DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... ii PRASYARAT GELAR... iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xv DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan Penelitian... 8 1.4 Manfaat Penelitian... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sepak Bola... 10 2.2 Teknik Dasar Permainan Sepak Bola... 11 2.3 Analisis Biomekanik Menendang Bola Secara Anatomi... 13 2.4 Jauhnya Tendangan (Long Pass) dalam Sepak Bola... 17 2.5 Biomekanik Diagonal Cone Hop dan Front Cone Hop... 23 2.6 Komponen Biomotorik dalam Melakukan Passing Jarak Jauh (Long Pass) pada Sepak Bola... 24 2.7 Pemeriksaan Otot Tungkai... 29 2.8 Pelatihan... 30 2.9 Prinsip-prinsip Latihan Fisik... 32 2.10 Tujuan Latihan Fisik... 35 xi
2.11 Kekuatan... 36 2.12 Kekuatan Otot Tungkai... 36 2.13 Kecepatan... 38 2.14 Pelatihan Pliometrik... 39 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berpikir... 46 3.2 Konsep Penelitian... 48 3.3 Hipotesis... 49 BAB IV METODELOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian... 50 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 51 4.3 Populasi dan Sampel... 51 4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel... 53 4.5 Instrumen Penelitian... 58 4.6 Prosedur Penelitian... 58 4.7 Analisis Data... 64 4.8 Alur Penelitian... 66 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Data Analisis Karakteristik Subjek Penelitian... 67 5.2 Normalitas dan Homogenitas... 68 5.3 Uji Pelatihan Pliometrik Diagonal Cone Hop dan Front Cone Hop Terhadap Kekuatan Otot Tungkai dan Kecepatan Tendangan pada Kelompok Pelatihan... 69 5.4 Persentase Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai dan Kecepatan Tendangan pada Kedua Kelompok... 71 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Pelatihan Diagonal Cone Hop Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai... 73 6.2 Pengaruh Pelatihan Diagonal Cone Hop Terhadap Peningkatan Kecepatan Tendangan... 75 xii
6.3 Pengaruh Pelatihan Front Cone Hop Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai... 77 6.4 Pengaruh Pelatihan Front Cone Hop Terhadap Peningkatan Kecepatan Tendangan... 78 6.5 Pelatihan Diagonal Cone Hop Lebih Efektif dibandingkan Front Cone Hop untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Tungkai dan Kecepatan Tendangan... 79 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan... 82 7.2 Saran... 82 DAFTAR PUSTAKA... 84 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 88 xiii
DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Tendangan Dengan Kura-Kura Kaki Bagian Dalam... 21 2.2 Teknik Tendangan Dengan Kura-Kura Kaki Bagian Dalam... 21 2.3 Lintasan Gerak Yang Ditentukan Oleh Bola Dengan Kecepatan Yang Sama Pada Sudut Yang Berbeda... 22 2.4 Pelatihan Pliometrik Diagonal Cone Hop... 43 2.5 Pelatihan Pliometrik Front Cone Hop... 44 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 48 4.1 Rancangan Penelitian... 50 4.2 Lapangan tes tendangan jarak jauh... 56 4.3 Pelatihan Pliometrik Diagonal Cone Hop... 61 4.4 Pelatihan Pliometrik Front Cone Hop... 63 4.5 Alur Penelitian... 66 xiv
DAFTAR TABEL Halaman 2.1 Biomekanik Diagonal Cone Hop dan Front Cone Hop... 24 2.2 Nilai Normal Kekuatan Statik Otot... 29 5.1 Data Karakteristik Fisik Siswa SMK SMSR Ubud... 67 5.2 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Kekuatan Otot Tungkai dan Kecepatan Tendangan Sebelum dan Setelah Pelatihan... 68 5.3 Hasil Uji Beda Kekuatan Otot Tungkai dan Kecepatan Tendangan pada Kedua Kelompok Pelatihan... 70 5.4 Persentase Kekuatan Otot Tungkai dan Kecepatan Tendangan... 71 xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG kg = Kilogram mm = Milimeter cm = Centimeter m = Meter 0 = Derajat % = Persen P = Populasi R = Randomisasi S = Sampel RA = Random alokasi P1 = Perlakuan I, Pelatihan Pliometrik Diagonal cone hop P2 = Perlakuan II, Pelatihan Pliometrik Front cone hop O1 = Pengukuran kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan kelompok 1 sebelum pelatihan O2 = Pengukuran kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan 1 sesudah pelatihan O3 = Pengukuran kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan kelompok 2 sebelum pelatihan O4 = Pengukuran kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan kelompok 2 sesudah pelatihan n = Jumlah sampel δ = Standar deviasi (SD) daya ledak otot tungkai f(α, β) = 10,5 table value μ1 = Rata-rata daya ledak otot tungkai sebelum pelatihan μ2 = Harapan peningkatan daya tungkai setelah pelatihan < = Kurang Dari > = Lebih Besar Dari α = Alpha ± = Kurang Lebih xvi
