RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang menjamin kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menjalankan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa Kejaksaaan Republik Indonesia termasuk salah satu badan yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman dan mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan kekuasaan kehakiman yang merdeka sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. bahwa ketentuan mengenai Kejaksaan Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia sebagian sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dan kehidupan ketatanegaraan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia; 1. Pasal 20, Pasal 24, dan Pasal 24 Ayat (3), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401); 4. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076); 1
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG- UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KKEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401), diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 1diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang. 2. Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. 3. Penuntutan adalah tindakan Penuntut Umum untuk melimpahkan perkara ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Hukum Acara Pidana dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. 4. Jabatan Fungsional Jaksa adalah jabatan yang bersifat keahlian teknis dalam organisasi kejaksaan yang karena fungsinya memungkinkan kelancaran pelaksanaan tugas kejaksaan. 5. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disingkat DPR adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Ketentuan Pasal 2 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 2 (1) Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya dalam Undang-Undang ini disebut kejaksaan adalah badan yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman. (2) Kejaksaan Republik Indonesia melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang. (3) Kekuasaan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara merdeka. 2
(4) Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah satu dan tidak terpisahkan. 3. Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 9 (1) Syarat-syarat untuk dapat diangkat menjadi Jaksa adalah: a. warga negara Indonesia; b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; d. berijazah paling rendah sarjana hukum; e. berumur paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling tinggi 35 (tiga puluh lima) tahun; f. sehat jasmani dan rohani; g. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela; dan h. aparatur sipil negara di bidang kekuasaan kehakiman. (2) Selain syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk dapat diangkat menjadi Jaksa, harus lulus pendidikan dan pelatihan pembentukan Jaksa. (3) Dalam menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pembentukan Jaksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kejaksaan membentuk suatu lembaga pendidikan khusus. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara, syarat, atau petunjuk pelaksanaan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan pembentukan jaksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Jaksa Agung. 4. Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 13 Jaksa diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya karena: a. Dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; b. Melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas pekerjaannya terus-menerus selama 3 (tiga) bulan; c. Melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11; d. Melanggar sumpah atau janji jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10;atau e. Melakukan perbuatan tercela; 5. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 19 a. Jaksa Agung adalah pejabat negara. b. Jaksa Agung diangkat oleh Presiden setelah mendapat persetujuan DPR dalam suatu uji kelayakan. c. Calon Jaksa Agung yang diajukan oleh Presiden harus memenuhi komposisi sebagai : 1. 2. 1(satu) orang dari unsur jaksa karier; 1 (satu) orang dari unsur akademisi dan/atau praktisi. 3
6. Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 20 Syarat-syarat untuk dapat diangkat menjadi Jaksa Agung adalah sebagai berikut: a. warga negara Indonesia; b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; d. berusia paling rendah 45 (empat puluh lima) tahun pada saat pengangkatan; e. harus lulus uji kelayakan yang dilakukan oleh DPR; f. tidak pernah dipidana dengan ancaman pidana 5 (lima) tahun; g. mempunyai pengalaman di bidang penegakan hukum sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun; h. berpendidikan sekurang-kurangnya jenjang strata dua (S2) bidang ilmu hukum. 7. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 22 (1) Jaksa Agung diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena: a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri; c. sakit jasmani atau rohani terus menerus; d. telah mencapai usia 65 (enam puluh lima) tahun; (2) Pemberhentian dengan hormat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Presiden. 8. Di antara Pasal 22 dan Pasal 23 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 22A yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 22A Jaksa Agung hanya dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya apabila: a. dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; b. melakukan perbuatan tercela; c. melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas pekerjaannya terus-menerus selama 3 (tiga) bulan; d. melanggar sumpah atau janji jabatan;atau e. melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. 4
9. Setelah Bagian Kelima dalam Bab II ditambahkan 1 (satu) bagian yaitu Bagian Keenam, yakni sebagai berikut: Bagian Keenam Sekretariat Jenderal Pasal 28A Pada Kejaksaan Negeri, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Agung ditetapkan adanya Sekretariat Jenderal yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal dan seorang Wakil Sekretaris Jenderal. Pasal 28B Tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja Sekretariat Jenderal pada Kejaksaan Negeri, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Agung ditetapkan dengan Peraturan Presiden. 10. Ketentuan Pasal 30 ayat (1) huruf d dihapus. 11. Ketentuan Pasal 35 ditambahkan 1 (satu) ayat yang berbunyi sebagai berikut : Pasal 35 (1) Jaksa Agung mempunyai tugas dan wewenang: a. menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegakan hukum dan keadilan dalam ruang lingkup tugas dan wewenang kejaksaan; b. mengefektifkan proses penegakan hukum yang diberikan oleh undangundang; c. mengesampingkan perkara demi kepentingan umum; d. mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada Mahkamah Agung dalam perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara; e. dapat mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada Mahkamah Agung dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana; f. mencegah atau menangkal orang tertentu untuk masuk atau keluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia karena keterlibatannya dalam perkara pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi: a. b. Kondisi yang menghambat kelangsungan pemerintahan; Kondisi yang mengancam ketertiban umum dan kepentingan nasional. 5
Pasal II Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Diundangkan di Jakarta pada tanggal SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PATRIALIS AKBAR LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN... NOMOR... 6
PENJELASAN ATAS PERUBAHAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hokum yang menjamin kesetaraan hak warga negara di hadapan hukum (equality before the law). Dalam rangka menjamin tercapaianya prinsip-prinsip negara hukum maka maka dilakukan penataan kekuasaan kehakiman sehingga terciptaan kekuasaan kehamiman yang merdeka dan menegakkan hukum yang berorientasi pada terciptanya kepatian dan keadilan. Salah satu pilar dalam system penegakkan hokum adalah lembaga yang berwenang melakukan penuntutan dalam hal ini adalah kejaksaan. Sejalan dengan dinamika dan tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kinerja lembaga kejaksaan maka perlu dilakukan perubahan Perubahan Undangundang tentang Kejaksaan Republik Indonesia tersebut dimaksudkan untuk lebih memantapkan kedudukan dan peran Kejaksaan Republik Indonesia sebagai lembaga negara yang dapat menjalankan fungsi secara bebas dari pengaruh dan tekanan pihak manapun sehingga. Selain itu juga dimaksudkan melalui perubahan ini akan mendorong professionalism lembaga kejaksaan dalam menjalankan tugastugasnya. Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Oleh karena itu perlu dilakukan penataan kembali terhadap Kejaksaan. Pokok-pokok perubahan antara lain meliputi, penegasan lembaga kejaksaan untuk kembali pada fungsi dasarnya yaitu melakukan penuntutan, penentuan kriteria dan persyaratan Jaksa Agung, dan penguatan sisttem pendukung khusunya dalam baik aspek 7
administrasi dan penganggaran sehingga pelaksanaan tugas-tugas institusi kejaksaan dapat lebih optimal. II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas Angka 2 Pasal 2 Cukup jelas Angka 3 Pasal 9 Cukup jelas Angka 4 Pasal 13 Angka 5 Pasal 19 Angka 6 Pasal 20 Angka 7 Pasal 22 Angka 8 Pasal 22A 8
Angka 9 Pasal 28A Pasal 28B Cukup jelas Angka 10 Angka 11 Pasal 35 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... 9