PERCERAIAN DENGAN ALASAN ISTERI SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974

dokumen-dokumen yang mirip
AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang

Jalan Keluar Bagi Suami Istri Sebelum Cerai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN MUT AH DALAM PUTUSAN MA RI NO. REG. 441 K/ AG/ 1996

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an surat

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

PROSES PERKAWINAN ANTAR PENGANUT AGAMA YANG BERBEDA (ISLAM DAN KRISTEN) (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam. Sinar Baru al Gesindo, Jakarta. Cet. Ke XXVII. Hal. 374.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

P U T U S A N. Nomor:0959/Pdt.G/2010/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. hidup rumah tangga setelah masing-masing pasangan siap untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 Tahun Dalam Pasal 1 Undang-undang ini menyebutkan :

POLIGAMI MENURUT MASYARAKAT AWAM, PRIYAYI DAN ULAMA DITINJAU DARI SEGI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF INDONESIA. (Studi Kasus di Kecamatan Serengan)

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai umatnya. Serta ayat-ayat Al-qur an yang Allah SWT. khaliknya dan mengatur juga hubungan dengan sesamanya.

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang tersebut diberlakukan. Pada prinsipnya masyarakat jahiliyah

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

TINJAUAN HUKUM TENTANG HADLANAH (HAK ASUH ANAK) AKIBAT PERCERAIAN. (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN KEDUA SEORANG ISTRI YANG DITINGGAL SUAMI MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan lainnya diharapkan terpenuhi, yaitu kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

KEWENANGAN AYAH BIOLOGIS SEBAGAI WALI NIKAH TERHADAP ANAK LUAR KAWIN (Kajian Komparasi Antara Hukum Perkawinan Indonesia dengan Empat Madzhab Besar)

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, yang dikaruniai akal dan pikiran, kesempurnaan untuk berjalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari

SKRIPSI PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk selamanya. Tetapi adakalanya karena sebab-sebab tertentu bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

P U T U S A N Nomor 0804/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya.

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

P U T U S A N. Nomor:0993/Pdt.G/2010/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM FAKTOR PENYEBAB SERTA AKIBAT HUKUMNYA

Oleh: IRSAM DIAN BACHTIAR C

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

TIDAK DAPAT MENJALANKAN KEWAJIBAN HUBUNGAN INTIM SUAMI ISTRI MENYEBABKAN PERCERAIAN MENURUT HUKUM ISLAM 1 Oleh : Nabila Basalama

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat sebagai suatu kumpulan orang yang mempunyai sifat

STATUS HUKUM ANAK HASIL PERNIKAHAN SIRRI DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

Transkripsi:

PERCERAIAN DENGAN ALASAN ISTERI SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 (Studi Kasus di Pengadilan Agama Sukoharjo ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : HERNAWATI NURULIANA NIM : C 100.040.214 NIRM: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluknya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT sebagai jalan bagi makhluknya untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya. 1 Perkawinan adalah merupakan suatu peristiwa hukum yang sangat penting dalam kehidupan seorang manusia di zaman modern sekarang ini, karena dalam perkawinan yang sah pergaulan antara pria dan wanita akan terjalin dengan berkesinambungan baik dalam hubungan antar sesama anggota masyarakat maupun antar anggota keluarga. Kehidupan yang damai dan terpenuhi segala kebutuhannya adalah merupakan dambaan semua orang yang memegang teguh ajaran agama dan ajaran moral yang tinggi. Semua agama di dunia ini menempatkan masalah perkawinan adalah sebagai hal yang sangat suci. 2 Bagi manusia yang beradab dan memegang teguh ajaran agama, perkawinan selain dilakukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan biologis selaku mahkluk yang normal, perkawinan dapat menghindari dari hal-hal yang terlarang oleh agama dan kesusilaan sebagaimana sabda Rosulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Jama ah yang menyatakan bahwa perkawinan 1 H. Aminuddin, Slamet Abidin, Fiqh Munakhahat untuk fakultas Syari'ah Komponen MKDK, Cet 1, Bandung: Pustaka Setia, 1999, hal. 9 2 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Cet. 3, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, hal. 6 1

