PENELITIAN ENDAPAN LUMPUR DI DAERAH PORONG KABUPATEN SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2008, PUSAT SUMEBR DAYA GEOLOGI

GEOKIMIA SEBARAN UNSUR LOGAM PADA ENDAPAN LUMPUR SIDOARJO

PENDAHULUAN BAB Latar Belakang Masalah

Studi Awal Pemanfaatan Lusi sebagai Bahan Bangunan dengan Tambahan Tanah Sawah, Semen dan Kapur ABSTRAK

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI

BAB V GEOKIMIA DAERAH PENELITIAN

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

LAPORAN SURVEI CEPAT DAMPAK SEMBURAN LUMPUR PANAS DI KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG

Deliniasi Wilayah Amblesan Semburan Lumpur Sidoarjo Berdasarkan Data Penginderaan Jauh dan Korelasi Geokimia pada Sistem Vulkanik Kuarter Sekitarnya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1 : Peta Area Terdampak

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

PENELITIAN SEBARAN MERKURI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT, KABUPATEN MINAHASA UTARA, PROVINSI SULAWESI UTARA S A R I

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Oktober 2014

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :...

PENELITIAN MINERAL IKUTAN PADA LAPANGAN PANAS BUMI DAERAH DIENG, KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH

Kamis, 26 Juni Sidang

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA DINAS PERTAMBANGAN, ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

POTENSI DAN PEMANFAATAN BATUGAMPING DI PT. SUGIH ALAMNUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bengkel, rumah sakit, pasar, perusahaan berpotensi besar menghasilkan limbah

EKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/231/KPTS/013/2005 TENTANG

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

Pengujian Uap/Monitoring Sumur Panas Bumi MT-2, MT-3, dan MT-4 Mataloko Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur Tahun 2005

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

PENGUJIAN UAP/MONITORING SUMUR PANAS BUMI MATALOKO, NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

DATA KUALITAS AIR HASIL PEMANTAUAN TAHUN Tabel. 1. Data Hasil Analisis Laboratorium Pemantauan Kualitas Air Sungai Kabupaten Paniai

LUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 107

KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS DARI LUMPUR KERING TUNGKU EX LAPINDO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

ANALISIS SEDIMEN DAN PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN: DAERAH KASUS DELTA MAHAKAM KALIMANTAN TIMUR

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PENYELIDIKAN POTENSI BAHAN GALIAN PADA TAILING PT FREEPORT INDONESIA DI KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pembangunan. Dengan meningkatnya pembangunan akan. dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan adanya pencemaran.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Penyebaran Limbah Percetakan Koran Di Kota Padang (Studi Kasus Percetakan X dan Y)

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

TARIF LINGKUP AKREDITASI

ANALISIS KUALITAS AIRTANAH BEBAS DI KECAMATAN TANGGULANGIN SEBAGAI DAMPAK SEMBURAN LUMPUR LAPINDO SIDOARJO. Reza Fauziah Wahyuni

