BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan. Hal itu dikarenakan keduanya sama-sama berkaitan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT PARA KIAI DI DESA SIDODADI KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARIS MELALUI WASIAT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK LAKI-LAKI BERSAMA ANAK PEREMPUAN TUNGGAL

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. yang ditinggalkan atau berpindah dan menjadi hak milik ahli warisnya. Allah SWT

BAB IV ANALISIS STATUS PENISBATAN ANAK HASIL PERKAWINAN SIRRI MENURUT MASYARAKAT HADIPOLO DITINJAU DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada saat seseorang meninggal dunia. 2

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. dia dengan orang tua, kerabat, dan masyarakat lingkungannya. Demikian juga

BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN SEBAPAK الا خت لا ب ليست كلا خت الشقيقة ف حال اجتماعهن ف

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. kematian menimpa diri seseorang, karena kematian adalah rahasia Allah.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah swt. maupun hubungan dengan

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna,

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

BUYUT POTROH SEBELUM PROSESI AKAD NIKAH DI DESA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN ULAMA AMUNTAI SEBAGAI KEWAJIBAN YANG HARUS DITUNAIKAN SEBELUM

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

BAB I PENDAHULUAN. Kewarisan merupakan salah satu bentuk penyambung ruh keislaman antara

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam agama Islam adalah tentang hukum waris, yakni pemindahan

BAB I. Persada, 1998, hlm. 1. Zahwan, Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1994, hlm Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris Ed.1, Jakarta: PT.

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

5 Oktober 2011 AAEI ITB K-07

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

Bersama : H. Ahmad Bisyri Syakur,Lc.MA.

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan manusia sehari-hari sebagai subjek hukum ataupun

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

Pertama, batas kepatutan untuk suami yang melakukan masa berkabung

BAB I PENDAHULUAN. mensyariatkan perkawinan sebagai realisasi kemaslahatan primer, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

I. PENDAHULUAN. maupun manfaat untuk dimiliki oleh penerima wasiat sebagai pemberian yang

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN KONDISI EKONOMI AHLI WARIS DI DESA KRAMAT JEGU KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. antara orang lain agar mereka saling tolong-menolong dan tukar-menukar

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya, namun harta yang diperoleh itu juga mempunyai fungsi sosial 1. Di

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

BAB I PENDAHULUAN. berikannya sebuah kelebihan tersebut manusia tidak hanya diam. Akan tetapi. wajib melaksanakan segala perintah dan larangan Allah.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

ANALISIS FIQH SIYASAH TENTANG PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MEREALISASIKAN FUNGSI BUDGETING

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hukum Islam, kewarisan dan wasiat merupakan dua sub bab yang berhubungan. Hal itu dikarenakan keduanya sama-sama berkaitan dengan harta peninggalan, yaitu semua yang ditinggalkan mayit dalam arti apa-apa yang ada saat seseorang meninggal dunia. 1 Kewarisan mempunyai sifat ijba>ri, yang secara leksikal berarti paksaan. Maksudnya yaitu bahwa peralihan harta dari seseorang yang telah meninggal dengan ahli waris berlaku dengan sendirinya menurut kehendak Allah SWT tanpa tergantung kehendak pewarisnya atau ahli warisnya. Jadi kewarisan terjadi secara otomatis dan ahli waris terpaksa menerima kewarisan tersebut. 2 Sedangkan, dalam wasiat terjadi apabila seseorang yang meninggal berpesan untuk memberikan hartanya kepada orang yang diberi wasiat. Sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan kepada hamba-hamba- Nya kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan demi terwujudnya kebaikan dalam kehidupan baik di dunia maupun di akhirat nanti. Oleh karena itu, segala ketetapan Allah SWT, baik yang terdapat dalam al-qur an maupun Sunnah Rasul saw harus dilaksanakan dengan sebenar-benarnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat an-nisa ayat: 59 1 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta : Kencana, 2012), 208. 2 Ibid., 19. 1