2 dapat menjadi benteng atau penutup jalan kemaksiatan dan sebagai jalan terbaik bagi penyaluran nafsu seksual manusia, juga sekaligus sebagai upaya menciptakan keselarasan dan berkesinambungan agar tatanan dalam masyarakat dapat dipertahankan dengan menjujung tinggi etika dan moral. Perkawinan tidak saja sebagai jalan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang bahagia, tetapi sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan-Nya. Hal ini sesuai dengan tujuan perkawinan sebagaimana dimksud dalam Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Tujuan perkawinan secara jelas telah dicantumkan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Perkawinan, yaitu untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia dan kekal, bukan hanya untuk sementara waktu saja. Tujuan dari perkawinan tersebut harus mendasari setiap perkawinan yang akan berlangsung karena bila tidak, maka perkawinan tidak akan bertahan lama karena semangat untuk mempertahankannya tidak ada pada pasangan yang melangsungkan perkawinan. Perkawinan akan sesuai dengan apa yang tercantum dalam Undang-Undang dan sesuai dengan apa yang di cita-citakan oleh kedua pasangan, apabila kedua belah pihak mempunyai komitmen untuk tetap bersama selamanya dalam suatu ikatan perkawinan. Untuk itu suami isteri perlu saling membantu dan saling melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya untuk membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material. Membentuk suatu keluarga yang bahagia erat hubungannya dengan keturunan yang juga merupakan tujuan dari diadakannya perkawinan tersebut,

3 sedangkan pemeliharaan dan pendidikan bagi anak-anak adalah menjadi hak dan kewajiban bagi orang tua (Penjelasan Pasal 1 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Perkawinan ) penjelasan Undang-Undang tersebut merupakan dasar dari Hukum Perkawinan Nasional. Akan tetapi, walaupun tujuan perkawinan itu secara jelas dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, yaitu untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia dan kekal bukan hanya untuk sementara waktu saja, namun hal itu tidak menjamin bahwa setiap pasangan yang terikat tali perkawinan akan selalu mampu mempertahankan mahligai perkawinan itu, karena dalam kehidupan berumah tangga suatu saat akan terjadi cobaancobaan hidup yang akan mendorong masing-masing pihak untuk mempertahankan kehendak pribadinya. Hal ini sebenarnya harus disadari oleh setiap pasangan suami isteri, bahwa hakekat perkawinan itu adalah merupakan ikatan atau lembaga yang mengikat mereka berdua dari kondisi yang berbeda dalam sikap, kesenangan, watak, dan mungkin juga gaya hidup, untuk disatukan dalam tali ikatan untuk dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akherat dengan menyelaraskan kehendak untuk hidup bersama yang kekal dalam rangka mengamalkan ajaran agama serta memenuhi kebutuhan biologisnya. 3 Hukum Perkawinan dalam Agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat penting, oleh karena itu peraturan-peraturan tentang perkawinan ini diatur dan diterangkan dengan jelas dan terperinci. Hukum Perkawinan Islam 3 Kamal Mukhtar, ibid, hal. 7

4 pada dasarnya tidak hanya mengatur tatacara pelaksanaan perkawinan saja, melainkan juga mengatur segala persoalan yang erat hubungannya dengan perkawinan, cara-cara untuk memutuskan perkawinan, biaya hidup yang harus diadakan sesudah putusnya perkawinan dan lain-lain. Adapun pentingnya perkawinan bagi kehidupan manusia, khususnya bagi orang Islam adalah sebagai berikut : a. Dengan melakukan perkawinan yang sah dapat terlaksana pergaulan hidup manusia baik secara individu maupun secara kelompok, antara pria dan wanita secara terhormat dan halal, sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat di antara makhluk-makhluk Tuhan yang lainnya. b. Dengan melaksanakan perkawinan dapat terbentuk satu rumah tangga dimana kehidupan dalam rumah tangga dapat secara damai dan tenteram serta kekal dengan disertai rasa kasih sayang antara suami isteri. c. Dengan melaksanakan perkawinan yang sah dapat diharapkan memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat sehingga kelangsungan hidup keluarga dan keturunannya dapat berlangsung terus menerus secara jelas. d. Dengan terjadinya perkawinan, maka timbulah sebuah keluarga yang merupakan inti daripada hidup bermasyarakat, sehingga dapat diharapkan timbulnya suatu kehidupan masyarakat yang teratur dan berada dalam suasana damai.