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif

Study Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

PENELITIAN ENDAPAN LUMPUR DI DAERAH PORONG KABUPATEN SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR Rudy Gunradi 1, Sabtanto Joko Suprapto 2 1,2 Kelompok Program Penelitian Konservasi SARI Lumpur dengan kandungan bahan padat utama berupa lempung merupakan bahan galian industri yang dapat digunakan untuk banyak keperluan. Selain pemanfaatan fisik lempung, unsur atau senyawa yang terkandung di dalamnya perlu untuk dicermati kemungkinan adanya kandungan bahan galian bernilai ekonomi tinggi. Bahan cair berpotensi membawa unsur dan senyawa terlarut yang berpeluang juga mengakumulasikan bahan-bahan ekonomis. Pendataan dan inventarisasi kemungkinan pemanfaatan endapan lumpur di daerah Porong dan atau dampak luapan lumpur terhadap lingkungan menjadi penting agar bencana endapan lumpur porong berpotensi menjadi sumber daya geologi yang bermanfaat bagi pembangunan. Hasil pengamatan dilapangan dan dari Peta Area Terdampak yang diterbitkan oleh Tim Nasional PSLS, estimasi sumber daya lumpur pada bulan April 2007 sebesar 46.153.500 ton, berumur Pliosen Awal Pliosen Tengah. Uji pemanfaatan lumpur dengan cara pembakaran menunjukkan lumpur Porong dapat digunakan untuk pembuatan body keramik dengan pembakaran antara suhu 800-900 o C dan untuk pembuatan keramik hias dengan pembakaran suhu 1400 o C serta pembuatan bata dan genteng. Kandungan bahan galian pada endapan lumpur Porong yang cukup menonjol yaitu iodium. Iodium pada padatan lumpur diperoleh kisaran harga 568,54 6.254,87 ppm. Kandungan Iodium sebesar itu sangat ekonomis untuk diusahakan, sebagai bahan pembanding PT. Kimia Farma saat ini mengekstrak Iodium dari brine water dengan kandungan unsur Iodium sebesar 120 ppm. Dengan estimasi sumber daya lumpur padat sebesar 46.153.500 ton, asumsi kadar iodium @ 2.500 ppm, terdapat sumber daya 115.383,750 ton iodium. Tingginya suhu pada semburan lumpur panas Porong menimbulkan dugaan akan adanya pengaruh aktivitas geotermal yang ikut mempengaruhi. Apabila dugaan tersebut benar, maka fluida pada sistem geotermal berupa larutan hidrotermal yang mempunyai sifat dapat melarutkan trace elements akan membawa unsur-unsur tersebut bersama semburan lumpur panas. Trace elements yang umum terkandung pada larutan hidrotermal yaitu Cu, Pb, Zn, Mn, Fe, Cd, As, Sb, Au, Ag, Tl dan Se. Kandungan unsur-unsur logam pada endapan lumpur Porong relatif kecil, namun terdapat sedikit peninggian nilai pada beberapa unsur apabila dibandingkan dengan kadar yang umum dijumpai pada batulempung. Kandungan logam pada endapan lumpur Porong mempunyai kemungkinan dapat berubah apabila ada fluida hidrotermal yang terus mempengaruhi, sehingga terjadi akumulasi. Kuantitas akumulasi kandungan emas tergantung pada karakteristik dan debit larutan hidrotermal yang keluar. LATAR BELAKANG Semburan lumpur panas di Kabupaten Sidoarjo muncul pertama kali pada tanggal 29 Mei 2006 di areal persawahan Desa Siring Kecamatan Porong. Jarak titik semburan sekitar 150 meter arah Barat Daya sumur Banjar Panji I milik PT. Lapindo Brantas yang sedang melakukan pemboran vertikal untuk mencapai Formasi Kujung dengan kedalaman 10.300 kaki. Ketika semburan lumpur terjadi pertama kali di sekitar Sumur Banjar Panji 1 (BJP-1), volume lumpur yang dihasilkan masih pada tingkat 5.000 m 3 per hari. Lubang semburan terjadi di beberapa tempat, sebelum akhirnya menjadi satu lubang yang dari waktu ke waktu menyemburkan lumpur panas dengan volume yang terus membesar hingga mencapai 50.000 m 3 per hari. Permasalahan penanganan lumpur panas ini menjadi jauh lebih berat akibat semakin

