BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

MAKALAH GIZI ZAT BESI

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah gizi yang paling tinggi kejadiannya di dunia sekitar 500 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

MENSTRUASI TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMP MUHAMMADIYAH 21 BRANGSI KECAMATAN LAREN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk variabel tertentu ( Istiany, 2013). Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu (FKM UI, 2011) b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Remaja Menurut Dieny, 2014 faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja adalah : 1. Aktifitas Fisik Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana dan penting bagi pemeliharaan fisik, mental dan kualitas hidup. 2. Usia Saat remaja dan dewasa seseorang mulai dapat mengontrol dan memilih jenis makanan yang akan dikonsumsi sesuai dengan keinginan.

3. Jenis kelamin Jenis kelamin menentukan besar kecilnya kabutuhan gizi seseorang. Remaja laki-laki biasanya lebih daripada remaja perempuan karena remaja laki-laki memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi. 4. Pengetahuan Remaja Pengetahuan gizi yang cukup dapat mengubah perilaku remaja sehingga dapat memilih makanan yang bergizi sesuai dengan selera dan kebutuhan. 5. Faktor Keluarga Lingkungan keluarga besar pengaruhnya terhadap anak, hal ini karena didalam keluarga anak memperoleh pengalaman pertama dalam kehidupannya. Hubungan social yang dekat antara anggota keluarga memungkinkan bagi anggotanya mengenal jenis makanan yang sama. 6. Lingkungan Sekolah dan Teman Sebaya Aktifitas yang sering dilakukan diluar rumah membuat remaja sering dipengaruhi teman sebayanya terutama dalam memilih jenis makanan. 7. Media Massa Media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam social budaya. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen dalam memilih makanan yang dikonsumsi.

c. Kandungan Zat Gizi Menurut Almatsier (2009) berdasarkan yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi terbagi menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram. Zat gizi yang termasuk kelompok gizi makro adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Sedangkan zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tetapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok gizi mikro adalah mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan mg untuk sebagian besar mineral dan vitamin (Supriasa, 2012). Zat gizi makro berupa karbohidrat, lemak dan protein saja yang menghasilkan energi, sedangkan zat gizi mikro berupa vitamin dan mineral tidak menghasilkan energi (Marsiyem, 2012). d. Permasalahan Gizi yang Dialami Remaja 1. Gizi Lebih (Obesitas) Obesitas terjadi jika seseorang mengonsumsi kalori melebihi jumlah kalori yang dibakar (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2012). 2. Anoreksia Nervosa Kecemasan akan bentuk tubuh yang membuat remaja menahan makan karena takut mengalami kelebihan berat badan yang membuat mereka kurang percaya diri. Hal ini termasuk dalma masalah kejiwaan yang mempengaruhi psikologis (Istiany, 2013). 3. Bulimia

Penyakit pengiring dari gejala obesitas dimana keinginan atau psikologis yang menyebabkan rasa bersalah setelah mengkonsumsi makanan yang telah disantap. Hal ini terjadi kecenderungan takut gemuk, (Istiany, 2013). 4. Anemia Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal (Proverawati, 2011). Perempuan lebih rentan terhadap anemia dibandingkan dengan lakilaki. Ini dikarenakan wanita mengalami menstruasi sehingga rentan terjadi anameia (Istiany, 2013). e. Pengukuran Status Gizi Laporan Riskesdas 2010, Indikator status gizi yang digunakan untuk kelompok remaja didasarkan pada pengukurran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang disajikan dalam bentuk tinggi badan menurut umur (TB/U) dan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U). Indeks massa tubuh anak dihitung berdasarkan rumus berikut: Keterangan : IMT : Indeks Massa Tubuh Kg : Kilogram BB : Berat Badan m : Meter TB : Tinggi Badan Menurut WHO, status gizi remaja putri ditentukan dengan menghitung nilai z-score IMT/U selanjutnya dikategorikan menjadi

