PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DENGAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK Ni Nyoman Rai Wahyuni, I.G.A Agung Sri Asri 2, Ni Wayan Suniasih 3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Email: raiwahyuni06@gmail.com 1, xgungsrix@gmail.com 2, wyn suniasih@yahoo.com 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar dengan menerapkan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian berjumlah 21 orang anak pada Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang keterampilan motorik halus dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar format observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan motorik halus melalui penerapan metode demonstrasi dengan kegiatan mencetak dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada siklus I sebesar 32,47% yang berada pada kategori sangat rendah ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,35% tergolong pada kategori tinggi. Jadi, terjadi peningkatan keterampilan motorik halus dalam kegiatan mencetak pada anak sebesar 49,88%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Kata kunci: demonstrasi, sumber belajar, motorik halus. Abstract This study aims to determine the improvement of fine motor skills in group B children in kindergarten Kemala Bhayangkari 1 Denpasar by applying the method demonstration of printing activities by utilizing the environment as a learning resource.this research is an action research conducted in two cycles. Subjects were 21 children in Group B Second Semester Academic Year 2013/2014. The research data collected on fine motor skills by observation with a sheet format of observation instruments. He data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative statistical analysis methods.the result of the data analysis showed that an increase in fine motor skills in the application of the method demonstration of printing activities by utilizing environment as a learning resource in the first cycle of 32,47% which is at a very low category was experiencing an increase in cycle II to 82,35% belong to higher category. Thus, an increase in the fine motor skills activities for children scoring at 49,88%. It can be concluded that application of the method demonstration of printing activities by utilizing environment as a learning resource can improvement of fine motor skills in group B children in kindergarten Kemala Bhayangkari 1 Denpasar,Denpasar subdistrict north of the school year 2013/2014. Key word : methods of demonstration, learning resources, fine motor.
PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini merupakan serangkaian upaya sistematis dan terprogram dalam melakukan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut. Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung senang bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri dan sering mengubah aturan main untuk kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, dibutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis. Menurut Suyadi (2010:18) menyatakan bahwa Taman Kanak-Kanak adalah salah satu bentuk satuan Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun (4-6 tahun). Kehadiran lembaga pendidikan TK sangat diperlukan karena meningkatnya kebutuhan anak untuk belajar. Anak adalah sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan belajar ini sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh anak. Dengan demikian keberadaan Taman Kanak-Kanak sangat penting karena Taman Kanak-Kanak merupakan tempat bagi anak untuk bermain dan belajar. Selain itu, Taman Kanak-Kanak juga merupakan tempat anak usia dini belajar menyesuaikan diri dengan beberapa hal sebelum mereka melanjutkan kejenjang pendidikan berikutnya. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 bahwa tujuan Pendidikan Taman Kanak-Kanak adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi lingkup perkembangan nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa serta sosial emosional kemandirian. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak dan kecerdasan. Tumbuh kembang kecerdasan anak sangat berkaitan dengan struktur otak di masa emas. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (golden age) yang merupakan masa dimana anak mulai peka atau sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Anak sangat berpotensi mempelajari banyak hal dengan cepat, disamping itu perkembangan perilaku dan kemampuan dasar seperti kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, dan jasmani anak berlangsung secara cepat. Masa ini merupakan masa yang paling tepat untuk meletakkan dasardasar pengembangan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosial emosional, agama dan moral. Untuk itu pendidikan untuk anak usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak. Setiap anak memiliki masa peka yang berbeda-beda, jika masa peka tersebut tidak dipergunakan secara optimal maka tidak akan ada lagi kesempatan bagi anak untuk mendapatkan masa pekanya kembali. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas guru hendaknya memperhatikan penggunaan metode yang tepat untuk mengoptimalkan perkembangan yang dimiliki oleh masing-masing anak. Menurut Moeslichatoen (2004:24) menyatakan bahwa terdapat beberapa metode-metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia TK salah satunya yaitu metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Roestiyah, 2008:83). Metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang
sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Menurut Gunarti (2010:9.3) mengatakan bahwa metode demonstrasi adalah suatu metode pengajaran dengan cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengarkan yang diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan. Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, membandingkan suatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu (Bahri, 2006:90). Tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran kelas. Demonstrasi merupakan salah satu wahana untuk memberikan pengalaman belajar agar anak dapat menguasai materi pelajaran dengan lebih baik. Melalui kegiatan demonstrasi anak dibimbing untuk menggunakan mata dan telinganya secara terpadu, sehingga hasil pengamatan kedua indra itu dapat menambah penguasaan materi pelajaran yang diberikan. Karena anak dilatih untuk menangkap unsur-unsur penting dalam pengamatannya maka kemungkinan melakukan kesalahan sangat kecil bila ia harus menirukan apa yang telah didemonstrasikan oleh guru dibandingkan jika ia melakukan hal yang sama hanya berdasarkan penjelasan lisan oleh guru (Moeslichatoen, 2004:116). Adapun aspek yang penting dalam menggunakan metode demonstrasi adalah demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas, demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas dimana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga, tidak semua hal dapat di demonstrasikan di kelas karena alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas, hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis, sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan di demonstrasikan dan adapun sebaiknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus terlebih dahulu mendemonstrasikan dengan sebaikbaiknya, baru diikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk. Menurut Gunarti (2010:9.7) sebagai suatu metode pembelajaran, demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, di antaranya membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda/ peristiwa, memudahkan berbagai jenis penjelasan, kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya, perhatian anak dapat lebih dipusatkan, mengurangi kesalahankesalahan yang mungkin terjadi sekiranya anak hendak mencoba sendiri. Teknik demonstrasi biasanya digunakan dengan tujuan agar anak dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna oleh anak dengan baik selain itu juga, teknik demonstrasi ini juga bertujuan untuk mewujudkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, menghindari kesalahan dalam memahami konsep-konsep dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, serta dapat melatih kecakapan siswa dalam menganalisa sesuatu yang sedang dialami atau didemonstrasikan. Dari uraian di atas maka langkahlangkah penerapan metode demonstrasi yang biasa dilakukan di lembaga Taman Kanak-Kanak meliputi menetapkan tujuan dan tema yang akan digunakan dalam pembelajaran, mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran, memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan, pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa, penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan) terhadap hasil demonstrasi.
Berkaitan dengan pembelajaran di taman kanak-kanak, selain penggunaan metode pembelajaran yang tepat, kegiatan pembelajaran juga dapat mendukung pengembangan aspek motorik halus anak. Salah satunya adalah pada kegiatan mencetak. Menurut Sumanto (2006:77) mengatakan bahwa mencetak adalah kegiatan seni rupa yang dilakukan dengan cara mencapkan (mencetakkan) alat atau acuan yang telah diberikan tinta (cat) pada kertas gambar. Mencetak dapat dilakukan dengan cara yang sangat sederhana sampai dengan cara yang sangat rumit. Menurut Pekerti (2008: 9.31) proses mencetak adalah proses memindahkan bentuk atau tekstur suatu objek pada permukaan kertas atau bahan lainnya. Adapun bahan dan alat yang digunakan pada kegiatan mencetak ini yaitu pewarna. Pewarna dalam media mencetak digunakan untuk mendapatkan hasil cetakan yang digambarkan dengan pewarnaan dari tinta cetak. Tidak semua bahan pewarna dapat dipakai dalam media cetak. Pewarna yang dapat dipakai untuk sarana seni mencetak adalah pewarna yang memiliki daya lekat yang bagus sehingga dapat menempel pada lembaran cetak. Cat atau pewarna yang biasa dan mudah digunakan sebagai tinta cetak, antara lain: cat air, cat minyak, tinta cetak kertas, cat kayu, tinta sablon. Bahan acuan cetakan dapat menggunakan berbagai bahan seperti kentang, wortel, ketela rambat, karet bekas sandal, kangkung, belimbing dan sebagainya dan alat yang biasa digunakan pada kegiatan mencetak yaitu pisau cukil, rol, kuas, kaca, palet, rakel screen. Bahan dan alat untuk anak usia dini tentu akan berbeda, tetapi prinsip dasar kerjanya adalah sama (Pamadhi,4.14-4.18). Selain mengetahui bahan dan alat yang digunakan pada kegiatan mencetak, kita juga harus memperhatikan langkahlangkah dalam melakukan kegiatan mencetak yaitu menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan dalam