membesarnya volume lumpur panas yang disemburkan, dari antara 40.000 m 3 sampai 60.000 m 3 (Mei-Agustus) menjadi 126.000 m 3 per hari, sehingga yang akan dibuang tidak hanya air dari lumpur tersebut, akan tetapi keseluruhan lumpur panas yang menyembur di sekitar sumur Banjar Panji 1. Penelitian terhadap kandungan logam berat pada lumpur oleh tim gabungan dari Puslitbang Ekologi dan Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Badan Litbangkes, hasilnya menunjukkan bahwa kadar logam berat Hg (air raksa), Pb (timah hitam), Cd (cadmium), Cr (chrom), dan Cu (tembaga), serta nilai ph, masih di bawah nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang batas maksimum logam berat yang diperbolehkan dalam ekstrak limbah. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 42/MENLH/10/1996 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan minyak, gas, dan panas bumi, parameter lain yang berada di atas nilai ambang batas adalah senyawa organik yang dinyatakan sebagai Chemical Oxygen Demand (COD), senyawa fenol (C 6 H 6 O), dan senyawa amonium (NH + 4 ). Sedangkan parameter fisik yang melebihi ketentuan yang disyaratkan adalah padatan terlarut dan suhu. Pada awal bulan Desember 2006 hasil analisis kandungan logam berat pada lumpur yang dilaporkan oleh Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology (ICBB) menunjukkan adanya peningkatan volume lumpur yang keluar ke permukaan bumi menjadi sebesar 156.000 m 3 per hari dan juga terjadi peningkatan kandungan logam berat. Data terakhir yang diambil pada titik di sekitar 200 meter dari pusat semburan lumpur menunjukkan kandungan logam berat di atas ambang batas yang dipersyaratkan, unsur Cd 10,45 ppm, Cr 105,44 ppm, As 0,99 ppm, dan Hg 1,96 ppm dengan ph Lumpur 9,18. Upaya penanganan semburan lumpur timnas telah melakukan pemboran relief well yang diharapkan dapat menyumbat rekahan yang merupakan jalan keluarnya lumpur. Upaya tersebut mengalami beberapa kendala sehingga tidak diteruskan Upaya lain untuk mengurangi semburan lumpur dengan cara memasukkan bola-bola beton ke titik semburan. Sampai saat dilakukan kegiatan lapangan upaya tersebut sedang dievaluasi ulang kemajuannya. Berbagai upaya untuk memanfaatkan luapan lumpur telah dilakukan, diantaranya dengan memanfaatkan lumpur untuk pembuatan bata, batako, keramik dan beton, tetapi hal tersebut menjadi tidak layak secara ekonomi bila dikaitkan dengan besarnya volume lumpur yang keluar karena memerlukan biaya investasi yang besar, pengoperasian, pemeliharaan, perawatan dan tingkat daya serap pasar. HASIL KEGIATAN LAPANGAN a. Penyontohan Lumpur Jumlah conto lumpur sebanyak 86 conto, Mengingat kondisi lumpur yang plastis pemilihan lokasi conto lumpur dilakukan sepanjang tanggul dengan jarak antara 200-400 m. Seluruh titik lokasi penyontohan lumpur diukur ph dan temperaturnya dan koordinatnya diikat dengan GPS. Secara umum hasil pengukuran ph lumpur di lapangan menunjukan lumpur tersebut bersifat basa dengan kisaran angka 8-9. Peta lokasi penyontohan lumpur dapat dilihat pada Gambar 1. b. Penyontohan Air Jumlah conto air sebanyak 14 conto, penyontohan air dilakukan di beberapa titik lokasi di pond lumpur dan di beberapa lokasi dimana terdapat keluarnya gas serta 1 conto merupakan conto air Sungai Porong. Seluruh titik lokasi penyontohan air diukur ph dan temperaturnya dan koordinatnya diikat dengan GPS. Hasil pengukuran ph air di lapangan menunjukan air tersebut bersifat basa dengan kisaran angka 8-9. Peta lokasi penyontohan air dapat dilihat pada Gambar 2. c. Penyontohan Batuan Sebanyak 2 conto batuan dipilih dari material tanggul di sekitar Pasar Porong, dimana material tersebut merupakan batuan volkanik Penyontohan dilakukan untuk mengetahui kandungan mineral logam yang ada pada batuan tersebut. Sebagai catatan material tanggul terdiri dari batuan volkanik, batupasir dan batulempung.

