BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan akan perumahan dan pemukiman. Permasalahan utama

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Hukum adalah segala aturan yang menjadi pedoman perilaku setiap orang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam bahaya yang dapat mengancam kepentingannya tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkebutuhan dan selalu memiliki keinginan untuk dapat memenuhi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 Tahun 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang diwarnai dengan semakin. pihak yang terlibat dalam lapangan usaha tersebut, sangat berpotensi

PENGATURAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH HUNIAN MENURUT PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA Muhammad Aini Abstrak

Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. 1

BAB I PENDAHULUAN. penting dan paling utama. Karena pada kehidupan manusia sama sekali tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu daerah mengalami kemajuan

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

2 dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik (Juniarko dkk, 2012;

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 44 TAHUN 1994 T E N T A N G PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya mengalami peningkatan sesuai dengan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Setiap orang berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya 1.

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 1 Bidang perumahan

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam peranannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemian budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari.

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN YURIDIS PENGAKHIRAN SEWA MENYEWA RUMAH YANG DIBUAT SECARA LISAN DI KELURAHAN SUNGAI BELIUNG KECAMATAN PONTIANAK BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HAK GANTI RUGI. mereka keluarkan (modal). Kerugian dalam hukum dapat dipisahkan menjadi 2

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan

BAB I PENDAHULUAN. itu, kebijakan pembangunan pertanahan haruslah merupakan bagian yang tidak

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah. bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMAKAIAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10 /PERMEN/M/2007

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk dunia saat ini telah mencapai lebih dari 6 miliar, di mana di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN TANAH DESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN KINERJA DPU TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 1 TAHUN 1991 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai pertanahan tidak pernah surut. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

Hak Atas Standar Penghidupan Layak dalam Perspektif HAM. Sri Palupi Peneliti Institute for Ecosoc Rights

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. karena itu terjadilah sekelompok manusia yang hidup dalam suatu tempat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perumahan, yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan hal penting bagi kehidupan manusia. Diatas tanah. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk perkotaan merupakan permasalahan utama bagi peningkatan kebutuhan akan perumahan dan pemukiman. Permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang adalah permasalahan pemukiman penduduk khususnya di kota-kota besar. Masalah perumahan merupakan suatu masalah yang rumit dan kompleks, karena menyangkut banyak hal seperti keadaan sosial ekonomis masyarakat, planologi kota, masalah tanah, meningkatnya jumlah penduduk dan bermacam-macam hal yang kesemuanya itu tidak dapat dilepaskan satu dengan lainnya. Kebutuhan akan tempat berteduh atau perumahan ini penulis anggap sebagai hal atau topik yang interestan sekali dan masalah perumahan ini adalah masalah yang selalu aktual. Apalagi dengan adanya pertambahan penduduk yang sangat cepat dan terutama di kota-kota besar masalah akan perumahan menjadi lebih parah lagi. Antara pertambahan penduduk disatu pihak dan pertambahan perumahan dilain pihak tidak seimbang. Sedangkan untuk membangun dengan cepat perumahan yang merupakan satu-satunya jalan yang paling efektif belum secara merata dapat dibangun oleh pemerintah karena melihat kebutuhankebutuhan lainnya yang masih perlu diprioritaskan. Salah satu alternatif untuk 1

2 mengatasi kebutuhan akan perumahan adalah dengan cara memberikan kesempatan kepada setiap warga Negara dan badan hukum, baik badan hukum swasta maupun badan hukum Negara untuk membangun perumahan. Pengadaan perumahan di perkotaan dalam jumlah besar bagi masyarakat berpenghasilan rendah di negara-negara berkembang merupakan persoalan yang cukup kompleks dan menghadapi banyak kendala. Menurut Bambang Panuju dalam bukunya yang berjudul Pengadaan Perumahan Kota dengan Peran Serta Masyarakat Berpenghasilan Rendah, yang dikutip oleh R.Lisa Suryani dan Amy Marisa, kendala-kendala tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut : 1. Kendala Pembiayaan Hampir seluruh negara berkembang memiliki kemampuanekonomi nasional yang rendah atau sangat rendah. Sebagian besar anggaran biaya pemerintah yang tersedia untuk pembangunan dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan yang menunjang perbaikan ekonomi seperti industri, pertanian, pengadaan infrastruktur, pendidikan dan sebagainya. Anggaran pemerintah untuk pengadaan perumahan menempati prioritas yang rendah, dengan jumlah kecil. Sementara itu harga rumah terus meningkat sehingga pendapatan penduduk semakin jauh dibawah harga rumah yang termurah sekalipun. 2. Kendala Ketersediaan dan harga lahan. Lahan untuk perumahan semakin sulit didapat dan semakin mahal, diluar jangkauan sebagian besar anggota masyarakat. Meskipun kebutuhan lahan