kegiatan mencetak, mengambil atau memilih salah satu alat atau acuan cetak yang akan digunakan dalam kegiatan mencetak dengan ukuran sedang dan permukaannya datar, salah satu permukaan alat atau acuan cetak dioleskan tinta atau pewarna yang sudah disediakan menggunakan kuas atau kapas dengan ketebalan sedang sampai permukaannya rata. Pemberian warna pada permukaan acuan cetak tidak dicelupkan ke dalam adonan warna, selanjutnya acuan cetak yang sudah dioleskan tinta atau pewarna tersebut dicapkan pada kertas gambar sambil dilakukan penataan agar diperoleh hasil cap yang lebih baik, untuk menghasilkan cap dengan komposisi warna tertentu ulangilah langkah mencetak yang sudah dilakukan dengan mengganti warna yang dioleskan pada acuan cetak yang digunakan. Kombinasi hasil cap bisa juga diperoleh dengan menggunakan beberapa model cap yang ukurannya tidak sama, misalnya ada yang besar, sedang dan ada yang kecil. Lingkungan yang ada disekitar anak juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam kegiatan mencetak. Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas bagi anak usia dini. Menurut Zaman (2008:8.4) manfaat nyata yang dapat diperoleh dari penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan anak usia dini yaitu lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari anak. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan itu tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pembelajaran, namun bisa dimanfaatkan untuk lebih mengoptimalkan pencapaian tujuan belajar anak usia dini (by utilization), penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningful learning) sebab anak dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya, dengan memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungan anak, dapat dimungkinkan terjadinya proses pembentukan kepribadian anak kearah yang lebih baik, seperti kecintaan anak akan lingkungan, turut serta memelihara lingkungan, dan tidak merusak lingkungan (vandalisme), kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber
belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan (choiceful), pemanfaatan lingkungan menumbuhkan aktivitas belajar anak. Dunia anak adalah dunia bermain, ketika anak sedang bermain mereka akan menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, anak yang bermain adalah anak yang menyerap berbagai hal baru di sekitarnya. Proses penyerapan inilah yang disebut sebagai aktivitas belajar (Suyadi, 2010:298). Pada saat kegiatan bermain berlangsung hampir semua aspek perkembangan anak dapat terstimulasi dan berkembang dengan baik termasuk di dalamnya keterampilan motorik. Melalui bermain, gerakan motorik anak akan senantiasa terlatih dengan baik, peningkatan keterampilan motorik seorang anak akan berdampak positif pada aspek perkembangan yang lain pula. Keterampilan motorik juga berhubungan dengan perkembangan kemampuan gerak anak. Gerak merupakan unsur utama dalam pengembangan keterampilan motorik anak. Oleh sebab itu, keterampilan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan yang dapat mereka lakukan. Jika anak banyak bergerak maka akan semakin banyak manfaat yang dapat diperoleh anak ketika anak semakin terampil menguasai gerakan motoriknya. Menurut Allen (2010:24) menyatakan bahwa kemampuan anak untuk bergerak dan mengendalikan bagian tubuhnya adalah fungsi utama dari keterampilan motorik. Tujuan kegiatan pengembangan motorik anak taman kanakkanak adalah untuk mengembangkan keterampilan motorik anak, melatih anak gerakan-gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh, dan cara hidup sehat. Dengan keterampilan motorik yang memadai, urat sarafnya akan bekerja mengkoordinasikan seluruh gerak tubuh dan mengikuti ritme tertentu, sehingga anak akan menjadi pribadi yang terampil, lincah, dan cekatan (Suyadi, 2010:67). Motorik halus tidak hanya terkait dengan perkembangan fleksibilitas tangan dan jari jemari untuk melakukan aktivitas seperti menyuap makanan ke mulut, menulis, menggambar, bermain dengan permainan yang membutuhkan koordinasi tangan. Tetapi juga termasuk koordinasi otot-otot kecil di daerah oral, seperti lidah, bibir dan otot-otot pipi (Fikriyati, 2013:40). Melalui latihan-latihan yang tepat, keterampilan motorik halus anak akan dapat ditingkatkan dalam hal keluwesan dan kecermatannya, sehingga secara bertahap seorang anak bertambah terampil melakukan gerakan-gerakan tersebut (Soetjiningsih, 1995:117). Menurut Sujiono (2008:1.14) mengatakan bahwa dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik lain serta kematangan mental. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan motorik halus pada anak yaitu stimulasi, gizi dan kecerdasan. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan anak, karena anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah akan berkembang lebih cepat dan baik dibanding dengan anak yang kurang atau sama sekali tidak mendapatkan stimulasi. Makanan juga memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa, kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi pertumbuhan anak. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam keterampilan motorik halus mengalami kesulitan untuk mengkoordinasikan gerakan tangan dan jari-jemarinya secara fleksibel. Setelah mengetahui permasalahan secara umum di atas, sebagian taman kanak-kanak masih menerapkan pembelajaran yang kurang memunculkan minat anak dan masih kurangnya sarana prasarana pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Melihat kenyataan yang terjadi di lapangan khususnya di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar menunjukkan bahwa perkembangan motorik anak khususnya keterampilan motorik halus anak belum mencapai peningkatan perkembangan kemampuan anak. Ketidakmampuan dalam hal ini dikarenakan beberapa alasan, salah satu