ANALISIS CONTO Penyelidikan awal terhadap potensi sumber daya geologi khususnya bahan galian telah dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi dengan melakukan kegiatan lapangan pada bulan April 2007, berupa pengambilan contoh, dilanjutkan analisis laboratorium terhadap bahan padat dan cair dari Lumpur Porong. Beberapa parameter analisis telah selesai dilakukan namun masih ada juga yang masih dalam proses penyelesaian di laboratorium. Analisa laboratorium dilakukan diberbagai laboratorium yang ada di Indonesia sesuai kepentingannya. Laboratorium Pengujian Mineral dan Batubara di Pusat Sumber Daya Geologi, Laboratorium Geologi pada Pusat Survei Geologi, Laboratorium Balai Besar Keramik, Laboratorium Kimia LIPI Bandung, Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan Bandung, dan Laboratorium Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan di BATAN Jakarta, merupakan laboratorium yang sampai saat ini dilibatkan dalam analisa bahan cair dan padat lumpur Porong yang diambil oleh Tim Pusat Sumber Daya Geologi. Pelibatan beberapa laboratorium selain untuk kepentingan analisis parameter tertentu juga dalam rangka uji banding terhadap hasil analisis. Perlakukan analisis conto lumpur, air dan batuan hasil kegiatan lapangan seperti terlihat pada Tabel 1 EVALUASI a. Sumber Daya Geologi Lumpur Porong Berdasarkan pengamatan dilapangan dan Peta Area Terdampak yang diterbitkan oleh Tim Nasional PSLS, estimasi sumber daya lumpur pada bulan April 2007 sebesar 46.153.500 ton. b. Analisis Major Element Lumpur Analisis dilakukan di Laboratorium Pengujian Kimia Mineral dan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi, sebanyak 86 conto lumpur. Sampai saat ini 50% analisis major elemen telah selesai dilakukan dan sudah dapat memberikan gambaran umum kandungan major elemen dalam lumpur tersebut. Dari hasil analisis lumpur tersebut terlihat kandungan Al 2 O 3 antara 17-19 %, SiO2 > 50% dan Swelling rata-rata 200%. Lempung dengan spesifikasi kimia seperti tersebut di atas dapat digunakan antara lain pada industri mesin. c. Analisis Trace Element Lumpur Analisis dilakukan di Laboratorium Pengujian Kimia Mineral dan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi, sebanyak 86 conto lumpur. Unsur yang telah dianalisis yaitu unsur Cu, Pb, Zn, Mn, Ag, Fe, Cr, Cd, As, Sb, Au, Tl dan Se. Tingginya suhu pada semburan lumpur panas Porong menimbulkan dugaan akan adanya pengaruh aktivitas geotermal yang ikut Apabila dugaan tersebut benar, maka fluida pada sistem geotermal berupa larutan hidrotermal yang mempunyai sifat dapat melarutkan trace elements akan membawa unsur-unsur tersebut bersama semburan lumpur panas. Trace elements yang umum terkandung pada larutan hidrotermal yaitu Cu, Pb, Zn, Mn, Fe, Cd, As, Sb, Au, Ag, Tl dan Se. Kandungan unsur-unsur logam pada endapan lumpur Porong relatif kecil, namun terdapat sedikit peninggian nilai pada beberapa unsur apabila dibandingkan dengan kadar yang umum dijumpai pada batulempung. Kandungan logam pada endapan lumpur Porong mempunyai kemungkinan dapat berubah apabila ada fluida hidrotermal yang terus mempengaruhi, sehingga terjadi akumulasi. Kuantitas akumulasi kandungan emas tergantung pada karakteristik dan debit larutan hidrotermal yang keluar. d. Analisis XRD Analisis dilakukan di Laboratorium Geologi, Pusat Survei Geologi, sebanyak 3 conto lumpur. Hasil analisis XRD dalam lumpur teridentifikasi adanya mineral kaolinitmonmorinolit, illite, palygorskite, halite dan kuarsa. Satu conto memperlihatkan adanya mineral kalkopirit. e. Analisis Iodium Kandungan bahan galian pada Lumpur Porong yang cukup menonjol yaitu iodium. Iodium pada padatan lumpur yang dianalisis di Laboratorium Kimia LIPI Bandung dan Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan Bandung diperoleh kisaran harga 568,54 6.254,87ppm. Kandungan Iodium sebesar itu sangat ekonomis untuk diusahakan, sebagai bahan pembanding PT. Kimia Farma saat ini mengekstrak Iodium dari brine water dengan kandungan unsur Iodium sebesar 120 ppm.

Dengan estimasi sumber daya lumpur padat sebesar 46.153.500 ton, asumsi kadar iodium @ 2.500 ppm, terdapat sumber daya 115.383,750 ton iodium. Laboratorium yang biasa melakukan analisis kandungan iodium dalam batuan sangat terbatas, sehingga menjadi kendala untuk melakukan uji banding hasil analisis. Keterdapatan sumber daya iodium dalam padatan tersebut merupakan fenomena yang perlu untuk diungkap secara tuntas. Mengingat hal ini belum pernah dilakukan di Indonesia, sehingga nantinya dapat dijadikan model eksplorasi untuk mendapatkan temuan-temuan di daerah lain yang mempunyai lingkungan geologi sama. Menjadi tantangan yang sangat menarik bagi para ahli untuk melakukan eksplorasi, analisis secara tepat dan akurat di laboratorium, serta rekayasa penambangan dan pengolahan. Prospek ekonomi iodium sangat menjanjikan tidak hanya sebagai bahan baku industri farmasi akan tetapi untuk bahan baku industri lainnya seperti kegunaan pada pembuatan LCD untuk kamera, TV dan komputer dan bahan penyerap panas pada kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal dan kendaraan dan mesin berat lainnya yang telah menyerap 8% dari produksi iodium. Kebutuhan akan iodium yang terus meningkat ditambah lagi penggunaan untuk teknologi baru, menyebabkan laju peningkatan kebutuhan iodium pada pasar dunia sekitar 3,5% atau 1000 ton/tahun. f. Analisis Uji Bakar Analisis uji bakar dilakukan Balai Besar Keramik sebanyak 3 conto lumpur. Hasil pengujian dengan suhu pembakaran 1400 o C (Metoda Uji Bakar PS 14), merekomendasikan lumpur Porong tersebut dapat digunakan untuk pembuatan body keramik dengan pembakaran antara suhu 800-900 o C dan untuk pembuatan keramik hias dengan pembakaran suhu 1400 o C serta pembuatan bata dan genteng. g. Analisis Air Analisis kandungan unsur pada air dari lumpur panas Porong telah dilakukan untuk mengetahui bahan-bahan berpotensi ekonomi yang terlarut dan terbawa bersama semburan lumpur. Unsur atau senyawa terlarut dapat secara langsung mempunyai potensi ekonomi ataupun dalam jangka panjang berpotensi membentuk akumulasi bahan galian yang secara kuantitatif akan membesar menjadi bernilai ekonomi. Analisis dilakukan di Laboratorium Pengujian Kimia Mineral dan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi, sebagian besar unsur telah selesai dianalisis. Unsur yang telah dianalisis yaitu unsur Cu, Pb, Zn, Mn, Fe, Cr, Cd, Sb, Se dan I. Unsur Iodium dianalisis di Laboratorium Pengawasan Obat dan makanan Bandung (POM). Kualitas air tersebut apabila dibandingkan dengan SK. Gubernur Jawa Timur No. 45 Tahun 2002, terlihat beberapa conto air menunjukkan kandungan logam di atas baku mutu yaitu unsur Mn (no. A13 dan A114), unsur Fe (no. A11) dan unsur Cd (no. A02, A03, A04, A07, A08, A09, A10 dan A11). Hasil analisis unsur Iodium dalam air pond memperlihatkan kandungan unsur Iodium ratarata 25 ppm. Satu conto air memperlihatkan kandungan Iodium yang cukup tinggi (no. A01) sebesar 496,91 ppm yaitu di titik tanggul 23 di sekitar tanggul Pasar Porong. Kandungan Iodium dari beberapa lokasi mempunyai nilai bervariasi, hal ini dimungkinkan mengingat air tanah sebagai pembawa iodium dapat berasal dari beberapa sumber, seperti air tanah dangkal, air formasi (brine water), maupun berasal dari daerah resapan dalam satu siklus geohidrologi, yang mensuplai air dan dikeluarkan dalam bentuk semburan lumpur panas. Dengan sebagian kandungan iodium tinggi, memberikan isarat akan adanya bahan ekonomi tersebut dalam air pada zona cekungan di daerah Porong. h. Analisis Mikropaleontologi Analisis dilakukan di Laboratorium Geologi, Pusat Survei Geologi, sebanyak 2 conto, utuk mengidentifikasi mikro fosil yang terkandung di dalam lumpur guna mengetahui umur dari lumpur tersebut. Hasil analisis menunjukkan lumpur Porong berasal dari batuan berumur Pliosen Awal Pliosen Tengah. i. Analisis Batuan Analisis dilakukan di Laboratorium Pengujian Kimia Mineral dan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi. Batuan tersebut merupakan material tanggul di sekitar Pasar Porong. Dari hasil dari analisis kimia batuan tersebut terlihat kandungan unsur logam relatif rendah. Hal ini membuktikan tidak adanya atau sedikit sekali kontribusi unsur logam dari batuan

material tanggul terhadap endapan lumpur Porong. Disimpulkan kandungan logam lumpur Porong berasal dari lumpur itu sendiri dan adanya kontaminasi logam dari kawasan industri dan perumahan yang terendam lumpur tersebut. KESIMPULAN 1. Estimasi sumber daya lumpur padat pada saat dilakukan penelitian sebesar 46.153.500 ton 2. Hasil pengukuran ph di lapangan menunjukan lumpur bersifat basa dengan kisaran nilai ph 8-9. 3. Hasil analisis XRD, dalam lumpur teridentifikasi adanya mineral kaolinitmonmorinolit, illite, palygorskite, halite dan kuarsa. Satu conto memperlihatkan adanya mineral kalkopirit. 4. Hasil uji pemanfaatan lumpur dengan cara pembakaran, lumpur tersebut dapat digunakan untuk pembuatan body keramik dengan pembakaran antara suhu 800-900 o C dan untuk pembuatan keramik hias dengan pembakaran suhu 1400 o C serta pembuatan bata dan genteng. 5. Swelling rata-rata 200%, nilai swelling yang agak tinggi ini disebabkan lumpur Porong mengandung mineral monmorinolit. Kandungan utama bahan padat pada lumpur berupa lempung, berdasarkan analisis unsur major diperoleh kisaran nilai SiO 2 (48,15 53,89 %), Al 2 O 3 (17,08 18,95 %), Fe 2 O 3 (5,81 6,67 %), CaO (1,99 3,15 %), MgO (1,67 2,50 %), TiO 2 (0,73-0,85 %), P 2 O 5 (0,11 0,15 %), SO 3 (,04 0,25 %), MnO (0,11 0,15 %), H2O (2,17 4,35 %), Na 2 O (0,94 2,39 %), K 2 0 (0,94 1,94 %). Lempung dengan spesifikasi kimia seperti tersebut dapat digunakan pada industri mesin. 6. Hasil analisis kualitas air pond lumpur dan di beberapa lokasi dimana terdapat semburan gas, dibandingkan dengan SK. Gubernur Jawa Timur No. 45 Tahun 2002, terlihat beberapa conto air menunjukkan kandungan logam di atas baku mutu yaitu unsur Mn (no. A13 dan A114), unsur Fe (no. A11) dan unsur Cd (no. A02, A03, A04, A07, A08, A09, A10 dan A11). 7. Kandungan bahan galian pada Lumpur Porong yang cukup menonjol yaitu iodium. Iodium pada padatan lumpur yang dianalisis di Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan Bandung diperoleh kisaran harga 568,54 6.254,87ppm. Dengan estimasi sumber daya lumpur padat sebesar 46.153.500 ton, asumsi kadar iodium @ 2.500 ppm, terdapat sumber daya 115.383,750 ton iodium. Mengingat laboratorium yang sudah biasa menganalisis kandungan iodium pada padatan tidak ada di Indonesia, maka nilai kadar iodium tersebut masih perlu untuk dikaji lebih lanjut terutama menyangkut presisi dan akurasi analisis laboratoriumnya. 8. Hasil analisis unsur Iodium dari 14 conto air menunjukkan kandungan rata-rata 25 ppm, merupakan nilai yang relatif tinggi dibandingkan dengan kandungan umumnya pada air. 9. Hasil analisis mikropaleontologi foraminifera dapat disimpulkan bahwa lumpur Porong berasal dari batuan berumur Pliosen Awal Pliosen Tengah. Sedangkan berdasarkan hasil analisis mikropaleontologi palinologi lumpur Porong berasal dari batuan berumur Pliosen Pleistosen. 10. Hasil analisis batuan material tanggul menunjukkan kandungan unsur logam relatif rendah, hal ini menunjukkan tidak adanya atau sedikit sekali kontribusi unsur logam dari batuan material tanggul terhadap endapan lumpur Porong. Disimpulkan kandungan logam lumpur Porong berasal dari lumpur itu sendiri dan adanya kontaminasi logam dari kawasan industri dan perumahan yang terendam lumpur tersebut. PUSTAKA Boggs Jr, S., 2006, Principles of Sedimentology and Stratigraphy. Upper Saddle River. Davis Jr, R., 1983, Depositional System ; A Genetic Approach to Sedimentary Geology, Prientice Hall Inc. Pettijohn, 1975, Sedimentary Rocks, Harper and Row Publisher. PP No.18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Rovicky, 2007. Masih Soal Hipotesa Kelahiran Lusi.

http://rovicky.wordpress.com/2007/03/16/ masih-soal-hipotesa-kelahiran-lusi/ Santosa, S dan Suwarti, T., 1992. Geologi Lembar Malang, Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung www.detiknews.com www.esdm.go.id www.hotmudflow.wordpress.com www.iagi.co.id www.rovicky.wordpress.com www.bppt.go.id/index.php

Jenis Conto Jumlah Metoda Tabel 1. Jenis dan Analisis yang Dilakukan Lumpur 86 Analisis Basah Lumpur 86 AAS Unsur yang dianalisis Major Elemen (SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, TiO2, P2O5, SO3, MnO, H2O, NaO, K20 dan HD) Trace Element (Au, Ag, Cu, Pb, Zn, Mn, Fe, Cr, Cd, Hg, As, Sb, Tl, Se) dan I Lumpur 3 XRD Jenis mineral lempung Lumpur 3 Uji Bakar Uji kegunaan Lumpur 2 Lumpur 2 Mikropaleontologi Foraminifera Mikropaleontologi Palinologi Air 14 AAS Batuan 2 AAS Identifikasi mikro fosil foraminifera Identifikasi mikro fosil polen dan tumbuhan Cu, Pb, Zn, Mn, Fe, Cr, Cd, Hg, As, Sb, Se dan I Trace Element (Au, Ag, Cu, Pb, Zn, Mn, Fe, Cr, Cd, Hg, As, Sb, Tl dan Se) Tabel 2. Ringkasan Statistik Kandungan Unsur Logam pada 86 Conto Lumpur Dibandingkan Dengan Kandungan Rata-Rata Unsur pada Batulempung (Satuan dalam ppm kecuali Fe : %, Au & Hg : ppb) Unsur Min Maks Rata- Standar Rata-rata Unsur Rata Deviasi Dalam Batulempung *) Cu 19 47 22,49 4,508 42 Pb 37 72 49,40 5,693 25 Zn 77 142 96,29 11,483 100 Mn 317 1095 653,78 101,992 850 Ag 0 2 0,95 0,270 0,19 Fe 3,12 3,98 3,55 0,38 4,7 Cd 4 8 6,01 0,888 0,3 As 1 10 3,46 1,934 12 Sb 1 30 4,13 4,774 1-2 Au 1 15 5,37 4,092 4 Se 2,6 127 83,528 24,380 0,6 Hg 0 106 20.41 18,245 0,02 0,4 *) Sumber : Geochemistry in Mineral Exploration, Second Ed.1979

Unsur Tabel 3. Kisaran Nilai Unsur pada Conto Air Kisaran Kandungan Logam pada Conto Air SK Gub.Jatim No.45 Thn 2002 (mg/l) Kep. Men. LH No 42 Thn 1996 ph 8-9 6-9 6-9 Cu 0,01-0,06 3 Pb <0,05 0,48 1 Zn 0,02-0,06 15 Mn 0,21-9,65 5 Fe <1-21,66 15 Cr <0,1 0,1 1 Cd <0,01 0,19 0,1 Sb <0,2 Se <0,08 As 0 0,5 Hg 0 0,001 0,005 I 0-496,91

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI Gambar 1. Peta Indek Lokasi Endapan Lumpur

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI Gambar 2. Peta Lokasi Conto Lumpur

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI Gambar 3. Peta Lokasi Conto Air