sangat kurus atau < -3SD, kurus -3SD s/d < -2SD, normal - 2SD s/d SD dan gemuk atau > 2 SD (Riskesdas, 2010). Status gizi pada penelitian ini, penulis mengkategorikan menjadi 2 yaitu status gizi tidak normal atau < -2 SD s/d > 2-2 SD SD (Riskesdas, 2010). 2. Anemia a. Definisi Anemia Anemia gizi adalah suatu keadaann dengan kadar hemoglobim darah yang lebih rendah daripada normal sebagai ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam produksinya guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal (Adriani et.al, 2013). b. Faktor penyebab anemia pada remaja Menurut Dieny, 2014 faktor penyebab anemia meliputi: 1. Status Gizi Status gizi pada remaja menyatakan suatu keadaan yang seimbang antara konsumsi dan penyerapan zat gizi di dalam tubuh. Peningkatan kebutuhan remaja putri terhadap zat gizi mikro, terutama zat besi, digunakan untuk penggantian zat besi yang hilang. Status gizi yang baik selama masa remaja merupakan dasar untuk kehidupan remaja yang sehat dan menyiapkan remaja putri menjadi calon ibu yang paling baik.

2. Lama masa haid Remaja putri lebih banyak memerlukan zat besi untuk mengganti zat besi yang hilang saat haid. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa darah yang hilang selama satu periode haid berkisar antara 20-25 cc, maka kehilangn zat besi berkisar sebesar 12,5-15 mg/bulan atau kira-kira 0,4-0,5 mg/hari dan apabila ditambah dengan kehilangan basal jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1,25 mg per hari. Apabila darah yang keluar selama haid sangat banyak akan terjadi anemia besi. 3. Asupan zat besi (Fe) dan protein Penyebab utama anemia besi adalah inadekuatasupan zat besi yang berasal dari makanan. Pada umumnya remaja putri lebihbanyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani dan sering melakukan diit pengurangan makan karena ingin langsing, sehingga kebutuhan zat besi tidak terpenuhi. 4. Malabsorpsi zat besi Malabsorpsi zat besi yang dialami remaja pada saluran cerna akibat gastritis, ulkus peptikum, diare, adanya parasit cacing tambang, dan sebagainya dapat menyebabkan anemia. 5. Penyakit infeksi Penyakit infekisi dapat menyebabkan berbagai masalah gizi, hal ini terjadi karena gejala yang ditimbulkan seperti muntah

dan diare serta penurunan nafsu makan. Penyakit infeksi dapat memperlambat pembentukan hemoglobin dalam darah. c. Batas Ambang Anemia Menurut WHO (2001), batas ambang anemia untuk wanita usia lebih dari 11 tahun adalah apabila kadar hemoglobin kurang dari 12 gr/dl. Penggolongan jenis anemia menjadi ringan, sedang, dan berat belum ada keseragaman mengenai batasannya, namun untuk mempermudah pelaksanaan pengobatan dan mensukseskan program lapangan, menurut Standing Committee on Nutrition (ACC/SCN) (1991), anemia dapat digolongkan menjadi tiga yaitu Tabel 2.1 Penggolongan anemia menurut kadar Hb Anemia Hb (gr/dl) Ringan 10.0 11.9 Sedang 7.0 9.9 Berat < 7.0 Sumber : ACC/SCN (1991) Pada penelitian ini penilaian klasifikasi kejadian anemia d. Dampak anemia pada remaja Menurut Dieny, 2014 dampak anemia pada remaja putri adalah : 1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar 2. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal 3. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati 4. Mengakibatkan muka pucat