alasan tersebut, yaitu kegiatan pembelajaran yang kurang memperhatikan aspek-aspek perkembangan anak, mengingat kemampuan anak yang masih perlu diberikan stimulus. Pemecahan masalah tersebut dilakukan dengan mengadakan suatu penelitian tindakan kelas tentang penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Hal ini dilakukan karena dengan menerapkan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak anak dapat menumbuhkan kreativitasnya dengan baik, melalui kegiatan mencetak perkembangan tangan dan jari-jemari anak akan lebih terampil dan proses pembelajaran juga menjadi lebih menyenangkan bagi anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus setelah diterapkannya metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada anak kelompok B Semester II TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014 METODE Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara dalam kegiatan pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah anak TK sebanyak 21 orang yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah keterampilan motorik halus anak TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara pada semester II dalam kegiatan pembelajaran mencetak. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK) Menurut Agung (2010:2) menyatakan PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Menurut Kunandar (2011:45) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus. Dapat disimpulkan PTK merupakan Penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan di dalam kelas untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus, Akhir siklus I ditandai dengan pelaksanaan kegiatan mencetak dengan alat dan bahan dari lingkungan, begitupun siklus II. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan dua metode yaitu metode observasi dan metode wawancara. Dalam buku pengantar metodologi penelitian dikemukakan bahwa metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu (Agung 2012:61). Metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara tatap muka langsung atau dengan melakukan tanya jawab yang sistematis, dan hasil dari wawancara ini dicatat atau direkam (Mulyatiningsih, 2013:32). Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut yaitu berupa lembar observasi. Dalam menganalisis data digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti frekwensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan
modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67-68). Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung angka rata-rata (mean), c) menghitung modus, d) menghitung median. HASIL DAN PEMBAHASAN Data kegiatan mencetak pada siklus 1 disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung rata-rata (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Setelah data diolah didapatkan M sebesar 55,85, Md sebesar 62,07 dan Mo sebesar 65,50. Ketiga data tersebut disajikan kedalam grafik polygon yang digambarkan sebagai berikut dalam gambar 1. 10 8 6 4 2 0 0 43 48 53 58 63 68 M = 55,85 Md = 62,07 Mo= 65,50 Gambar 1. Data tentang keterampilan motorik halus anak siklus I Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat M < Mdn < Mo (55,85 < 62,07 < 65,50). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor keterampilan motorik halus dalam kegiatan mencetak pada anak kelompok B semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar cenderung rendah. Dalam menentukan keterampilan motorik halus dihitung dengan membandingkan M% dengan criteria PAP skala lima. Nilai M% adalah 55,85 yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 55-64 % yang berarti bahwa keterampilan motorik halus dalam kegiatan mencetak anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar pada siklus I berada pada kriteria rendah. Data kegiatan mencetak pada siklus II disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung rata-rata (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Setelah data diolah didapatkan M sebesar 82,35, Md sebesar 81 dan Mo sebesar 87,50. Ketiga data tersebut disajikan kedalam grafik polygon yang digambarkan sebagai berikut dalam gambar 2. 8 6 4 2 0 0 69,5 75,5 81,5 87,5 93,5 99,5 Md = 81 M = 82,35 Mo = 87,50 Gambar 2. Data tentang keterampilan motorik halus anak siklus II Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo > M > Mdn (87,50 > 82,35 > 81). Dalam menentukan keterampilan motorik halus dihitung dengan membandingkan M% dengan kriteria PAP skala lima. Nilai M% adalah 82,35 yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 80-89 % yang berarti bahwa keterampilan motorik halus dalam kegiatan mencetak anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Pedoman Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima (Agung,.
2010:12) dapat dilihat seperti tabel 1 dibawah ini Tabel 1. Pedoman PAP Skala Lima tentang keterampilan motorik halus anak dan kegiatan mencetak. Persentase 90 100 80 89 65 79 55 64 0 54 Kriteria Keterampilan Motorik Halus Anak Dalam Kegiatan Mencetak Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi/Sedang Rendah Sangat Rendah Dari hasil pengamatan dan temuan penulis selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan keterampilan motorik anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar masih berada pada kriteria sangat rendah, sedangkan dari hasil keterampilan motorik halus itu masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain: Beberapa anak kurang aktif dalam mengikuti kegiatan dan belum mengerti dengan bahan yang dipakai dalam kegiatan. Banyak anak yang kurang fokus dalam melaksanakan kegiatan sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah sebagai berikut. Menjelaskan bahan dan alat yang akan dipakai dalam kegiatan serta memperagakan cara menggunakannya sehingga anak mengerti dan memahami bahan dan alat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Membimbing dan mendampingi anak dalam proses pembelajaran serta memberikan motivasi kepada anak agar bisa fokus dalam melaksanakan kegiatan. Melalui proses perbaikan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pelaksanaan di siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan keterampilan motorik halus anak pada kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut. Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga keterampilan motorik halus anak meningkat dan sesuai dengan harapan. Anak yang awalnya sangat kurang kreatif dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran menjadi sangat kreatif. Peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberikan bimbingan pada anak apabila ada anak yang belum memahami kegiatan yang sedang dilaksanakan. Secara umum proses kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) keterampilan motorik halus dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai pada siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase keterampilan motorik halus dalam kegiatan mencetak anak kelompok B semester II TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar pada siklus I sebesar 55,85% dan rata-rata persentase keterampilan motorik halus dalam kegiatan mencetak anak kelompok B semester II TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar pada siklus II sebesar 82,35%, ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase keterampilan motorik halus dalam kegiatan mencetak pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 26,50% dan berada pada kategori tinggi. Penerapan metode demonstrasi dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Melalui kegiatan mencetak anak mampu berkreasi untuk menciptakan suatu hasil karya sesuai dengan imajinasinya. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan kajian-kajian teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini, demonstrasi merupakan metode pengajaran yang menyajikan
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada anak tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu baik yang sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B semester II TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar Kecamatan Denpasar Utara. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B semester II TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan keterampilan motorik halus anak dalam kegiatan mencetak pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat diketahui pencapaian keterampilan motorik halus anak dalam kegiatan mencetak sebesar 55,85% menjadi sebesar 82,35% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran. Kepada anak disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran lebih memperhatikan kegiatan yang sedang berlangsung sehingga kemampuan yang diperoleh benar-benar berkembang sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan anak. Kepada guru, disarankan lebih kreatif dalam menyiapkan media pembelajaran dan memilih metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga anak lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suasana pembelajaran akan menyenangkan. Kepada Kepala Sekolah, disarankan agar mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan media pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK). Makalah disajikan dalam Wokshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha. Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja 27 September 2010. -------. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja. Allen, Eileen K dan Marotz, Lynn R. 2010. Profil Perkembangan Anak Prakelahiran Hingga Usia 12 Tahun Edisi Kelima. Jakarta: PT Indeks. Bahri, Djamarah Syaiful, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Decaprio, Richard. 2013. Aplikasi Pembelajaran Motorik di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press. Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Peraturan menteri Pendidikan nasional Republik Indonesia Nomor 58 Th 2009. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD Ditjen PNFI. Fikriyati, Mirroh. 2013. Perkembangan Anak Usia Emas (Golden Age). Yogyakarta: Laras Media Prima. Gunarti, Winda, dkk. 2010. Materi Pokok Metode Pengembangan Perilaku Dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Cetakan Ke-6. Jakarta: Universitas Terbuka. Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Mulyatiningsih, Endang. 2013. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Moeslichatoen R. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta. Pamadhi, Hajar, dkk. 2010. Seni Keterampilan Anak. Cetakan Ke-5. Jakarta: Universitas Terbuka. Pekerti, Widia, dkk. 2008. Metode Pengembangan Seni. Cetakan Ke-8. Jakarta: Universitas Terbuka. Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:PT Rineka Cipta. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Sujiono, Bambang, dkk. 2008. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka. Sumanto. 2006. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PT Bintang Pustaka Abadi. Yogyakarta: PT Bintang PustakAbadi. Zaman, Badru, dkk. 2008. Media dan Sumber Belajar TK. Cetakan Ke-7. Jakarta: Universitas Terbuka. Zaman, Badru, dkk. 2008. Media dan Sumber Belajar TK. Cetakan Ke-7. Jakarta: Universitas Te