KAJIAN SAMBUNGAN ANTAR PELAT PRACETAK PADA SISTEM HALF SLAB YANG MENERIMA BEBAN LENTUR

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ),

EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Teknik Sipil Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Studi Perencanaan Desain Sambungan Balok-Kolom Dengan Sistem Pracetak Pada Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Dalam perancangan struktur gedung perkantoran dengan Sistem Rangka Gedung (Building Frame System)

STUDI PERILAKU SAMBUNGAN BALOK PRACETAK UNTUK RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA AKIBAT BEBAN STATIK

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SHERWALL PADA GEDUNG BANK BCA CABANG RUNGKUT SURABAYA

Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Dengan Metode Pracetak

PERENCANAAN MENARA SAINS FMIPA ITS DENGAN METODE PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

TUGAS AKHIR RC

Kemajuan Teknologi Teknik Sipil terus mengalami. perkembanqan seiring dengan kemajuan di bidang-bidang. lain. Selain itu kemajuannya juga dikarenakan

MODEL SAMBUNGAN ANTAR PELAT BETON PRACETAK PADA SISTEM HALF SLAB PRECAST DUA ARAH

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

MODIFIKASI DESAIN GEDUNG HOLYDAY INN EXPRESS SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM STRUKTUR PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN ULANG GEDUNG POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN BETON PRACETAK

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

TONNY RIZKYA NUR S ( ) DOSEN PEMBIMBING :

PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA

Disusun Oleh : ZAINUL ARIFIN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

PENGARUH PENGGUNAAN WIRE ROPE SEBAGAI PERKUATAN LENTUR TERHADAP KEKUATAN DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG TAMPANG T (040S)

TEKNOLOGI APLIKASI BETON PRACETAK DAN PRATEGANG BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

SMART SOLUTIONS FOR MULTISTOREY BUILDINGS OLEH : IR. H. SULISTYANA, MT

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NURUL FAJRIYAH NRP DOSEN PEMBIMBING : BUDI SUSWANTO, ST., MT., Ph.D.

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU.

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

STUDI EKSPERIMENTAL SAMBUNGAN KOLOM-KOLOM PADA SISTEM BETON PRACETAK DENGAN MENGGUNAKAN SLEEVES

Latar Belakang Sering terjadinya kesalahan didalam pemasangan tulangan pelat lantai. Pelat yang kuat didasarkan pada suatu perhitungan yang cermat. Pe

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

Studi Analisis Sambungan Balok-Kolom dengan Sistem Pracetak pada Masjid Raya An Nur Politeknik Negeri Malang

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

STUDI PERBANDINGAN PELAT KONVENTIONAL, RIBSLAB DAN FLATSLAB BERDASARKAN BIAYA KONSTRUKSI

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Gedung Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Barwijaya merupakan gedung yang terdiri dari 9 lantai yang dibangun dalam rangka untuk memenuhi

Kinerja Hubungan Pelat-Kolom Struktur Flat Plate Bertulangan Geser Stud Rail dan Sengkang Dalam Menahan Beban Lateral Siklis

SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK

ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR PELAT DUA ARAH. Trinov Aryanto NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc.

Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL TERHADAP MEKANISME DAN POLA RETAK KOLOM BERTULANGAN RINGAN AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR RC Denny Ervianto

Studi Analisis Sambungan Balok-Kolom dengan Sistem Pracetak pada Gedung Kampus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia dan menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

ABSTRAK. Kata Kunci : Pracetak, Tulangan Tambahan ABSTRACT

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG BPK RI SURABAYA MENGGUNAKAN BETON PRACETAK DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih

INOVASI DALAM SISTEM PENAHAN BEBAN GRAVITASI UNTUK GEDUNG SUPER-TINGGI

PENGARUH PENEMPATAN PENYAMBUNGAN PADA PERILAKU RANGKAIAN BALOK-KOLOM BETON PRACETAK BAGIAN SISI LUAR

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sekolah dengan fasilitas yang lengkap, maka dibangunlah Sekolah Santa Clara yang terletak di Jalan Ngagel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Modifikasi Struktur Jetty Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

KONSTRUKSI PRACETAK TAHAN GEMPA PADA RUMAH SUSUN SEWA SEDERHANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE

STUDI KEGAGALAN STRUKTUR PRECAST PADA BEBERAPA BANGUNAN TINGKAT RENDAH AKIBAT GEMPA PADANG 30 SEPTEMBER

KAPASITAS LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 CM DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH TERANG BANGSA DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) DAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM)

PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH PENET, DI SANGEH

ABSTRAK. Kata Kunci : Pracetak, Cor penuh, Beban gempa, Sambungan Balok-Kolom ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. luar. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : kesalahan pada mix design,

BAB I PENDAHULUAN. belum tentu kuat untuk menahan beban yang ada. membutuhkan suatu perkuatan karena kolom menahan balok yang memikul

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik. pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan teknologi konstruksi di Indonesia saat ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

PERENCANAAN STRUKTUR CHIMNEY (CEROBONG ASAP) DI PLTU KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN

MODIFICATION DESIGN OF RSUD BENGKALIS BUILDING STRUCTURE USING PRECAST REINFORCED CONCRETE STRUCTURE

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai.