2 ء و أ ط يع وا اا لل و و و أ و و اا مم ل م من م ن اا م م م م ل وو ي ا أ ي ه ا اا ل ي ي آم ن وا أ ط يع وا اال ل أ مو يال )٥٩( اال ل إ م من م مم ن و و اا مي مو ااآل ل ا ل و أ م ي آل م ي ر إ اال ل و اا لل و و Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa ayat : 59) 3 Kewarisan adalah hal yang sangat erat dan dekat dengan kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan kewarisan adalah hal yang tidak bisa dihindarkan ketika terjadi kematian. Dalam pandangan Islam kewarisan termasuk salah satu bagian dari fikih atau ketentuan yang harus dipatuhi umat Islam dan dijadikan pedoman dalam menyelesaikan harta peninggalan seseorang yang telah meninggal dunia. Allah SWT menetapkan ketentuan-ketentuan tentang kewarisan ini karena menyangkut dengan harta yang di satu sisi kecenderungan manusia kepadanya dapat menimbulkan persengketaan dan di sisi lain Allah tidak menghendaki manusia memakan harta yang bukan haknya. Selain itu, dalam hukum Islam juga diterangkan tentang bagian masing-masing ahli waris yang jumlahnya telah ditentukan oleh Allah SWT dan juga tentang perintah untuk pewaris supaya tidak memberikan wasiat yang dapat memberatkan ahli waris. Sebagaimana yang telah Allah SWT jelaskan, diantaranya dalam surat an-nisa ayat : 12, yang berbunyi : 3 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Bandung: J-ART, 2002), 87.

3 م ي م م ا ل أ ماو اا م إ م م ي م ي م لي و ا ر ا لي و ا ر ل اال م لا ل م ي م و ا م و ا ر ي ل ء مع و ي و ب ا أ م و ي م ءي و لي اال م لا ل م م م ي م إ م ي ا م و ا ر م ا ا م م ي ء مل أ ر ل ه لي اال ي م لا ل م م م مع و ي ل و و ب ا أ م و ي م ءي ا ا و إ م ر ي و الا ة أ و ا م اال ل ء ل ل و ا م منه ا اا م ا وا أ مل ل م ي ا ه م ل ا و ا أ ر أ م و أ م آل ر م م ي مع و ي ل ي و ى ب ا أ م و ءي م ي ل م ا ر و ي ل ة م ي ء )١٢( ل ي ر ل ي ر اال ل و اال ل ي م م Artinya: Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun wanita yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara wanita (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharah (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari ah yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun. (QS. an-nisa ayat : 12) 4 Dalam pembagian waris juga dijelaskan dalam surat an-nisa ayat : 176, yang berbunyi : اا م الا إ ا م مل رؤ ل ا و ا ر و ا أ م آل ر ل ه ا م م ا ا م ي ي م ي م ي م م و اال ل ل و و ي ل ث ه ا ي م إ م م ي ا و ا ر م ا ا اث من م ل ه ا اال ل ل ا م لا ل و إ م ا وا إ م آلو ة ء ل ل ي ر ا م أ م ل وا و اال ل ل اا مل ي م ي ل اال ل م ا ة ل ل ل ل م ل م ا اال و Artinya: Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: Allah SWT memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai 4 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, 79.

4 (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal, dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. an-nisa ayat : 176) 5 Yang dimaksud kalalah adalah seseorang mati yang tidak meninggalkan ayah dan anak. 6 Dari beberapa ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah SWT selain telah menetapkan ahli waris yang berhak mendapatkan harta pewaris juga menetapkan bagian masing-masing ahli waris. Al-Qur an menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum yang berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorang pun. Bagian yang harus diterima semuanya dijelaskan sesuai kedudukannya terhadap pewaris. Bagi umat Islam Indonesia, aturan Allah SWT tentang kewarisan telah menjadi Hukum Positif yang dipergunakan dalam Pengadilan Agama dalam memutuskan kasus pembagian maupun persengketaan berkenaan dengan harta waris. 7 Namun, dalam praktik kehidupan masyarakat jarang sekali mereka menyelesaikan kasus berkenaan dengan harta waris ke Pengadilan Agama. Masyarakat lebih sering menggunakan aturan-aturan adat maupun hukum secara kekeluargaan di antara anggota keluarga berdasarkan apa yang baik dan adil menurut mereka. 5 Ibid., 106. 6 Imam Jalaluddin, Tafsir Jalalain, (Bandung; Sinar Baru Algensindo, 2011), 317. 7 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, 4.