5 e. Melaksanakan perkawinan dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam Al-Qur an dan Sunnah Rasul, adalah suatu ibadah bagi orang Islam. f. Arti penting dari suatu perkawinan ini sering tidak menjadi perhatian bagi mereka yang telah melangsungkan perkawinan karena setelah perkawinan itu berlangsung mereka lupa akan tugas mulia mereka yaitu menjaga keutuhan perkawinan mereka dari apa yang biasa menyebabkan timbulnya perselisihan dan keretakan diantara mereka. Perselisahan, ketidakharmonisan dalam keluarga sering dipicu karena rasa egois dari masing-masing pihak untuk mempertahankan pendapatnya sendiri yang cenderung masing-masing pihak ingin menang sendiri, karena merasa selalu dipihak yang benar. 4 Keretakan keluarga yang timbul dalam suatu ikatan perkawinan akan dapat diatasi sedemikian rupa jika niat hati masing-masing pihak untuk mempertahankan status perkawinan mereka yang suci terus dipupuk dengan saling memahami bahwa setiap manusia mempunyai kekurangan. Dengan pemahaman semacam ini, akan dapat menurunkan ego serta rasa menang sendiri dan rasa paling berkuasa dalam lembaga perkawinan. Namun jika kegoncangan hubungan perkawinan tidak dapat diatasi, maka perceraianlah jalan terakhir untuk mengatasi kemelut rumah tangga, yang biasanya berkaitan erat dengan kondisi ekonomi, kondisi kejiwaan dan watak masing-masing pasangan. 4 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1999, hal. 4

6 Dibukanya pintu perceraian sebagai jalan keluar dari kemelut keluarga yang terdapat dalam kehidupan rumah tangga mereka, dalam hal ini dibenarkan berdasarkan firman Allah dalam QS.Al-Baqarah (2) ayat 229, yang menyatakan bahwa: ß, n= Ü9$# Èβ$s? s ( 8$ øβî*sù > ρá èoÿï3 ρr& 7xƒÎ ô s? 9 ômî*î/ 3 Ÿωuρ Ïts öνà6s9 βr& (#ρä è{ù's?!$ ϑïβ èδθßϑçf s?#u $º ø x HωÎ) βr&!$sù$sƒs ωr& $yϑšé)ムyšρß ãm «!$# ( βî*sù Λä ø Åz ωr& $uκ É)ムyšρß ãn «!$# Ÿξsù yy$oψã_ $yϑíκö n=tã $uκ Ïù ôny tgøù$# ϵÎ/ 3 y7ù=ï? ߊρß ãn «!$# Ÿξsù $yδρß tg ès? 4 tβuρ yètgtƒ yšρß ãn «!$# y7í s9'ρé'sù ãνèδ tβθãκî= à9$# Talak (yang dapat dirujuki) dua kali dengan cara yang ma ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu yang mengambil kembali dari sesuatu yang telahkamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankanhukumhukum Allah. Jika kamu khawatir keduanya(suami-isteri) tidak dapat menjalankan hukum Allah, maka tidak adadosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikanoleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukumhukum Allah,maka janganlah melanggarhukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqoroh(2) :229). Juga dibenarkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 39 ayat 2 yaitu, bahwa untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan yaitu antara suami isteri itu tidak akan dapat lagi hidup

7 rukun sebagai suami isteri. 5 Salah satu alasan perceraian yang dicantumkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya disingkat menjadi PP No.9 Tahun 1975 ) adalah karena meninggalkan pasangan tanpa alasan yang sah dalam jangka waktu dua tahun berturut-turut. 6 Yang dimaksud meninggalkan pasangan tanpa alasan yang sah adalah meninggalkan pasangan tanpa izin ataupun alasan yang kurang masuk akal dalam kehidupan berumah tangga. Selain itu hal lain yang dapat dijadikan alasan bercerai adalah karena melakukan perzinahan atau penyelewengan. Bahwa perceraian merupakan alternatif terakhir yang baru ditempuh apabila ternyata sudah tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan perkawinan mereka. Dalam hal ini sesuai dengan sabda Rosulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majjah, yang menyatakan bahwa perceraian merupakan perbuatan yang halal tetapi sangat dibenci Allah SWT. Program TKI atau TKW yang bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan devisa Negara mempunyai kemungkinan yang tidak sedikit yang dapat menimbulkan daripada terjadinya alasan perceraian. Hal ini memang cukup rumit untuk diatasi, mengingat masalah kesejahteraan dan pendapatan sebagian masyarakat yang masih pas-pasan. Perceraian yang sering terjadi cenderung berkaitan dengan masalah ekonomi yang melingkupi kehidupan suatu perkawinan, tidak dapat disangkal bahwa masalah ekonomi cukup besar mendorong terjadinya perselisihan 5 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 6 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