ABSTRAK PELATIHAN PLIOMETRIK DIAGONAL CONE HOP LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN FRONT CONE HOP UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KECEPATAN TENDANGAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA SMK SMSR UBUD Prestasi cabang sepak bola di SMK SMSR Ubud belum menunjukkan hasil yang maksimal. Untuk meningkatkan prestasi pada cabang sepak bola dilakukan pelatihan pliometrik diagonal cone hop dan front cone hop. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelatihan pliometrik diagonal cone hop dan front cone hop meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan, dan pelatihan pliometrik diagonal cone hop lebih efektif dibandingkan front cone hop untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan. Metode penelitian yang dipakai adalah metode eksperimen The Randomized Pre and Post Test Group Design. Sampel penelitian adalah 30 orang pemain sepak bola SMK SMSR Ubud. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 15 orang. Kelompok I diberikan latihan pliometrik diagonal cone hop, sedangkan kelompok II diberikan latihan pliometrik front cone hop. Frekuensi latihan 3 kali seminggu selama 6 minggu. Kekuatan otot tungkai diukur dengan alat leg dynamometer dan kecepatan tendangan dengan meteran dan video rekaman. Hasil penelitian uji beda dengan t-paired pada kelompok I setelah perlakuan diperoleh rerata kekuatan otot tungkai sebesar 140,1 ± 10,01 kg dan kecepatan tendangan sebesar 21,86 ± 4,886 m/dt dengan nilai p=0,000. Sedangkan hasil penelitian kelompok II setelah perlakuan diperoleh rerata kekuatan otot tungkai sebesar 126,0 ± 12,68 kg dan kecepatan tendangan sebesar 16,18 ± 2,489 m/dt dengan nilai p=0,000. Beda rerata kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan antara kedua kelompok menggunakan uji independent t-test diperoleh nilai p=0,002 & 0,000 yang artinya ada perbedaan yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bentuk pelatihan ini dapat dipergunakan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan. Namun pelatihan diagonal cone hop lebih efektif dibandingkan front cone hop untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan. Kata kunci : Pliometrik diagonal cone hop, pliometrik front cone hop, kekuatan otot tungkai, kecepatan tendangan. xvii
ABSTRACT PLYOMETRIC DIAGONAL CONE HOP TRAINING IS MORE EFFECTIVE THAN FRONT CONE HOP TO INCREASE LEG MUSCLE STRENGTH AND KICK VELOCITY OF SOCCER PLAYERS SMK SMSR UBUD The performance of soccer branch at SMK SMSR Ubud has not shown maximum result. To increase the performance of soccer branch, it was done by plyometric diagonal cone hop training and front cone hop. This research aim to know that plyometric diagonal cone hop training and front cone hop is to increase leg muscle strength and kick velocity, and plyometric diagonal cone hop training is more effective than front cone hop to increase leg muscle strength and kick velocity. The research method is experimental method The Randomized Pre and Post Test Group Design. The samples of research are 30 soccer players at SMK SMSR Ubud. Samples divided into 2 (two) groups and each group consist of 15 persons. The first group was handled with Plyometric diagonal cone hop training, and the second group was handled with Plyometric front cone hop training. The frequencies of training are 3 times in a week for 6 weeks. Leg muscle strength measured by leg dynamometer and kick velocity measured by meter indicator and video recording. The result of the intergroup t-paired test of this research for the first group after training that leg muscle mean is 140,1 ± 10,01 kgs and kick velocity is 21,86 ± 4,886 m/s with p = 0,000. While the result for the second group after training that leg muscle mean is 126,0 ± 12,68 kgs and kick velocity is 16,18 ± 2,489 m/s with p=0,002 & 0,000 that is means there are significant differentiation. The conclusion is both of this training can be used to increase leg muscle strength and kick velocity. But, Plyometric diagonal cone hop is more effective than front cone hop to increase leg muscle strength and kick velocity. Keywords : Plyometric diagonal cone hop, Plyometric front cone hop, leg muscle strength, kick velocity. xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang paling banyak digemari oleh sebagian besar manusia yang ada di bumi ini. Sepak bola digemari oleh semua lapisan masyarakat baik dari tingkat daerah, nasional, dan internasional, dari usia anak-anak, dewasa hingga orang tua, mereka senang memainkan sendiri atau sebagai penonton. Sepak bola adalah permainan yang menantang secara fisik dan mental (Luxbacher, 1996). Permainan sepak bola tidak sekedar dilakukan untuk tujuan rekreasi dan pengisi waktu luang akan tetapi dituntut suatu prestasi yang optimal. Prestasi yang tinggi hanya dapat dicapai dengan latihan-latihan yang direncanakan dengan sistematis dan dilakukan secara terus-menerus, dengan demikian peran dari seorang pelatih sangat penting untuk mengawasi dan memberikan metode latihan yang tepat. Pencapaian prestasi puncak dapat diraih bila pembinaan atlet melalui tahapan tingkat pemula sampai atlet berprestasi atau dari tahap usia dini sampai tahap usia dewasa. Pembinaan sepak bola usia dini atau usia muda mengharuskan para pelatih, guru penjas atau pembina olahraga sepak bola memperhatikan secara cermat dan teliti dalam memberikan bimbingan kepada para siswa atau altetnya. Oleh karena itu, pelatih, guru penjas atau pembina olahraga sepak bola harus memahami karakteristik siswa atau atletnya sesuai tingkat usianya. xix
Untuk memperoleh prestasi yang baik dalam permainan sepak bola tentu saja harus didukung oleh penguasaan teknik dasar sepak bola. Dalam rangka usaha untuk meningkatkan prestasi maksimal pada cabang olahraga yang ditekuni, seorang atlet perlu sekali memperhatikan faktor-faktor penentunya. Faktor-faktor penentu dapat disebutkan ada tiga faktor penting yaitu : 1) kondisi fisik atau tingkat kesegaran jasmani, 2) ketepatan teknik atau ketrampilan yang dimiliki, dan 3) masalah-masalah lingkungan (M. Sajoto, 1988). Proses pembinaan olahraga khususnya pada cabang sepak bola di SMK SMSR Ubud belum menunjukkan hasil yang optimal, hal ini terbukti dari kompetisi yang diikuti belum menunjukkan hasil yang maksimal. Hal tersebut tidak terlepas dari pembinaan fisik dan teknik yang masih kurang menyentuh pada kebutuhan atlet terutama terhadap kekuatan otot tungkai. Peningkatan prestasi olahraga sepak bola banyak mengalami kendala, karena kurangnya pengembangan teori dan pemanfaatan metode latihan yang didukung dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan serta peningkatan kualitas pelatihan pembinaan olahraga. Pembinaan tersebut dapat dicapai melalui pendekatan ilmiah terhadap ilmu-ilmu yang terkait. Ilmu yang berkaitan dengan olahraga antara lain adalah fisiologi latihan, biomekanika olahraga, pedagogi olahraga, sosiologi olahraga, psikologi olahraga dan kesehatan olahraga (Sajoto, 2002). Pelatih seharusnya mengetahui dan memahami pengetahuan yang telah disebutkan, karena pengetahuan tersebut sebagai konsep yang mendasari dalam penetapan suatu program latihan fisik yang efisien dan dapat diterapkan di dunia pendidikan. Seperti yang terjadi di tim SMK SMSR Ubud, menurut pengamatan penulis xx
memiliki kemampuan tendangan jarak jauh yang berbeda-beda. Hal ini terlihat pada saat latihan ada pemain yang memiliki tendangan yang keras, kuat dan akurat tetapi ada pemain yang kurang tepat dalam melakukan umpan serta memiliki tendangan yang lemah. Agar menghasilkan suatu tendangan yang akurat dibutuhkan koordinasi gerakan ayunan, pandangan mata, perkenaan kaki dengan bola, dan ditunjang dengan kemampuan fisik yang prima khususnya daya ledak otot tungkai. Menurut Sucipto, dkk. (2000) teknik dasar yang perlu dimiliki pemain sepak bola adalah menendang (kicking), menghentikan (stoping), menggiring (dribbling), menyundul (heading), merampas (tackling), lemparan kedalam (throw-in), dan menjaga gawang (goal keeping). Salah satu teknik dasar yang sangat berpengaruh dalam permainan sepak bola adalah menendang (passing dan shooting), menendang (passing dan shooting) merupakan salah satu usaha memindahkan bola dari satu tempat ketempat lain dengan menggunakan kaki atau bagian kaki, seorang pemain sepak bola yang tidak dapat menguasai teknik menendang bola dengan benar, maka tidak mungkin menjadi pesepak bola yang handal dan baik. Secara umum tendangan dalam sepak bola adalah tindakan serangan utama selama pertandingan (Kellis, & Katis, 2007). Tujuan utama menendang dalam sepak bola adalah mengumpan (passing), menembak ke arah gawang (shooting at the goal), dan menghalau serangan lawan (defending). Keberhasilan dari sebuah tendangan yang dilakukan dapat dinilai dari keberhasilan mencapai tujuan. Tendangan yang ditujukan untuk mengumpan dinilai berhasil saat dapat mencapai xxi
lokasi yang dituju, baik berupa area atau pemain kawan. Tendangan yang ditujukan untuk menembak kearah gawang dinilai berhasil saat bola mencapai gawang, terlepas tendangan tersebut menghasilkan gol ataupun tidak. Kekuatan merupakan komponen yang paling penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena: 1) kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, 2) kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet dari kemungkinan cidera, 3) dengan kekuatan pula dapat membantu lebih kuat stabilitas sendi-sendi (Sukadiyanto, 2005). Maka dari itu penulis kali ini akan membahas komponen yang penting untuk mencapai prestasi pada pemain sepak bola yang maksimal yaitu tentang kekuatan otot tungkai dan daya ledak. Kekuatan otot tungkai merupakan komponen yang dapat mempengaruhi hasil tendangan seorang pemain sepak bola. Melalui latihan kekuatan yang benar, maka beberapa komponen biomotor yang lain juga akan terpengaruh dan meningkat, diantaranya adalah: kecepatan, ketahanan otot, koordinasi, power yang eksplosif, kelentukan, dan ketangkasan (Sukadiyanto, 2005). Komponen kekuatan dapat ditingkatkan dengan cara pembebanan dalam dan luar. Beban dalam adalah perubahan yang terjadi secara fisiologis dan psikologis pada manusia sebagai akibat dari pengaruh beban luar. Menurut Bompa (1999) yang termasuk dalam kategori beban luar antara lain: berat badan, bola medicine, dumbel, barbell, karet elastis, dan bentuk kontraksi isometric. Banyak metode latihan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai, misalnya xxii
dengan lari naik turun tangga, lompat katak, latihan pliometrik, skipping, barbell, dumbbell dan juga bola berbeban (ball medicine). Daya ledak adalah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam suatu gerakan yang utuh. Dalam melakukan tendangan jarak jauh daya ledak otot tungkai digunakan untuk menghasilkan tendangan yang cepat, kuat, dan akurat. Daya ledak otot tungkai sangat diperlukan, karena seseorang pemain yang hendak menendang jarak jauh dan arah mana bola yang akan dituju maka salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah masalah daya ledak otot tungkai. Power atau daya ledak sering juga disebut eksplosif power atau muscular power. Menurut (Harsono, 1988) bahwa Power adalah kemampuan otot untuk mengarahkan kekuatan maksimal, dalam waktu yang sangat cepat. Kemudian menurut (Sajoto, 2002) bahwa Daya ledak otot (Muscular power) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya (Suharno, 1993) mengemukakan bahwa Eksplosif power adalah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerak yang utuh. Kekuatan, daya tahan otot dan daya ledak, ketiganya saling berkaitan dan unsur utamanya adalah kekuatan. Kekuatan merupakan dasar (basic) otot dari daya ledak dan daya tahan otot. Berdasarkan hal tersebut, kekuatan merupakan unsur utama untuk menghasilkan daya ledak dan daya tahan otot. Penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMK SMSR Ubud di bulan April 2016 didapatkan 20 siswa dengan usia 16-17 tahun yang mengalami xxiii
kelemahan otot dilihat dari hasil tes leg dynamometer didapatkan nilai 137-159 kg dan juga penelitian yang dilakukan di SMPN 9 Kupang pada tahun 2015 menyatakan 36 orang siswa yang mengalami kelemahan otot tungkai denga usia rata-rata 13-16 tahun (Tkesnay, 2015). Dari metode pelatihan yang telah dilakukan di atas maka peneliti kali ini ingin menggunakan metode baru yang berkembang di era 2000, yaitu pliometrik. Adapun latihan yang digunakan adalah pelatihan pliometrik diagonal cone hop dan front cone hop. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dikaji secara ilmiah melalui penelitian dengan judul, Pelatihan Pliometrik Diagonal Cone Hop Lebih Efektif Dibandingkan Front Cone Hop Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Tungkai dan Kecepatan Tendangan Pada Pemain Sepak Bola SMK SMSR Ubud. Pelatihan yang dapat diterapkan dalam melatih kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan dalam permainan sepak bola diantaranya dengan pelatihan pliometrik. Menurut James C. Radcliffe & Robert C. Farentinos (2001) pliometrik adalah suatu metode untuk mengembangkan daya ledak (explosive power), suatu komponen penting dari sebagian prestasi atau kinerja olahraga. Konsep latihan pliometrik menggunakan regangan awal pada otot secara cepat sebelum kontraksi eksentrik pada otot yang sama. Bentuk latihan pliometrik bertujuan memperkuat otot-otot kaki, pinggul. Latihan pliometrik dilakukan dengan kecepatan gerak tertentu yang melibatkan refleks regang, dimana otot sudah berada dalam kedaan siap untuk berkontraksi lagi sebelum ia berada dalam keadaan rileks. Pelatihan pliometrik ditujukan kepada tiga kelompok otot besar dalam tubuh, yakni: 1) xxiv
kelompok otot tungkai dan pinggul, 2) kelompok otot bagian tengah tubuh, 3) kelompok otot dada, bahu dan lengan (Nala,2011). Pliometrik adalah salah satu metode untuk mengembangkan eksplosif power, yang merupakan komponen penting dalam pencapaian prestasi sebagian besar atlet (Radcliffe and Farentinos, 1985). Latihan pliometrik diagonal cone hop merupakan salah satu bentuk pelatihan pliometrik yang dapat meningkatkan kemampuan daya explosif atau kekuatan otot tungkai. Latihan pliometrik diagonal cone hop dilakukan menggunakan dua kaki sebagai tumpuan kemudian meloncati cone yang membentuk diagonal. Latihan pliometrik diagonal cone hop menggunakan alat berupa cone (kerucut), dengan jumlah 10 cone ditata membentuk diagonal. Menurut Chu Donald bahwa, Ukuran tinggi cone 20-40 cm, dengan jarak antar cone 91-183 cm. Pliometrik front cone hop adalah bentuk latihan meloncat dengan menggunakan alat berupa cone (kerucut), dalam bentuk latihan melompati cone lurus ke depan, dimana kerucut berjumlah 10 ditata segaris. Menurut Chu Donald bahwa, Ukuran tinggi cone 20-40 cm, dengan jarak antar cone 91-183 cm. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut. 1.2.1 Apakah pelatihan diagonal cone hop dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan pada subjek? 1.2.2 Apakah pelatihan front cone hop dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan pada subjek? xxv
1.2.3 Apakah pelatihan diagonal cone hop lebih efektif dibandingkan front cone hop untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan pada subjek? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.3.1 Tujuan Umum Untuk membuktikan apakah pelatihan diagonal cone hop lebih efektif dibandingkan front cone hop untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan pada subjek. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Membuktikan pelatihan diagonal cone hop dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan pada subjek. 1.3.2.2 Membuktikan pelatihan front cone hop dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan pada subjek. 1.3.2.3 Membuktikan pelatihan diagonal cone hop lebih efektif dibandingkan front cone hop untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan pada subjek. xxvi
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan oleh guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, serta pelatih bagi pengembangan model pelatihan sehingga memperoleh konsep ilmiah tentang metode pelatihan dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan pada pemain sepak bola. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman oleh pelatih, guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, serta atlet dalam memberikan pelatihan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kecepatan tendangan pemain sepak bola. xxvii