan maupun betina. Analisis net profit margin (NPM) diketahui lembaga tataniaga peternak domba mempunyai NPM tertinggi dan operating ratio terendah, sedangkan penjual sate memiliki NPM terendah dan operating ratio tertinggi. Kata kunci : domba, pemasaran, efisiensi pemasaran Marketing Analysis of Sheep from Farmer to the Satay Seller in Sleman Regency ABSTRACT This aim of this research was to study marketing chain of sheeps from farmer, trader and satay seller and to study cost of marketing at each of instituted marketing and the revenue of farmer, trader and satay seller in Sleman regency, Yogyakarta. The research was conducted using a survey method. The respondents from sheep farmer, sheep trader and satay seller were 107, 37 and 64, respectively. Data were analyzed descriptively. The cost efficiency of marketing system was analyzed for marketing cost, margin, farmer s share, market competition and profitability. The result showed that the most efficient of the distribution of the sheep marketing was from sheep, farmer, sheep trader and consumer. Margin analyzed showed that male sheep contributed larger margin than female sheep (19.78: 19.14%). The farmer share for sheep marketing revealed that female sheep contributed 80.85% while male sheep 80.21%. Coefficiency of market competition showed that sheep farmer had higher coefficiency competition than sheep trader both to female and male. Sheep farmer had higher net profit margin (NPM) level but had lower operating ratio level. Satay seller had lower NPM and higher operating ratio level. Key words : sheep, marketing, efficiency of marketing PENDAHULUAN Di Indonesia ternak domba mempunyai peranan penting sebagai penghasil daging, kulit dan penyedia lapangan kerja di perdesaan. Lebih dari 90% usaha peternakan domba diusahakan dalam bentuk peternakan rakyat. Menyempitnya penguasaan lahan yang digarap Analisis Pemasaran Domba..(Suwarta dan Harmoko) 25

petani menjadikan ternak ruminansia kecil termasuk domba merupakan ternak alternatif yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan. Pada usaha tani dengan lahan sempit ternak domba mampu memanfaatkan tersedianya tenagakerja keluarga terluang semu (Abdulgani, 1981). Keberadaan ruminansia kecil dalam usaha tani dapat meminimalkan ketidakpastian dalam produksi tanaman di daerah kering dan mampu memanfaatkan limbah pertanian sebagai bahan pakan dan menghasilkan pupuk organik (Soedaryanto, 1990). Di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya Kabupaten Sleman ternak domba dipelihara secara luas karena biaya produksi relatif rendah, mudah berkembang biak dan bila membutuhkan uang setiap saat mudah dijual. Pemasaran ternak mempunyai peranan penting dalam sistem agribisnis peternakan (Limbong dan Sitorus, 1987). Sifat-sifat komoditas hasil peternakan yang berbeda dengan hasil industri, harus dijadikan acuan dalam perencanaan pemasaran, penetapan harga jual, pemilihan saluran distribusi serta pengelolaan sistem pengangkutan. Komoditas ternak domba memiliki fluktuasi harga jual cukup tinggi. Adanya ketidakpastian harga pasar berakibat kurang merangsang kegiatan produksi. Disamping itu matarantai tataniaga hasil pertanian yang panjang menjadikan tataniaga hasil peternakan kurang efisien, sehingga tidak mampu membagi pendapatan secara adil diantara berbagai lembaga tataniaga. Kabupaten Sleman mempunyai potensi pasar daging domba cukup tinggi, Model pemasaran domba di kabupen Sleman sangat beragam, mulai dari saluran secara langsung dari peternak ke konsumen, peternak-pedagangkonsumen, peternak-pedagang pengumpulpedagang perantara-konsumen. Mengingat pentingnya pemasaran dalam sistem agribisnis domba, dilakukan kajian tentang analisis pemasaran domba di kabupaten Sleman. MATERI DAN METODE Penelitian ini ini dilaksanakan dengan cara survey menggunakan metode wawancara terhadap peternak, pedagang dan penjual sate di wilayah kabupaten Sleman. Pengambilan data dilakukan secara purposive random sampling. Jumlah responden terdiri dari peternak 107 orang, pedagang 37 orang dan penjual sate 64 orang. Data yang diambil meliputi identitas, biaya tataniaga, dan data saluran tataniaga ternak. Analisis data dilakukan secara deskriptif meliputi saluran tataniaga, biaya tataniaga, farmer s share, margin, efisiensi tataniaga dan profitabilitas meliputi net profit margin (NPM) dan operating ratio (OR). HASIL DAN PEMBAHASAN Saluran Tataniaga Saluran tataniaga pemasaran ternak domba dari peternak sampai penjual sate di kabupaten Sleman dapat dilihat pada Gambar 1. Dari gambar tersebut, saluran tataniaga ternak domba sebagian besar menggunakan jasa blantik 55,1%, dari peternak langsung ke pedagang 41,1% dan hanya 3,8% yang langsung ke penjual sate. Kondisi tersebut menunjukkan peranan blantik dalam distribusi ternak domba di wilayah Sleman, sangat penting. Peternak domba yang mampu menjual ternaknya sampai penjual sate sangat kecil hal ini karena peternak domba umumnya mempunyai skala usaha yang kecil sehingga kontinuitas penyediaan tidak terjamin, sehingga pedagang sate lebih mudah mendapatkan ternak dari pedagang. Biaya Tataniaga Biaya tataniaga domba yang dikeluarkan pedagang,meliputi biaya transportasi ternak, pakan, retribusi, tenaga kerja dan blantik. Besarnya biaya tataniaga domba tertera pada Tabel 1. Tabel tersebut menunjukkan biaya termahal dalam tataniaga ternak domba adalah biaya transportasi. Tingginya biaya transportasi tersebut karena dalam pemasaran, seekor ternak domba dapat beberapa kali dibawa ke pasar agar dapat terjual. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh 26 Sains Peternakan Vol. 7 (1), Maret 2009

Peternak Domba 55,1% Blantik 41,1% 3,8% Pedagang domba 10,8% 89,2% Penjual sate Blantik Gambar 1. Saluran tataniaga ternak domba di kabupaten Sleman Tabel 1. Biaya tataniaga domba pada pedagang Biaya tataniaga Rata-rata (Rp/ekor) Persentase (%) Biaya transportasi pembelian 10.000 18,69 Biaya transportasi penjualan 28.167 52,65 Biaya pakan 500 0,93 Retribusi 1.000 1,87 Biaya tenaga kerja 8.000 14,95 Biaya blantik 5.833 10,90 Jumlah 53.500 100 Tabel 2. Biaya tataniaga domba pada penjual sate Biaya tataniaga Rata-rata (Rp/ekor) Persentase (%) Biaya tenaga kerja 23.531 25,19 Bumbu 66.133 70,78 Biaya peralatan 685 7,33 Retribusi 333 0,36 Biaya sewa tempat 2.500 2,68 Biaya pajak 250 0,27 Jumlah 93.432 100 Tabel 3. Pendapatan lembaga tataniaga domba (Rp/ekor) Tataniaga Pembelian biaya Penjualan Pendapatan Pedagang (domba betina) 677.194,5 777.517,9 100.323,4 Pedagang (domba jantan) 611.666,7 690.355,6 78.689,0 Penjual sate (domba betina) 884.998,0 1.056.666,7 171.668,9 Penjual sate (domba jantan) 797.835,7 1.056.666,7 258.831,0 Sains Peternakan Vol. 7 No. 1 (2009): 12-17 27

penjual sate meliputi biaya tenaga kerja, bumbu, peralatan, retribusi, sewa tempat dan pajak, selengkapnya tertera dalam Tabel 2. Pendapatan Lembaga Tata Niaga Pendapatan lembaga tataniaga (pedagang dan penjual sate) dihitung berdasarkan selisih antara penjualan produk dengan harga pembelian ternak dan biaya yang dikeluarkan (Saefudin dan Hanafiah, 1986). Pendapatan tersebut disampaikan pada Tabel 3. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pedagang sate mempunyai pendapatan lebih tinggi dibandingkan dengan pedagang baik untuk domba jantan dan betina. Margin dan farmer share Margin dihitung berdasarkan selisih harga dari peternak sampai harga jual domba dari pedagang ke penjual sate. Farmer s share merupakan persentase perbandingan antara harga di tingkat peternak dengan harga eceran ditingkat konsumen (Wiguna, 1984). Hasil perhitungan margin dan farmer s share tertera pada Tabel 4. Tabel tersebut menunjukkan nilai farmer,s share untuk domba relatif tinggi, hal ini berarti bagian harga yang diterima peternak cukup tinggi yaitu 80,21% untuk ternak betina dan 80,85% untuk ternak jantan. Efisiensi Tataniaga Penghitungan efisiensi pasar didasarkan pada volume produksi dari masing-masing saluran tataniaga dan dihitung berdasarkan koefisien kompetisi pasar. Volume produksi peternak di kabupaten Sleman sebesar 0,016 ekor/hari, pedagang 0,63 ekor/hari dan penjual sate 1,3 ekor/hari. Koefisien kompetisi pasar untuk ternak jantan dari peternak sebesar 2,08, sedang ternak betina 1,49. Koefisien kompetisi pasar pedagang untuk ternak jantan sebesar 1,14 dan ternak betina sebesar 1,12. Selain itu, ternak jantan memberikan koefisien kompetisi pasar yang lebih besar dibandingkan dengan ternak betina. Tabel 4. Margin dan farmer s share tataniaga domba di kabupaten Sleman Domba Pembelian (Rp) Penjualan (Rp) Margin (Rp) Margin (%) Farmer share (%) Jantan 623.694,5 777.517,9 153.823,4 19,78 80,21 Betina 558.166,7 690.355,6 132.189,0 19,14 80,85 Tabel 5. Laba bersih masing-masing lembaga tataniaga ternak domba (Rp) Lembaga Produksi Biaya (Rp) Penerimaan (Rp) Laba (Rp) (ekor/periode) Peternak/4 bulan 2 550.000,0 980.330,9 430.330,9 Pedagang/1 bulan 5 3.222.153 3.669.683,9 447.530,9 Penjual sate/bulan 14,67 12.343.585,1 15.501.300,0 3.157.714,9 Tabel 6. Nilai net profit margin (NPM) dan operating ratio tataniaga domba Lembaga tataniaga NPM (%) OR (%) Peternak 43,90 56,10 Pedagang 12,20 87,80 Penjual sate 20,37 79,63 28 Sains Peternakan Vol. 7 (1), Maret 2009

Profitabilitas Profitabilitas dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui efisiensi usaha dalam tataniaga ternak domba. Laba bersih masing-masing lembaga tataniaga ternak domba, di kabupaten Sleman selama satu periode tertera pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel tersebut, penjual sate mempunyai tingkat laba bersih paling tinggi dibanding lembaga tataniaga yang lain. Nilai net profit margin (NPM) dan operating ratio (OR) dari lembaga tataniaga domba tertara dalam Tabel 6. Dari analisis NPM dan OR dapat diketahui efisiensi tataniaga, semakin tinggi NPM dan semakin rendah OR suatu lembaga tataniaga akan semakin efisien karena semakin rendah biaya tataniaga yang dikeluarkan. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa peternak domba mempunyai efisiensi yang cukup baik dibandingkan lembaga tataniaga lainnya. KESIMPULAN Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa saluran tataniaga domba di kabupaten Sleman, sebagian besar menggunakan saluran tata niaga tidak langsung dengan melibatkan sejumlah blantik dan pedagang. Biaya tertinggi dalam pemasaran domba pada pedagang adalah biaya transportasi dan pendapatan terbesar dalam rantai tataniaga domba diperoleh pada pedagang sate. Domba jantan memberikan margin lebih besar daripada domba betina tetapi farmer share domba betina lebih besar daripada domba jantan. Peternak domba mempunyai koefisien kompetitif lebih besar dibanding lembaga tataniaga lainnya. DAFTAR PUSTAKA Abdulgani, I.A. 1981. Beberapa ciri populasi kambing di Desa Ciburuy dan Cigombong serta kegunaan bagi peningkatan. Thesis. Fakultas Peternakan, IPB. Bogor. Hanafiah, A.M dan A.M. Saefuddin, 1986. Tataniaga hasil perikanan. Cetakan kedua. UI Press. Jakarta. Limbong, H dan Sitorus, P. 1987. Pengantar tataniaga pertanian. Institut Pertanian Bogor, Jakarta. Sudaryanto, B. 1989. Dinamika populasi kambing di Lampung. Proceeding Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Wiguna, A. 1984. Analisa marketing margin air susu sapi di Daerah Boyolali, Jawa Tengah. Sains Peternakan Vol. 7 No. 1 (2009): 12-17 29