5 Seperti yang terjadi pada masyarakat di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban, penyelesaian kasus yang berkenaan dengan harta waris dilakukan dengan cara kekeluargaan saja, yang mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga melalui musyawarah untuk kemaslahatan di kemudian hari. Akan tetapi, ada sebagian keluarga yang menggunakan pembagian harta waris melalui wasiat. Dalam proses pembagian waris dengan cara kekeluargaan, ialah setelah proses perawatan pewaris atau si mayit, misalnya untuk biaya pemakaman sampai dengan pengajian sampai tujuh hari, dan menyelesaikan hutang pewaris apabila mempunyai hutang semasa hidupnya, pihak keluarga atau ahli waris dikumpulkan dan dihitung berapa jumlah ahli warisnya untuk diadakan penyelesaian pembagian waris tersebut. Kemudian dijumlah berapa harta yang bisa dibagi, setelah dipergunakan untuk kepentingan pewaris. Kemudian barulah harta itu dibagi dengan memakai sistem sama rata antar ahli waris, artinya dalam satu keluarga pembagian warisnya itu disamaratakan bagian ahli warisnya baik laki-laki atau perempuan. Adapun untuk pembagian harta waris melalui wasiat, biasanya seseorang sebelum meninggal, membuat wasiat yang berisi harta yang ia miliki selama hidupnya untuk ahli warisnya. Dalam pembuatan wasiat tersebut kebanyakan dari mereka tidak dicatatkan, akan tetapi disaksikan oleh 2 (dua) orang. Setelah ia meninggal wasiat yang berisi pembagian harta waris itu disampaikan kepada ahli warisnya. Jadi, ahli waris tidak perlu lagi

6 melakukan pembagian harta waris, karena sudah mengikuti bagian yang disebutkan dalam wasiat. 8 Masyarakat Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban masih berpegang pada kebiasaan yang berlaku sampai sekarang, mayoritas warga masih kurang memahami pembagian harta waris menurut Islam, ataupun ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam hukum Islam. Seseorang biasanya mewasiatkan hartanya kepada ahli warisnya. Setelah ia meninggal, harta tersebut akan terbagi dengan sendirinya kepada ahli waris berdasarkan isi wasiat tersebut. Jadi, ahli waris tidak perlu adanya pembagian harta waris kembali, karena pelaksanaan wasiat dari si pewaris tersebut. Wasiat merupakan pesan terakhir yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain untuk mengurusi hartanya sesuai dengan pesannya setelah ia meninggal dunia. 9 Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 171 huruf F, wasiat adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau suatu lembaga yang akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia. 10 Harta yang dimaksud dalam pengertian di atas, bisa berupa barang, maupun manfaat untuk dimiliki oleh orang lain. Wasiat artinya pernyataan 8 Syaiful Taqwa, SE., Wawancara, Tuban, 30 November 2013. 9 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), 1270. 10 Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Nuansa Aulia, 2008), 54.