e. Penatalaksanaan dan pencegahan Jika anemia defisiensi besi sudah ditegakkan, maka pengobatan harus dilakukan, sambil mencari dan menghilangkan penyebabnya. Anemia karena perdarahan misalnya tidak perlu menunda pengobatan sampai penyebabnya dihilangkan (Bakta, 2006). Atau pada contoh yang lain, seperti defisiensi besi akibat kekurangan asupan gizi dapat diberikan terapi diet tinggi besi dengan makanan yang banyak mengandung besi seperti kuning telur, ragi, kerang, kacang dan buah kering tertentu (mengandung besi > 5 mg/100 g); daging, ikan, unggas dan sayur hijau (mengandung 1 5 mg/100 g) (Dewoto, et. al, 2007). f. Komplikasi dan prognosis anemia Hemoglobin memiliki peran penting dalam mengantar oksigen ke seluruh bagian tubuh untuk konsumsi dan membawa kembali karbon dioksida kembali ke paru menghembuskan nafas keluar dari tubuh. Jika kadar hemoglobin terlalu rendah, proses ini dapat terganggu, sehingga tubuh terjadi hipoksia. Anemia umumnya memiliki prognosis yang sangat baik dan mungkin dapat disembuhkan dalam banyak hal. Prognosis keseluruhan tergantung pada peyebab anemia, tingkat keparahan, dan kesehatan keseluruhan pasien. Anemia yang parah dapat menyebabkan rendahnya kadar oksigen pada organ-organ vital seperti jantung dan dapat menyebabkan serangan jantung (Proverawati, 2011).

3. Hubungan antara Status Gizi dengan kejadian Anemia Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh sesorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan penggunaan zat gizi makanan dalam tubuh. Jika asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh kurang adekuat maka proses absorpsi sampai penggunaan zat gizi akan berkurang. Asupan nutrisi kurang maka semua zat gizi yang di absorpsi termasuk Fe juga akan lebih sedikit yang masuk ke dalam tubuh (Dieny, 2014). Anemia dimulai dengan pengangkutan zat besi yang berkurang dan menyebabkan penurunan saturasi transferin zat besi. Pada tahap selanjutnya terjadi defisit transportasi besi yang khas yang menghambat produksi hemoglobin. Protoporfirin eritrosit meningkat, dan reseptor transferin menjadi lebih banyak sebagai respon terhadap keadaan zat besi yang buruk (William & Wilkins 2001). Anemia ditandai dengan penurunan cadangan Fe yang tercermin dari berkurangnya konsentrasi serum ferritin. Selanjutnya terjadi peningkatan absorpsi Fe akibat memurunnya level Fe tubuh. Manifestasi keadaan ini menimbulkan eritripoiesis defisiensi Fe (defisiensi Fe tanpa anemia), cadangan Fe menipis dan produksi Hb terganggu. Meskipun konsentrasi Hb diatas cut off point kategori anemia, namun terjadi pengurangan transferrin saturasi yaitu suplai Fe ke sumsum tulang tidak cukup, meningkatnya konsentrasi eritrosit protoporfirin karena kekurangan Fe untuk membentuk Hb. Di akhir tahapan

defisiensi Fe, anemia ditandai dengan konsentrasi Hb dibawah range normal (FKM UI, 2011). B. Kerangka Konsep Status Gizi Asupan Nutrisi Nutrisi tidak adekuat Cadangan besi berkurang Faktor yang mempengaruhi status gizi remaja : 1. Aktifitas fisik 2. Umur 3. Jenis kelamin 4. Pengetahuan 5. Faktor keluarga 6. Lingkungan 7. Media massa Feritin serum turun Saturasi transferin turun Defisit transportase Fe Faktor penyebab anemia pada remaja putri : 1. Status Gizi 2. Lama Masa Haid 3. Asupan zat besi (Fe) dan protein 4. Malabsorpsi zat besi 5. Penyakit infeksi Protopofirin eritrosit meningkat Anemia Gambar 1. Kerangka konsep hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja. Keterangan : : Di teliti : Tidak di teliti

C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori yang diuraikan diatas, maka hipotesis yang dikemukakan adalah ada hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada