Resume Diagnosti kesulitan Belajar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

Sulit Belajar 09:39:00 AM,

BAB I PENDAHULUAN. mencerna informasi dan mengadaptasi perubahan yang berlangsung sangat cepat.

KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PERBANDINGAN TRIGONOMETRI

PERLU DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJARAN REMIDIAL

ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS VII DALAM MENYEDERHANAKAN BENTUK ALJABAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan.

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara yang menginginkan

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. menuntun pikiran dan perilaku seseorang. Dengan demikian, maka kecerdasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM PERSPEKTIF BIMBINGAN DAN KONSELING

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR (DKB)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, nilai dan norma kepada manusia yang dapat di harapkan

BAB I PENDAHULUAN. praktek kehidupan yang lebih cocok dengan situasi yang sedang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

TES DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI SDN 7 SERANG

I. PENDAHULUAN. derajat suatu bangsa dapat ditingkatkan menjadi bangsa yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KESULITAN BELAJAR DAN IDENTIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengantar manusia menuju kesempurnaan. Menurut pendapat Muzayyin (2005) Tugas dan fungsi

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL. Rahmatiah SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Hasil Belajar Para ahli mengemukakan beberapa pengertian hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999),

Dievaluasi. 1. Dilihat Dari Fungsinya. 2. Dilihat Dari Waktu. 3. Dilihat Dari Titik Berat Penilaian. 4. Dilihat Dari Alat Evaluasi

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

Tesar Lakani Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Kesulitan Siswa Memahami Materi Sistem Persamaan Linear

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

BAB V PEMBAHASAN. peneliti memberikan masalah tentang matriks, siswa menemui kesulitan-kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

PENGARUH KREATIVITAS MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TAPA ROSNAWATY BURUDJI

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin maju menuntut dunia pendidikan untuk melakukan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. yang dihadapi. Untuk mempertegas pengertiannya, berikut adalah berbagai pengertian

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

Materi 4 : Paradigma Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri individu dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

PEMBELAJARAN TUNTAS. (Mastery Learning)

BAB I PENDAHULUAN. adalah Mencerdaskan kehidupan bangsa. Strategi untuk mencerdaskan


BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

PERBEDAAN INDIVIDUAL Haryani, S.Pd

BAB II KAJIAN TEORI Kerangka Teoritis 1) Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendidikan bukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

I. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara dan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inggris perpustakaan dikenal dengan nama library. Library berasal dari bahasa Latin

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

Transkripsi:

Resume Diagnosti kesulitan Belajar Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau atau mencapai prestasi yang semestinya. Ia diprediksi akan dapat mengejakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tida sesuai dengan kemampuannya. Kasus siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achievers. Seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifiasi hasil belajar tertentu. Dalam hasil belajar sudah tentu mencakup aspek-aspek subtansial-material, fungsional- strutural, dan behavioral atau mencaup segi-segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai hasil belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir mencapainya. Siswa ini mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari. Kelompok yang lainnya adalah sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasai. Bisa pula ketuntasan belajar tak bisa dicapai karena proses belajar yang sudah ditempuh tidak sesuai dengan karakteristik murid yang bersangkutan. Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa tidak sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari secara menyeluruh. Perbedaan tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat pengusaan bahan sangat rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami, mungkin juga bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dukuasai dengan baik. Burton (Abin Syamsuddin, 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia, siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference), yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater). Selain itu, siswa dikatakan gagal

apabila dia tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya (under achiever). Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar. Setiap siswa dalam mencapai sukses belajar mempunyai kemampuan yang berbedabeda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya. Dalam menghadapi masalah perkembangannya tidak semua siswa mampu memecahkannya sendiri. Seseorang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah sendiri. Siswa cenderung tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapinya. Ada pula seseorang yang tampak seolah tidak mempunyai masalah, padahal masalah yang dihadapinya cukup berat. Atas kenyataan itu, semestinya sekolah harus turut berperan dalam membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Seperti kita ketahui, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sekurang-kurangnya memiliki tiga fungsi utama. Pertama fungsi pengajaran, yakni membantu siswa dalam memperoleh kecakapan bidang pengetahuan dan keterampilan. Kedua, fungsi administrasi, dan ketiga fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan bantuan khusus kepada siswa untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri dan integrasi sosial yang lebih baik, sehingga dapat menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun dengan lingkungannya. Setiap fungsi pendidikan pada dasarnya bertanggung jawab terhadap proses pendidikan pada umumnya. Seorang guru yang berdiri di depan kelas, bertanggung jawab pula atas fungsi administratif dan fungsi pelayanan siswa. Dalam pendidikan pada dasarnya sulit memisahkan secara tegas fungsi yang satu dengan fungsi yang lainnya, meskipun pada setiap fungsi tersebut mempunyai penanggung jawab masing-masing. Dalam hal ini, guru atau pembimbing dapat membawa setiap siswa kearah perkembangan individu seoptimal mungkin dalam hubungannya dengan kehidupan sosial serta tanggung jawab moral. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga

pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Kesulitan belajar banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Pola belajar anak, memang dibentuk saat di sekolah dasar. Sesuai dengan masanya ia mengalami perkembangan mental dan pembentukan karakternya. Di masa kini anak tidak hanya belajar menghitung, membaca, atau menghafal pengetahuan umum, tapi juga belajar tentang perhatikan mood, siapkan ruangan belajar, dan tanggung jawab. skala nilai moral, dan skala nilai prioritas dalam kegiatannya. Masalah disiplin juga tidak kalah pentingnya. Anak-anak sejak kecil sudah harus ditanamkan disiplin, jika tidak sangat menentukan perkembangan karakter anak tersebut. Dalam menghadapi perilaku anak seperti ini, setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu komunikasi,. Namun, sebelum memperhatikan hal tersebut, orangtua hendaknya tidak mudah jatuh iba sehingga mengambil alih tugas anak dengan tujuan meringankan tugas mereka. orang tua tidak dianjurkan membantu anak dengan cara mengambil alih, tapi bagaimana menuntun anak agar pekerjaan rumah dikerjakan sendiri dalam situasi menyenangkan. Mengatasi Kesulitan Belajar di Rumah Kesulitan belajar merupakan masalah yang cukup kompleks dan sering membuat orangtua bingung mencari penyelesaiannya. Kesulitan belajar banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Pola belajar anak, memang dibentuk saat di sekolah dasar. Sesuai dengan masanya ia mengalami perkembangan mental dan pembentukan karakternya. Di masa kini anak tidak hanya belajar menghitung, membaca, atau menghafal pengetahuan umum, tapi juga belajar tentang tanggung jawab, skala nilai moral, dan skala nilai prioritas dalam kegiatannya. Masalah disiplin juga tidak kalah pentingnya. Anak-anak sejak kecil sudah harus ditanamkan disiplin, jika tidak sangat menentukan perkembangan karakter anak tersebut. Dalam menghadapi perilaku anak seperti ini, setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan. Namun, sebelum memperhatikan hal tersebut, orangtua hendaknya tidak mudah jatuh iba sehingga mengambil alih tugas anak dengan tujuan meringankan tugas mereka. orang tua tidak dianjurkan membantu anak dengan cara mengambil alih, tapi bagaimana menuntun anak agar pekerjaan rumah dikerjakan sendiri dalam situasi menyenangkan.

1. Perhatikan Mood Untuk mengenal mood anak, orang tua harus mengenal karakter dan kebiasaan belajar anak. Apakah anak belajar dengan senang hati atau dalam keadaan kesal. Jika belajar dalam suasana hati yang senang, maka apa yang akan dipelajari lebih cepat ditangkap. Bila saat belajar dia merasa kesal, coba untuk mencari tahu penyebab munculnya rasa kesal itu. Apakah karena pelajaran yang sulit atau karena konsentrasi yang pecah. Tugas orangtua disini adalah untuk menyenangkan hati si anak. 2. Siapkan Ruang Belajar Kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu, coba sediakan tempat belajar untuk anak. Jika kesulitan itu muncul karena tidak tersedianya meja, maka ajaklah anak belajar di meja makan didampingi orangtuanya. Tentu sebelum belajar meja makan harus dibersihkan lebih dahulu. Selain itu, mengajari anak bisa dilakukan dengan menularkan cara belajar yang baik. Misalnya bercerita kepada anak tentang bagaimana dahulu orangtuanya menyelesaikan mata pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya anak cepat larut dengan cerita orangtuanya sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya sekarang. 3. Komunikasi Pelajaran yang disukai biasanya tergantung bagaimana cara guru itu mengajar. Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan dengan cara guru mengajar di kelas. Dalam hal ini sebaiknya orang tua menyempatkan waktu untuk mendengarkan anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Anak yang aktif akan banyak sekali bercerita termasuk menceritakan bagaimana gurunya di kelas seperti memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal komunikasi ini, biarkan anakanak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya.

REFERENSI Abin Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya Prayitno dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : P2LPTK Depdikbud Syarif Hidayat, (2004) Tes Diagnostik Atasi Siswa Sulit Belajar, Suplemen Teropong, Www.pikiran -rakyat.com