7 kehendak oleh seseorang mengenai apa yang akan dilakukan terhadap hartanya sesudah dia meninggal dunia. 11 Wasiat merupakan akad yang dilakukan seseorang dengan orang lain untuk memberikan sesuatu agar dilaksanakan setelah orang yang berwasiat meninggal dunia. 12 Wasiat ini tidak menjadi hak bagi orang yang diberi wasiat, kecuali setelah pemberinya meninggal dunia dan hutang-hutangnya dibayarkan. Adakala seorang pewaris karena sakitnya sudah parah dan merasa tidak ada harapan untuk dapat terus hidup, atau karena akan bepergian jauh, dengan kemungkinan tidak akan kembali lagi ke tempat tinggalnya, maka berpesan kepada anak dan istrinya tentang anak dan harta kekayaannya. Wasiat telah disyaria atkan oleh al-qur an, Sunnah, dan Ijma, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-baqarah ayat : 180: و اا مل ا ملو اا ي م ي اا مو ي ل آل م ي ة لا ل إ م اا م م و اا م م عل و و ل م ي م إ ا ل أ ق ا ل ى اا م لق Artinya: Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. 13 Selain itu, dalil dari hadis sebagai berikut: 11 Muhammad Idris Ramulyo, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dengan Kewarisan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), 132. 12 Sayyid Sa>biq, Fiqih Sunnah, Jilid III, (Kairo: Da>r al-fath, 1995), 336. 13 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, 27.

8 ا- ; أ ل و و ا ال ل لى اهلل لي و ل ا و : ( م ا ا ال ل ا ي ل - منه م ي م 14 ي ) من و ا م مل ءئ م مل ء ا م ر ي ل ي أ م ي و ي ي ا م يل م إ لال و و ي ل م م و ر Artinya: Dari Ibnu Umar ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tiadalah hak seorang muslim bermalam selama dua malam, sedang dia memiliki sesuatu yang ingin diwasiatkannya, melainkan wasiatnya tertulis di sisi kepalanya. Dari ayat dan hadis di atas, dapatlah dipahami tentang arti penting dari keberadaan wasiat, dalam hal peralihan hak kepemilikan harta. Namun, ketika turun ayat dalam surat an-nisa mengenai legalitas hukum kewarisan secara terperinci, wasiat yang sudah disyariatkan dalam Islam dibatasi dengan dua hal. 15 Pertama, wasiat untuk ahli waris tidak dilaksanakan melainkan dengan adanya izin para ahli waris lainnya karena Rasulullah saw berkhutbah pada tahun Haji wada, sesungguhnya Allah SWT telah memberikan setiap pemilik hak akan haknya, maka tidak ada wasiat bagi ahli waris. Adapun kedua orang tua berhak mendapatkan bagian tertentu dari harta peninggalan dan wasiat hukumnya sunnah untuk selain ahli waris. Kedua, membatasi maksimal wasiat hanya dengan sepertiga harta, sebagaimana sabda Nabi SAW kepada Sa ad bin Abi Waqash yang ingin membuat wasiat sebanyak dua pertiga atau setengah hartanya, karena yang menjadi pewarisnya hanya satu anak perempuannya saja. Nabi SAW bersabda : 14 Abu> Husain Muslim Al-Qusyairiy, S}ahi>h Muslim, Juz II, (Bairut: Da>r Kutub Al- Ilmiyyah, 1991), 1249. 15 Ibid., 16.

9 م ي أ م م اا ة ي ل و اان لا ل ر اال ل و اال ل إ ل أ م و ث أ من ي ا آل م ي ر ل م Artinya: Sepertiga, dan sepertiga adalah banyak, sungguh baik bagimu meninggalkan ahli waris dalam keadaan kaya daripada meninggalkan mereka dalam keadaan payah dan meminta-minta. 16 Wasiat itu sah dengan syarat: pertama, dilakukan oleh setiap orang yang baligh dan berakal; kedua, barang yang diwasiatkan berupa harta yang dapat berpindah hak milik; dan ketiga, wasiat itu untuk keperluan di jalan Allah SWT. Serta wasiat itu sah ditujukan kepada orang-orang yang memenuhi lima perkara, yaitu: Islam, baligh, berakal, merdeka, dan amanah. 17 Adapun rukun dari wasiat yaitu: pertama, Orang yang berwasiat. Yaitu orang yang mewasiatkan sesuatu dari kepemilikannya kepada orang lain; Kedua, Orang yang menerima wasiat. Yaitu orang yang menerima pesan wasiat sebelum pewasiat meninggal dunia; ketiga, sesuatu yang diwasiatkan atau objek wasiat; dan keempat, ucapan atau s}ighat dinyatakan dengan ijab kabul. Ijab adalah perkataan yang menyatakan memberi wasiat kepada orang lain. Contoh "aku mewasiatkan sawah ini setelah aku mati. 18 Akibat hukum dari adanya wasiat adalah beralihnya hak untuk memiliki harta benda maupun manfaat atas barang atau jasa dari orang yang berwasiat kepada orang atau lembaga yang diberi wasiat. Akan tetapi hal ini baru berlaku setelah yang memberi wasiat meninggal dunia. Karena hak milik atas harta benda maupun manfaat atas barang atau jasa tetap menjadi 16 Abu> Husain Muslim Al-Qusyairiy, S}ahi>h Muslim, Juz II, 1250. 17 Wahbah Zuhaily, Fiqh al-isla>mi> Wa Adillatuhu, Juz VII, (Damaskus: Da>r Al-Fikr, 2008), 26. 18 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2011), 504.

10 hak milik orang yang memberi wasiat. Meskipun wasiat tersebut telah diikrarkan. Lalu, bagaimana dengan kebiasaan masyarakat yang menggunakan wasiat sebagai cara atau solusi pembagian harta waris, dan itu yang berlaku di tengah masyarakat. Pembagian harta waris telah ditentukan bagian-bagiannya sesuai dengan dalil al-qur an. Namun, kenyataannya pembagian dan penghitungan harta warisan di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban ini berbeda dengan Hukum Waris Islam yang bersumber dari al-qur an. Di antara letak perbedaannya adalah sebagai berikut: tidak terjadinya penghitungan harta waris; pembagian harta waris sesuai dengan wasiat yang ditulis oleh pewaris; dan ahli waris hanya mendapatkan bagian waris sesuai dengan isi wasiat. Pelaksanaan pembagian waris terkadang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Hal ini dikarenakan berbedanya adat dan kebiasaan yang dipakai oleh daerah tersebut. Adanya ketentuan pembagian waris dalam Islam adalah sebagai solusi apabila terjadi persengketaan dalam pembagian harta waris. Atas dasar itulah, penulis merasa perlu membahas penerapan hukum waris yang berlaku di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban karena adanya kesenjangan dengan hukum Islam dalam sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul Tinjauan Hukum Islam terhadap Pendapat Para Kiai di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban tentang Pembagian Harta Waris melalui Wasiat.

11 B. Identifikasi Dan Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas, maka dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut: 1. Dampak dari pembagian harta waris melalui wasiat di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban. 2. Praktek pembagian harta waris melalui wasiat di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban. 3. Pendapat Para Kiai di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban mengenai Pembagian Harta Waris melalui Wasiat. 4. Tinjauan Hukum Islam terhadap Pendapat Para Kiai di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban mengenai Pembagian Harta Waris melalui Wasiat. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan terhadap latar belakang masalah, berikut ini batasan masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini: 1. Praktek pembagian harta waris melalui wasiat di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban. 2. Pendapat Para Kiai di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban mengenai pembagian harta waris melalui wasiat. 3. Tinjauan Hukum Islam terhadap Pendapat Para Kiai di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban mengenai Pembagian Harta Waris melalui Wasiat.

12 C. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah di atas, dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana Praktek pembagian harta waris melalui wasiat di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban? 2. Bagaimana Pendapat Para Kiai di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban mengenai pembagian harta waris melalui wasiat? 3. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap Pendapat Para Kiai di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban mengenai Pembagian Harta Waris melalui Wasiat? D. Kajian Pustaka Kajian pustaka dilakukan untuk menegaskan bahwa kajian penelitian ini bukan merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian sebelumnya. 19 Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, terdapat beberapa penelitian serupa yang membahas mengenai hukum waris yang berhubungan dengan wasiat. Pada skripsi Muhammad Arif Ridwan 2003 di dalam tulisannya Studi Komparatif Kedudukan Hukum Hibah Wasiat menurut Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Adat Jawa peneliti tersebut lebih fokus terhadap 19 Surat Keputusan Dekan Fak. Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Nomor: In. 02/1/PP.00.9062./I/2014, tentang Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi. 8.

13 kedudukan hibah wasiat dalam perspektif hukum waris Islam dan hukum waris adat jawa. 20 Dalam Skripsi yang berjudul Studi Hukum Islam tentang Adat Pemberian Wasiat kepada Ahli Waris laki-laki Sulung di Desa Tlagah Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan tahun 2010 oleh Mahmud. Penelitian skripsi ini menjelaskan tentang penerapan adat pemberian wasiat kepada anak laki-laki sulung dalam adat kebiasaan masyarakat di Desa Tlagah Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan. 21 Sugiono, dalam skripsinya yang berjudul Studi Komparatif Pemikiran Syi ah Imamiyah dan Imam Syafi I tentang Wasiat terhadap Ahli Waris. Skripsi ini bertujuan mengetahui perbedaan dan persamaan Pemikiran Syi ah Imamiyah dan Imam Syafi i tentang Wasiat terhadap Ahli Waris. 22 Sedangkan penulis akan membahas tentang Tinjauan Hukum Islam terhadap Pendapat Para Kiai di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban mengenai Pembagian Harta Waris melalui Wasiat. Skripsi ini ditulis untuk menjawab pertanyaan Bagaimana Praktek pembagian harta waris melalui wasiat di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban, bagaimana Pendapat Para Kiai di Desa Sidodadi Kecamatan 20 M. Arif Ridwan, Studi Komparatif Kedudukan Hukum Hibah Wasiat Menurut Hukum Waris Islam Dan Hukum Waris Adat Jawa, Skripsi, (Surabaya: Fak.Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2003). 21 Mahmud, Studi Hukum Islam tentang Adat Pemberian Wasiat kepada Ahli Waris laki-laki Sulung di Desa Tlagah Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan, Skripsi, (Surabaya: Fak.Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010). 22 Sugiono, Studi Komparatif Pemikiran Syi ah Imamiyah dan Imam Syafi I tentang Wasiat terhadap Ahli Waris, Skripsi, (Surabaya: Fak.Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010).

14 Bangilan Kabupaten Tuban mengenai pembagian harta waris melalui wasiat, dan bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap Pendapat Para Kiai di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban mengenai Pembagian Harta Waris melalui Wasiat. Dengan demikian jelas bahwa skripsi ini belum pernah ada yang membahas sebelumnya. E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui praktek pembagian harta waris melalui wasiat di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban. 2. Untuk mengetahui Pendapat Para Kiai di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban mengenai pembagian harta waris melalui wasiat. 3. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam terhadap Pendapat Para Kiai di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban mengenai Pembagian Harta Waris melalui Wasiat. F. Kegunaan Hasil Penelitian Dari permasalahan diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya. Kegunaan penelitian ini dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu:

15 1. Aspek Teoritis, yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian berikutnya, kemudian sebagai masukan dalam memahami pembagian harta waris di Indonesia, terutama pada masyarakat Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban. 2. Aspek Praktis, yaitu hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban dalam menyelesaikan permasalahan harta warisan menurut hukum Islam atau berdasarkan kebiasaan yang mereka lakukan. G. Definisi Operasional 1. Hukum Islam : peraturan-peraturan tentang pembagian harta waris berdasarkan al-qur an dan hadis. 2. Pembagian Harta Waris : Proses peralihan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) seseorang kepada orang lain karena kematian seseorang tersebut. 3. Wasiat : Suatu pesan yang disampaikan seseorang kepada orang lain mengenai harta kepemilikannya yang akan berlaku setelah meninggalnya seseorang tersebut. 4. Para Kiai : orang yang diakui atau dianggap masyarakat mengetahui atau ahli dalam bidang agama Islam yang ada di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban. H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

16 Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah bagian dari penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang langsung terjun ke lapangan guna mendapatkan data yang dibutuhkan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. 2. Data yang dikumpulkan Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data mengenai gambaran umum tentang keadaan masyarakat Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban, yakni kondisi ekonomi, pendidikan, sosial, dan agama. b. Data mengenai pembagian harta waris yang diterapkan pada masyarakat Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan. c. Data mengenai pendapat para kiai di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban mengenai pembagian harta waris melalui wasiat. 3. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari: a. Sumber Primer Sumber primer adalah sumber yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian, yaitu tiga orang kiai diantaranya K. Abdullah Diana, KH. Masruh Abu Mutholib, dan K. Abdul Hamim, serta beberapa ahli waris yang menerima harta waris melalui wasiat di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban. b. Sumber Sekunder

17 Adapun sumber data sekunder tersebut adalah masyarakat desa Sidodadi yang mengetahui tentang praktek pembagian harta waris melalui wasiat, serta buku-buku yang berkaitan dengan kewarisan Islam untuk menganalisis pembagian harta waris melalui wasiat. 4. Teknik Pengumpulan Data adalah: Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini a. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi atau percakapan antara dua orang atau lebih guna memperoleh informasi. Dalam hal ini, seorang peneliti bertanya langsung kepada subjek atau informan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan guna mencapai tujuannya dan memperoleh data yang akan dijadikan sebagai bahan laporan penelitiannya. 23 Wawancara ini dilakukan dengan para kiai yang ada di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaen Tuban, serta ahli waris, yang menerima harta waris melalui wasiat. b. Studi Dokumenter merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam suatu penelitian sosial. Cara ini dilakukan untuk memperoleh data dari sumber sekunder, baik dari buku-buku maupun dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian 24 yaitu dilakukan dengan cara membaca dan menelaah bahan-bahan bacaan yang berkaitan dengan judul penelitian. Hal ini bertujuan untuk menganalisis pembagian harta 23 S. Nasution, Metode Recearch (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 113. 24 Masruhan, Metode Penelitian Hukum, (Surabaya: Hilal, 2013), 208.

18 waris melalui wasiat yang berlaku di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan. 5. Teknik Analisis Data a. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian lapangan (field research) dengan metode penelitian deskriptif analisis. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 25 Lalu dari data yang didapat, kemudian dianalisis dengan tinjauan hukum Islam. Pendekatan deskriptif analisis dipergunakan untuk mendeskripsikan pembagian harta waris melalui wasiat yang berlaku di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan. b. Pola pikir yang digunakan dalam menganalisis data adalah secara deduktif yakni digunakan untuk menganalisis dalil-dalil dan Induktif digunakan untuk menganalisis temuan yang ada di lapangan. Kemudian ditarik sebuah kesimpulan. I. Sistematika Pembahasan Secara umum skripsi ini dibagi dalam lima bab, kemudian dibagi ke dalam sub-sub bab yang meliputi: Bab pertama adalah pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan 25 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), 63.

19 penelitian, kegunaan hasil penelitian, kajian pustaka, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua berisikan landasan teori, yaitu tentang kewarisan Islam, yang terdiri dari pengertian waris, dasar hukum kewarisan Islam, rukun dan syarat waris, sebab-sebab dan penghalang waris, ahli waris dan bagiannya, asas-asas hukum dalam kewarisan Islam, hak-hak yang berkaitan dengan tirkah, pengertian wasiat, dasar hukum wasiat, rukun dan syarat wasiat, hukum wasiat, dan hal-hal yang membatalkan wasiat. Bab ketiga merupakan gambaran umum tentang kondisi masyarakat Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban, yakni mengenai keadaan geografis, dan demografis yang meliputi jumlah penduduk, ekonomi, sosial keagamaan, dan pendidikan, dan berisi pendapat para kiai mengenai pembagian harta waris melalui wasiat di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban. Bab keempat berupa analisis hukum Islam terhadap pembagian harta waris melalui wasiat di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban serta pendapat para kiai mengenai pembagian harta waris melalui wasiat di Desa Sidodadi Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban. Bab kelima yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.