3 sangat mendesak, terutama untuk pengadaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, usaha-usaha positif dari pihak pemerintah di negara-negara berkembang untuk mengatasi masalah tersebut belum terlihat nyata. Mereka cenderung menolak kenyataan bahwa masyarakat berpenghasilan rendahj memerlukan lahan dalam kota dan mengusahakan lahan untuk kepentingan mereka. 3. Kendala Ketersediaan Prasarana untuk Perumahan Ketersediaan prasarana untuk perumahan seperti air minum, pembuangan air limbah, pembuangan sampah dan transportasi yang merupakan persyaratan penting bagi pembangunan perumahan. Kurangnya pengembangan prasarana, terutama jalan dan air merupakan salah satu penyebab utama sulitnya pengadaan lahan untuk perumahan di daerah perkotaan. 4. Kendala Bahan Bangunan dan Peraturan Bangunan Banyak negara berkembang belum mampu memproduksi bahan-bahan bangunan tertentu seperti semen, paku, seng gelombang, dan lain-lain, Barang-barang tersebut masih perlu diimport dari luar negeri, sehingga harganya berada di luar jangkauan sebagian besar anggota masyarakat. Selain itu banyak standar dan peraturan-peraturan bangunan nasional di negara-negara berkembang yang meniru negara-negara maju seperti Inggris, Jerman, atau Amerika Serikat yang tidak sesuai dan terlalu tinggi standarnya bagi masyarakat negara-negara berkembang. Kedua hal

4 tersebut menyebabkan pengadaan rumah bagi atau oleh masyarakat berpenghasilan rendah sulit untuk dilaksanakan. 1 Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada ditambah laju urbanisasi yang mencapai ± 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat, kebutuhan perumahan ini selalu mendesak terutama di kota besar seperti halnya Jakarta, antara jumlah rumah yang tersedia tidak seimbang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang cepat meningkat, sementara itu ketersediaan lahan menjadi semakin langka, akibat dari kekurangan akan perumahan tersebut mendorong masyarakatyang memiliki keterbatasan dana, menyewa rumah. Instrumen sewa ini perlu dipahami benar baik oleh penyewa maupun yang menyewakan rumah, agar tidak menimbulkan banyak dampak di bidang hukum antara lain mengenai sengketa-sengketa perumahan baik yang merupakan penyerobotan rumah, pengusiran, uang sewa, dan sebagainya, karena pelaksanaanya memerlukan dasar hukum yang kuat dan tegas. Lemahnya landasan hukum sewa atau konkretnya isi berjanjian sewa selalu berujung pada perselisihan atau sengketa masalah hukum yang rumit dikemudian hari. 2 Dengan adanya keadaan yang demikian Pemerintah mengeluarkan peraturan khusus yang mengatur masalah perumahan, antara lain Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1981 tentang Perubahan Atas Peraturan 1 R. Lisa Suryani dan Amy Marisa, Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Masalah Permukiman di Perkotaan, www.usu.ac.id, diakses 3 Desember 2009 2 Didi Syamsudin, Jangan Pernah Remehkan Landasan Hukum Sewa- Menyewa, htt://www.kompas.com/kom-cetak/0211/19/ekonomi/jang31htm, diakses tanggal 10 Januari 2010

5 Pemerintah Nomor 49 Tahun 1963 tentang Hubungan Sewa Menyewa Perumahan, dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memiliki keterkaitan dalam penyelesaian sengketa sewa-menyewa perumahan serta Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1994 tentang Penghunian Rumah Oleh Bukan Pemilik. Pengaturan tentang sewa menyewa rumah termasuk ke dalam pengaturan tentang sewa menyewa pada umumnya yang diatur di dalam Kitab Undangundang Hukum Perdata (KUHPerdata). Perjanjian sewa menyewa merupakan salah satu bentuk perwujudan dari adanya suatu perjanjian dua belah pihak atau lebih. Suatu perjanjian yang dibuat adalah sah dan akan mempunyai kekuatan hukum apabila memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata bahwa syarat sahnya suatu perjanjian apabila terpenuhinya kesepakatan dari mereka yang mengikatkan diri, kecakapan unuk membuat suatu perikatan, adanya hak tertentu, dan sebab yang halal. Para pihak yang terikat kepada perjanjian sewa menyewa diikat oleh kesepakatan yang telah dicapai di dalam perjanjian sewa menyewa yang dibuat. Selanjutnya,dalam pelaksanaan sewa menyewa perumahan baik perumahan yang dikuasai oleh perseorangan maupun perumahan yang dikuasai oleh Kepala daerah para pihak harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yang diatur pada pasal 1320 KUHPerdata, yaitu sepakat, cakap, hal tertentu, dan sebab yang halal. Selain atas dasar yang terdapat dalam KUH Perdata, Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1981 mengatur mengenai timbulnya

6 hubungan sewa-menyewa perumahan. Faktor-faktor yang berpotensi menimbulkan sengketa sewa-menyewa perumahan adalah penyewa rumah yang tidak mau meninggalkan rumah yang disewanya padahal masa sewanya telah habis, penghuni rumah yang masih dikuasai oleh Kepala Daerah, tetapi ia tidak memiliki Surat Ijin Perumahan ( SIP ) atau penyewa sudah memiliki SIP tetapi SIP tersebut sudah habis masa berlakunya dan oleh si penyewa belum diperpanjang. Penyelesaian sengketa sewa-menyewa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1981 yang kewenangan penyelesaiannya ada pada Dinas Perumahan. Dalam penyelesaian rumah yang masih dikuasai Kepala Daerah, Dinas Perumahan dapat memberikan peringatan-peringatan lebih dahulu, tetapi jika peringatan tersebut tidak ditanggapi oleh penyewa, maka Dinas Perumahan dapat langsung memutuskan sengketa tersebut serta melakukan pengosongan paksa terhadap rumah tersebut. Lain halnya dengan rumah yang tidak dikuasai oleh Kepala Daerah, terhadap rumah tersebut, Dinas Perumahan hanya berwenang melakukan pengosongan bila diminta oleh pemilik rumah. Sering terjadi dalam praktek pengosongan perumahan bahwa pihak yang dikalahkan tidak mau melaksanakan putusan secara sukarela sehingga diperlukan bantuan pengadilan untuk melaksanakan putusan tersebut secara paksa. Pihak yang dimenangkan dalam putusan dapat memohon pelaksanaan putusan (eksekusi) kepada pengadilan yang akan melaksanakan secara paksa. Sudah sejak lama Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1981 berlaku namun masih banyak masyarakat yang kurang memahami akan masalah

7 penyelesaian sengketa (perkara) perumahan, khususnya yang menyangkut tatacara yang harus mereka tempuh dalam penyelesaian perkara mereka dan masih sering terjadi pengaduan-pengaduan mengenai masalah perumahan kepada instansi yang sebenarnya bukan wewenangnya, dan/atau belum memahami benar tata cara pengaduan dalam mempertahankan hak mereka atas perumahan yang bersangkutan. B. Perumusan Masalah Dari uraian permasalahan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan hak dan kewajiban antara Pemerintah Kota dan penyewa dalam perjanjian sewa menyewa perumahan di Jakarta Pusat? 2. Bagaimana tata cara penyelesaian sengketa perjanjian sewa menyewa perumahan antara pemerintah kota dan penyewa di Jakarta Pusat? 3. Bagaimana kewenangan Pemerintah Kota dan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam penyelesaian sengketa perjanjian sewa menyewa perumahan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, tujuan dilaksanakannya penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan hak dan kewajiban antara Pemerintah Kota dan penyewa dalam perjanjian sewa menyewa perumahan di Jakarta Pusat;

8 2. Untuk mengetahui dan menganalisa tata cara penyelesaian sengketa perjanjian sewa-menyewa perumahan antara Pemerintah Kota dan penyewa di Jakarta Pusat; 3. Untuk mengetahui kewenangan Pemerintah Kota dan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam penyelesaian sengketa perjanjian sewa menyewa perumahan; D. Manfaat penelitian 1. Secara teoritis hasil penelitian ini merupakan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum khususnya bidang perumahan serta menambah khasana perpustakaan. 2. Secara praktis penelitian ini diharap akan menambah pengetahuan bagi masyarakat, praktisi, peneliti, dosen dan mahasiswa tentang penyelesaian sengketa perjanjian sewa-menyewa perumahan baik yang dikuasai Pemerintah Daerah maupun perseorangan, kewenangan Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri dalam Penyelesaian sengketa sewamenyewa perumahan. E. Keaslian penelitian Berdasarkan penelitian dan penulusuran yang telah penulis lakukandi Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, belum terdapat penelitian mengenai masalah Penyelesaian Sengketa Perjanjian Sewa Menyewa Perumahan Antara Pemerintah Kota dan Penyewa di Jakarta Pusat.Namun terdapat beberapa tulisan yang berkaitan dengan sewa menyewa, seperti tesis yang ditulis oleh Jeffry Rakasiwi Tahun 2006 berjudul

9 Tinjauan Sosiologis Tentang Sewa Menyewa Perumahan Lama Di Kota Malang yang menitik beratkan pada Penghentian Sewa Menyewa Perumahan melalui BUTR adapula Skripsi yang ditulis oleh Sri Widiati Tahun 2005 berjudul Tinjauan Yuridis Tentang Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Rumah Di Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan, tulisan tersebut menitik beratkan pada Perjanjian Sewa Menyewa Rumah Kecuali Rumah Susun dan Rumah milik Pemerintah Hal ini berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan bahwa penelitian ini menitik beratkan pada Penyelesaian Sengketa Perjanjian Sewa Menyewa Perumahan antara Pemerintah Daerah dengan Penyewa. Dengan demikian penelitian ini betul asli baik dari segi substansi maupun dari segi permasalahan sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. ------Rgbpoe-----