BAB I PENDAHULUAN. lain biaya (cost), kekakuan (stiffness), kekuatan (strength), kestabilan (stability)

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah beton prategang (prestress) yang mulai banyak digunakan saat ini dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH JARAK SENGKANG PADA PEMASANGAN KAWAT GALVANIS MENYILANG TERHADAP KUAT LENTU BALOK BETON BERTULANG

Pengembangan Pelat Hollow Core Slab (HCS) sebagai Diafragma Struktur

BAB I PENDAHULUAN Tujuan

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN SLAB ON PILE SUNGAI BRANTAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK PADA PROYEK TOL SOLO KERTOSONO STA STA.

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

Transkripsi:

KAJIAN SAMBUNGAN ANTAR PELAT PRACETAK PADA SISTEM HALF SLAB YANG MENERIMA BEBAN LENTUR Mufdillawati Mursid 1, Djoko Irawan 2, Data Iranata 3, Priyo Suprobo 4 1) Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,Email : mufdillawati.m@gmail.com 2) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email :djoko_i@ce.its.ac.id 3) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email :iranata_data@yahoo.com 4) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email : priyo@ce.its.ac.id ABSTRAK Penggunaan Sistem Pracetak (Half Slab Precast) merupakan penggabungan beton pracetak dan beton cast in situ, dimana bagian bawah struktur pelat menggunakan beton pracetak dan bagian atas berupa overtopping (cast in-situ). Perencana atau Pelaksana sering menggunakan sistem pracetak karena keuntungan sistem pracetak ini sangat praktis, cepat dan mudah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perilaku pelat dengan sistem half slab precast pada pengujian eksperimental dibandingkan dengan kajian secara analitis yang berbasis elemen hingga dan mengkaji perbandingan antara pelat sistem half slab precast dengan sistem monolit. Pemodelan benda uji yang digunakan adalah pelat dengan sistem half slab precast dan pelat dengan sistem monolit yang telah diuji oleh Irawan dkk (2014). Kajian ini dilakukan terhadap model pelat beton bertulang dengan dimensi 5000 mm x 800 mm x 500 mm yang sama dengan benda uji pada eksperimental. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pada kondisi elastis, perbedaan Pcrack yang dihasilkan dari analisis elemen hingga dan hasil dari uji eksperimental adalah sebesar ± 4.5% untuk setiap model dan hasil Pcrack model half slab lebih kuat 2,5 % dibandingkan dengan model monolit. Kata kunci : half slab precast, elemen hingga, Pcrack, Elastis LATAR BELAKANG Pelat atau slab adalah suatu struktur solid tiga dimensi yang memiliki bidang permukaan datar (tidak melengkung), lurus dan memiliki tebal lebih kecil dibandingkan dengan dimensi yang lain (Asroni,2010). Metode pracetak (precast ) merupakan konstruksi beton yang saat ini menjadi lebih populer di Indonesia dalam hubungannya dengan pembangunan yang cepat pelaksanaannya (Wijanto, 2006). Beton pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton dengan komponen-komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu tempat khusus ( off site fabrication), terkadang komponen-komponen tersebut disusun dan disatukan terlebih dahulu ( pre-assembly), dan selanjutnya dipasang di lokasi ( installation), dengan demikian sistem pracetak ini akan berbeda dengan konstruksi monolit terutama pada aspek perencanaan yang tergantung atau ditentukan pula oleh metoda pelaksanaan dari pabrikasi, penyatuan dan pemasangannya, serta ditentukan pula oleh teknis perilaku sistem pracetak dalam hal cara penyambungan antar komponen join (Abduh, 2007 dalam Wahyudi, 2010). B-24-1

Half Slab Precast adalah merupakan penggabungan metode beton konvensional dan beton pracetak, dimana pada bagian bawah struktur pelat menggunakan beton pracetak dan pada bagian atas ditutupi menggunakan beton konvensional ( cast insitu). Pada saat ini perencana sudah banyak menggunakan metode half slab precast yang memiliki keuntungan dari beberapa sisi, seperti: a. Pada saat mobilisasi yaitu pengurangan beban yang diterima pada alat berat. b. Percepatan pekerjaan di lapangan khususnya di sistem bekisting di bandingkan dengan sistem konvensional. c. Green Construction, yaitu tidak ada pekerjaan bongkaran bekisting sehingga efisiensi pemakaian alat angkat di lapangan dan megurangi masalah sampah pada proyek. d. Efisiensi biaya di banding dengan sistem konvensional. Gambar 1. Kerusakan di bawah komponen pracetak struktur lantai dermaga (Irawan dkk, 2014) Gambar 1 di atas merupakan contoh dugaan kerusakan yang terjadi di lapangan pada struktur lantai dermaga milik PT. Petrokimia Gresik akibat adanya perubahan sistem dari cast in situ menjadi half slab precast tanpa diikuti perhitungan ulang yang cermat terhadap dimensi, diameter dan jumlah tulangan. Akibat perubahan sistem konstruksi tersebut, akan terjadi perubahan perilaku struktur, komponen pracetak bagian lapis bawah akan berperilaku sebagai pelat satu arah, sedangkan komponen lapis atas akan berperilaku sebagai pelat dua arah yang pada awal perencanaannya komponen lapis atas dan komponen lapis bawah berperilaku sebagai pelat dua arah. METODA PENELITIAN Dalam mendukung penelitian kajian tentang model sambungan antara pelat beton pracetak, maka dilakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui kapasitas salah satu model sambungan antara pelat beton pracetak dengan obyek perencanaan salah satu proyek dermaga milik PT. Petrokimia Gresik dengan dimensi panel pelat 10 m x 10 m dan ketebalannya 50 cm yang perencanaan awalnya merupakan beton monolit (Irawan dkk, 2014). Benda uji akan diambil dari bagian panel pelat beton yang mewakili sambungan antara pelat beton pracetak seperti Gambar 2. Sedangkan dimensi benda uji akan dibuat dengan dimensi seperti diperlihat kan pada Gambar 3. Untuk mendapatkan perilaku lentur yang baik maka benda uji dibuat dengan dimensi panjang (L) sesuai hasil dari analisis awal. Sedangkan lebarnya ( B) = 80 cm, sesuai dengan ketersediaan ruang pada alat uji. Dimensi benda uji ini diberlakukan untuk semua jenis model sambungan. Untuk setiap jenis model sambungan direncanakan dibuat 3 benda uji. B-24-2

Gambar 2. Bagian Panel Pelat yang digunakan sebagai benda uji (Irawan dkk, 2014) Gambar 3. Dimensi Benda Uji (Irawan dkk, 2014) Terhadap perencanaan tersebut dilakukan perubahan menjadi half slab precast dengan pembagian ketebalan (h2) 35 cm berupa komponen pracetak 5 buah berukuran 2 m x 10 m dan tebal (h1) 15 cm berupa beton cor di tempat / cast in situ. Namun untuk meyakinkan perubahan tersebut dilakukan percobaan dengan model benda uji sebagai berikut: 1. Benda Uji model 1, adalah benda uji yang dicor langsung dengan ketebalan 50 cm dengan penulangan seperti pada Gambar 4. Gambar 4. Sambungan Pelat Pracetak Model 1 Pada Penelitian Pendahuluan 2. Benda Uji model 2, adalah benda uji yang dibuat sistem pracetak dengan ketebalan 35 cm dan dibuat secara cast in situ dengan ketebalan 15 cm. Sistem penulangannya dapat dilihat pada Gambar 5. B-24-3

Gambar 5. Sambungan Pelat Pracetak Model 2 Pada Penelitian Pendahuluan 3. Benda Uji model 3, adalah benda uji yang dicor langsung dengan ketebalan 50 cm dengan penulangan seperti pada Gambar 6. Gambar 6. Sambungan Pelat Pracetak Model 3 Pada Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan tentang model sambungan dilakukan terhadap model sambungan antara beton pracetak (Gambar 5 ) dibandingkan dengan beton yang di cor di tempat / cast in situ (Gambar 4 dan Gambar 6 ). Hasil dari percobaan di Laboratorium, diketahui kemampuan Pretak (Pcrack) untuk masing masing benda uji dengan beberapa variasi umur beton. PRELIMINARY PEMODELAN Pemodelan menggunakan program bantu elemen hingga, pemodelan dibuat seperti pengujian eksperimental di laboratorium terlihat di gambar 7. Tulangan beton yang digunakan adalah diameter 13 mm dan 19 mm untuk tulangan pokok. Mutu beton (f c) yang digunkan 30 MPa dan menggunakan Mutu Baja BJ 39. Pemodelan dianalisan 3D dengan Tipe beton dibuat Solid,Homogenous dan tulangan menggunakan tipe Beam. Untuk pembebanan dan perletakan dibuat seperti pengujian eksperimental laboratorium. Diharapkan pemodelan yang dilakukan dapat mendekati hasil Pcrack eksperimental sehingga dapat mengetahui perilaku dari half slab precast. B-24-4

P 1 m L/5 L/5 L Gambar 7. Benda uji saat pengujian di laboratorium HASIL DAN DISKUSI Berikut ini akan ditampilkan hasil Pcrack yang didapatkan dari pemodelan program bantu berbasis elemen hingga. Gambar 8. Grafik Perbandingan Nilai Tegangan dengan Beban Pemodelan Benda Uji 1 Pemodelan benda uji 1 menghasilkan nilai tegangan ( stress) 2,08627 MPa pada saat beban Pcrack 18 ton. Hasil yang didapatkan dari program bantu elemen hingga ini memiliki silisih 0,3 ton dibandingkan dengan hasil Pcrack yang didapatkan dari pengujian di Laboratorium. Gambar 9. Grafik Perbandingan Nilai Tegangan dengan Beban Pemodelan Benda Uji 2 B-24-5

Pemodelan benda uji 2 menghasilkan nilai tegangan ( stress) 1,49521 MPa pada saat beban Pcrack 18 ton. Hasil yang didapatkan dari program bantu elemen hingga ini memiliki silisih 0,4 ton dibandingkan dengan hasil Pcrack yang didapatkan dari pengujian di Laboratorium. Gambar 10. Grafik Perbandingan Nilai Tegangan dengan Beban Pemodelan Benda uji 3 Pemodelan benda uji 3 menghasilkan nilai tegangan ( stress) 1,88606 MPa pada saat beban Pcrack 16 ton. Hasil yang didapatkan dari program bantu elemen hingga ini memiliki nilai lebih kecil 0,3 ton disbanding dengan nilai Pcrack yang didapatkan dari pengujian di Laboratorium sebesar 16,3 ton. Gambar 11. Grafik perbandingan Pcrack setiap model KESIMPULAN Berikut ini ditampilkan kesimpulan dalam tabel untuk perbandingan nilai Pcrack. Untuk Model benda uji 3, dilakukan konversi umur beton menjadi 28 hari, karena pada saat pengujian eksperimental dilakukan benda uji 3 berumur 22 hari. B-24-6

Tabel 1. Perbandingan nilai Pcrack Benda Uji Pcrack Pcrack Eksperimental (ton) Model 1 17,7 18 Model 2 17,6 18 Model 3 17,16 16 Finite Element (ton) Untuk menganalisa sambungan antar pelat beton pracetak pada sistem half slab precast, dapat membandingkan nilai Pcrack antara benda uji monolit dengan benda uji yang memiliki sambungan. Dari hasil eksperimental dengan mengkonversi kuat tekan pada model 3, didapat nilai Pcrack benda uji 2 (model sambungan) lebih besar 2,56% dibandingkan dengan Pcrack benda uji 3 (model monolit). DAFTAR PUSTAKA ABAQUS. 2004. ABAQUS Analysis User s Manual, ABAQUS Inc. American Concrete Institut (ACI 318M-11). 2011. Building Code Requirements for Structural Concrete, ACI Committee 318. Asroni, H. Ali. (2010). Balok dan Pelat Beton Bertulang, Edisi Pertama, Grah a Ilmu, Yogyakarta. David G. Hieber, Jonathan M. Wacker, Mark O. Eberhard, John F. Stanto.(2005).State-of-the Art Report on Precast Concrete Systemsfor Rapid Construction of Bridges, Final Technical Report Contract T2695, Task 53, Bridge Rapid Construction, Department of Civil and Environmental Engineering University of Washington. Irawan, Djoko., P,Suprobo.,dan D,Iranata.(2014). Model Sambungan Antar Pelat Beton Pracetak Pada Sistem Half Slab Precast Untuk Pembebanan Momen Dua Arah. Rencana Usulan Penelitian Untuk Disertasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Kmiecik, P, Kamiski. (2011), Modelling of reinforced concrete structure with concrete strength degradation taken into consideration, Archives of Civil and Mechanical Engineering, Vol.XI. No. 3. PCI Sixth Edition.(2004), PCI Design Hand Book, PCI Industry Handbook Committee. Chicago. Society for Studies on the use of Precast Concrete Netherlands.(1987).Precast Concrete Connection Detail - Structural Design Manual. Sugeng,Wijanto dan T,Andriono. 2008. State of The Art : Research and Application of Precast / Prestressed Concrete Systems in Indonesia, World Conference on Earthquake Engineering, Beijing China. Takehito, Tezuka. (1994). Preestresed Half Slab Waffle Slab for Long -Span Structure, Shimizu Tech. Res. Bull. No. 13. B-24-7