8 keluarga yang menjurus pada perceraian. Mengingat kenyataan bahwa Negara kita sebagai Negara berkembang dengan pertumbuhan cukup tinggi tetapi belum diimbangi dengan adanya pemerataan, banyaknya pengangguran sehingga masih tampak banyak keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini didorong oleh sempitnya lapangan pekerjaan, tidak adanya modal yang cukup dan kemampuan pengelolaan usaha swasta yang masih terbatas karena memang pendidikan yang masih rendah. Salah satu alternative yang diambil oleh kalangan ekonomi lemah dalam mengatasi keterbatasan ekonomi adalah mencari pekerjaan di Luar Negeri, sebagaimana lazimnya disebut TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dan bagi kalangan wanita disebut TKW (Tenaga Kerja Wanita), baik ke Negara Timur Tengah, Malaysia, maupun Hongkong. Karena adanya TKW ini di satu sisi cukup membanggakan kareana adanya kesadaran wanita untuk ikut serta mencari nafkah sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan keungan keluarga. Adanya Tenaga Kerja Wanita (TKW) secara tidak langsung mendorong mobilitas peredaran uang atau dana ke daerah-daerah, sehingga peredaran uang tidak terpusat di kota-kota besar saja. Namun demikian program Tenaga Kerja Wanita (TKW) ini mampu meningkatkan pendapatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak lepas dari berbagai problem yang cukup rumit. Mengingat jarak yang amat jauh antara daerah asal dengan tempat kerja di Luar Negeri dan jangka waktu atau masa kontrak tersebut cukup lama, minimal dua tahun. Bagi Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang berangkat ke Luar Negeri dengan meninggalkan keluarga, suami dan

9 anak-anak selama jangka waktu dua tahun tersebut, tentunya tidak menutup kemungkinan timbul masalah-masalah yang dapat memicu keretakan keluarga seperti adanya penyelewengan, anak-anak yang tak terurus, krisis kepercayaan antar pasangan, dan hal-hal lain yang dapat menimbulkan perselisihan keluarga. Krisis keluarga yang ditimbulkan karena berpisahnya pasangan karena isteri bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) lebih cenderung berkaitan dengan masalah pemenuhan kebutuhan biologis. Mengingat manusia normal manapun tentu memerlukan pasangannya dalam memenuhi kebutuhan biologis tersebut. Disatu sisi seorang suami yang ditinggal isterinya menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) mestinya harus sabar menunggu, karena kepergiannya adalah untuk mencari nafkah yang barang kali bisa diandalkan untuk meningkatkan kemampuan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Namun demikian tentunya tidak hanya membutuhkan uang, tetapi dalam rumah tangga yang harmonis tentu butuh pula perhatian, kasih sayang dan rasa saling memiliki sebagai wujud karunia Tuhan yang menciptakan manusia dalam dua jenis yang saling membutuhkan. Di Kabupaten Sukoharjo, peserta Tenaga Kerja Wanita (TKW) berasal dari ibu rumah tangga dengan meninggalkan suami dan anak-anaknya cukup banyak. Banyaknya pasangan yang berpisah karena program Tenaga Kerja Wanita (TKW) tersebut mendorong penulis untuk meneliti kemungkinan timbulnya permasalahan keluarga yang diakibatkan berpisahnya pasangan suami isteri dalam jangka waktu yang panjang dengan segala permasalahannya. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas

10 untuk itu penulis tertarik dan akan membahasnya menjadi skripsi dengan mengambil judul: PERCERAIAN DENGAN ALASAN ISTERI SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 (Studi Kasus di Pengadilan Agama Sukoharjo). B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah yang mendasari terjadinya peceraian dengan alasan isteri sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) di Luar Negeri? 2. Bagaimana prosedur permohonan cerai talak dengan alasan isteri sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) di Luar negeri menurut pandangan Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Tujuan Khusus Untuk melengkapi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Universitas Muhammadiyah Surakarta.

11 2. Tujuan Umum a. Untuk mengetahui dasar dari perceraian dengan alasan isteri sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) di Luar Negeri. b. Untuk mengetahui prosedur cerai talak dengan alasan isteri sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) di luar negeri. D. Manfaat Penelitian 1. Penulis ingin lebih memahami dan mengetahui tentang perceraian dengan alasan isteri sebagai TKW ( Tenaga Kerja Wanita ) di luar negeri menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang perceraian yang dibolehkan dengan alasan isteri sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) di Luar Negeri. 3. Memberikan pemahaman sebagai pegangan dalam membina rumah tangga yang bahagia kepada pembaca pada umumnya dan kepada penulis pada khususnya. E. Methodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Didalam penulisan skripsi ini, penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis. Jenis metode

12 ini merupakan metode pendekatan yang berdasarkan peraturan hukum positif dan di lihat pada prakteknya dengan gejala-gejala di masyarakat. 7 2. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi penelitiannya adalah di Kotamadya Surakarta atau di Pengadilan Agama Sukoharjo. 3. Jenis Data a. Data Primer Yaitu data yang dikumpulkan dari sejumlah keterangan atau faktafakta secara langsung diperoleh melalui penelitian lapangan dan langsung dari sumber data di lapangan. b. Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang terdiri dari literatur yang berkaitan dengan masalah perkawinan yang menunjang data-data yang ada, serta Undang-Undang yang berkaitan dan berlaku dalam penyusunan skripsi ini. 4. Tehnik Pengumpulan Data Penelitian Lapangan, dilakukan dengan cara datang langsung ke tempat penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Wawancara, adalah peneliti mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden untuk memperoleh data yang 7 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, 2001 hal. 125

13 diperlukan. Responden yang digunakan untuk menunjang pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut: Ketua Pengadilan Agama Kabupaten Sukoharjo. Ketua Badan Penasehat Perkawinan dan Perceraian Kabupaten Sukoharjo. 2. Quisioner, adalah peneliti mengajukan pertanyaan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan data yang diperlukan. Penelitian Kepustakaan, dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari berbagai pustaka dan literature yang berkaitan dengan masalah perkawinan yang digunakan untuk menunjang data-data yang ada dalam skripsi ini. Bahan hukum yang dipelajari adalah sebagai berikut: 1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama. 3) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 4) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. 5) Buku-buku yang berkaitan dengan masalah perkawinan. 6) Al-Qur an dan Hadits. 5. Analisis Data Dalam penelitian ini menggunakan analisis data yaitu diskriptif kwalitatif, yaitu menganalisis data yang telah didapat dengan mengaitkan antara data

14 tersebut dengan permasalahan untuk mencari kesimpulan hubungan antara keduanya. 8 F. Sistematika Skripsi Sistematika dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun untuk mempermudah dalam memahami permasalahan mengenai perceraian dengan alasan isteri sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita). Penulis membaginya dalam empat bab dan masing-masing bab akan diuraikan sub bab-sub bab, adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metodologi Penelitian F. Sistematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perkawinan 1. Pengertian Perkawinan 2. Tujuan yang hendak dicapai dalam perkawinan 3. Syarat yang harus dilakukan dalam pelaksanaan perkawinan 4. Sahnya Perkawinan 8 Soerjono Seokamto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hal. 7

15 B. Tinjauan Umum Tentang Perceraian 1. Pengertian Perceraian 2. Alasan yang dapat digunakan dalam proses terjadinya perceraian 3. Tata cara dalam perceraian 4. Pencatatan Perceraian 5. Akibat-akibat dari perceraian itu sendiri C. Tinjauan Hukum Tentang Tenaga Kerja Wanita 1. Menurut Pandangan Hukum Islam 2. Menurut Pandangan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 197 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian A. Hal-hal Yang Mendasari Perceraian Dengan Alasan Isteri Sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Luar Negeri. B. Prosedur Perceraian Dengan Alasan Isteri Sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) menurut Pandangan Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama. Pembahasan A. Hal-hal Yang Mendasari Perceraian Dengan Alasan Isteri Sebagai Tenaga Kerja Wanita ( TKW) di Luar Negeri. B. Prosedur Perceraian Dengan Alasan Isteri Sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Luar Negeri menurut Pandangan

16 Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN