BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PERANAN POLISI SEBAGAI PENYIDIK DALAM MELAKUKAN PENANGANAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang. menegaskan tentang adanya persamaan hak di muka hukum dan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. tegas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtstaat); tidak. berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat).

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyelidikan dan Penyidikan. Pengertian penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. melindungi individu terhadap pemerintah yang sewenang-wenang dan

BAB I PENDAHULUAN. negara harus berlandaskan hukum. Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

I. PENDAHULUAN. mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

I. PENDAHULUAN. pengeledahan, penangkapan, penahanan dan lain-lain diberi definisi dalam. Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

Bagian Kedua Penyidikan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma pergaulan. tingkat kejahatan atau tindak pidana pembunuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB II KEWENANGAN JAKSA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA. diatur secara eksplisit atau implisit dalam Undang-undang Dasar 1945, yang pasti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

I. PENDAHULUAN. Kebebasan dasar dan hak dasar itu yang dinamakan Hak Asasi Manusia (HAM), yang

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

ALUR PERADILAN PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. KUHAP Pasal 1 menjelaskan bahwa penyidik adalah: pejabat polisi. penyidik bukan berdasarkan atas kekuasaan, melainkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. maupun bahaya baik berasal dari dalam mupun luar negeri. Negara Indonesia dalam bertingkah laku sehari-hari agar tidak merugikan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini penulis telah melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik spiritual maupun

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana pencurian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atau hukum (constitutional democracy) yang tidak terpisahkan

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 7 Tahun 2000 Seri D PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagaimana tersirat di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

jahat tersebut tentunya berusaha untuk menghindar dari hukuman pidana, yaitu dengan cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB II PENAHANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA ANAK DIBAWAH UMUR. penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana dicantumkan

BAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung meningkat. Semakin pintarnya manusia serta didukung dengan adanya peralatan yang serba modern, bentuk-bentuk kejahatan sekarang cenderung mengalami peningkatan sehingga mengakibatkan penanganan kasus-kasus kejahatan banyak sekali mengalami hambatan-hambatan dalam proses penyelidikan sebagai langkah awal untuk mengungkap kasus kejahatan tersebut. Perkembangan kajahatan dewasa ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, bahkan negara kita yang sedang berkembang juga mengalami perkembangan kejahatan yang sangat membahayakan yang menuntut kita harus selalu waspada dan hati-hati. Telah banyak apa yang kita baca atau yang kita lihat baik di media cetak maupun media elektronik bahwa banyak kasus-kasus kejahatan yang tidak atau belum terungkap karena tidak adanya atau kurang adanya bukti-bukti yang ada. Sebagai salah satu contohnya adalah dalam kasus pembunuhan yang mana si pelaku membunuh korbanya bukan di tempat dimana korban ditemukan melainkan di tempat lain agar pelaku dapat menghilangkan jejak dan lolos dari jeratan hukum. Hal ini dapat menghambat proses penyelidikan karena dalam kasus tersebut tempat kejadian perkara bukanlah tempat di mana korban ditemukan. 1

2 Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka dapat kita ketahui bahwa untuk mengungkap suatu tindak pidana atau kejahatan adalah tidak mudah dan membutuhkan banyak hal, salah satunya adalah harus benar-benar dapat mengetahui dimana tempat awal terjadinya kejahatan tersebut, karena dengan diketahuinya tempat kejadian perkara secara tepat maka dapat mempermudah proses penyelidikan untuk mencari dan menemukan bukti yang diperlukan. Di negara kita, tugas penyelidikan dan penyidikan dilakukan oleh aparat penegak hukum yakni kepolisian sesuai dengan ketentuan Pasal 4 jo. Pasal 6 KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Polisi adalah petugas terdekat dan terdepan dengan kejahatan di masyarakat serta berada di tengahtengah antara pelaku kejahatan dan masyarakat. 1 Dalam Pasal 4 KUHAP dinyatakan bahwa: Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia, sementara itu dalam Pasal 6 KUHAP dinyatakan bahwa: (1) Penyidik adalah : a Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia b Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang (2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pada hakekatnya tugas kepolisian dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: 2 a Tugas Preventif (mencegah), yaitu melaksanakan segala usaha pekerjaan dan kegiatan dalam rangka menyelenggarakan, melindungi negara dan badan hukumnya, kesejahteraan, kesentosaan, keamanan dan ketertiban umum, orang-orang dan harta bendanya terhadap serangan dan bahaya dengan jalan mencegah terjadinya tindak pidana dan perbuatan-perbuatan 1 Yesmil Anwar dan Adang, 2009, Sistem Peradilan Pidana (Konsep, Komponen dan Pelaksanaanya Dalam Penegakkan Hukum di Indonesia), Bandung: Widya Padjajaran, hal. 128. 2 Hari Sasangka, 1990, Penyidikan, Penahanan, Penuntutan Dan Praperadilan, Surabaya: Dharma Surya Berlian, hal. 14.

3 lain yang walaupun tidak diancam dengan pidana, akan tetapi dapat mengakibatkan terganggunya keamanan dan ketertiban umum. b Tugas Represif (memberantas), ialah kewajiban melakukan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan untuk membantu tugas kehakiman guna memberantas perbuatan-perbuatan yang dapat dipidana yang telah dilakukan secara penyidikan, menangkap dan menahan yang berbuat salah, memeriksa, menggeledah dan membuat berita acara pemeriksaan pendahuluan serta mengajukan kepada jaksa untuk dituntut pidana di muka Hakim. Mengenai pemeriksaan tempat kejadian perkara yang dilakukan oleh pihak penyelidik maupun penyidik telah diatur dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g Jo. Pasal 15 ayat (1) huruf g, h dan i Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berbunyi: Pasal 14 (1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas: g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundangundangan lainnya; Pasal 15 (1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang: g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian; h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. mencari keterangan dan barang bukti; Menurut P.A.F Lamintang yang dimaksud dengan melakukan tindakan pertama ditempat kejadian adalah melakukan segala macam tindakan yang oleh penyidik dipandang perlu untuk: 3 a. Menyelamatkan nyawa korban atau harta kekayaan orang; b. Menangkap pelakunya apabila pelaku tersebut masih berada dalam jangkauan penyidik untuk segera ditangkap; c. Menutup tempat kejadian bagi siapapun yang kehadirannya di situ tidak diperlukan untuk menyelamatkan korban, untuk menyelamatkan harta 3 P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, 2010, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana dan Yurisprudensi, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 75-76.

4 kekayaan orang atau untuk kepentingan penyelidikan dan penyidikan dengan maksud agar tempat kejadian itu tetap berada dalam keadaan yang asli untuk memudahkan penyelidikan dan penyidikan. d. Menemukan, menyelamatkan, mengumpulkan dan mengambil barangbarang bukti serta bekas-bekas yang dapat membantu penyidik untuk mendapatkan petunjuk tentang identitas pelaku, tentang cara dan alat yang telah digunakan oleh pelakunya dan untuk melemahkan alibi yang mungkin saja akan dikemukakan oleh tersangka apabila ia kemudian berhasil ditangkap; e. Menemukan saksi-saksi yang diharapkan dapat membantu penyidik untuk memecahkan persoalan yang sedang ia hadapi, dan memisahkan saksisaksi tersebut agar mereka itu tidak dapat berbicara satu dengan yang lain, dll. Dari hal tersebut di atas, maka pihak penyelidik maupun penyidik dapat mendatangi tempat kejadian perkara untuk mengadakan pemeriksaan sebagai langkah awal untuk mencari dan menemukan bukti tentang adanya suatu tindak pidana. Kemudian dari hasil pemeriksaan tempat kejadian perkara tersebut oleh penyidik dapat dimuat dalam berita acara yang nantinya dapat dijadikan sebagai alat bukti berupa surat di persidangan. Hal tersebut telah tertuang dalam Pasal 8 ayat (1) Jo. Pasal 75 ayat (1) huruf i KUHAP yang berbunyi: Pasal 8 (1) Penyidik membuat berita acara tentang pelaksanaan tindakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 dengan tidak mengurangi ketentuan lain dalam undang-undang ini. Pasal 75 (1) Berita acara dibuat untuk setiap tindakan tentang: i. Pemeriksaan di tempat kejadian; Dalam praktek biasanya penanganan tempat kejadian perkara melibatkan team dari unsur-unsur sabhara, reserse, dokumentasi atau fotografi dan dactiloscopy. Bahkan terkadang melibatkan pula unsur di luar dari kepolisian seperti dokter dan para medis. 4 4 Harun M. Husein, 1991, Penyidikan dan Penuntutan dalam Proses Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 108.

5 Proses penyidikan dilakukan atas diri tersangka yang diduga telah melakukan tindak pidana. Adapun yang dimaksud dengan tersangka menurut Pasal 1 butir 14 KUHAP adalah seorang yang karena perbuatanya atau keadaanya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. Penyidik sebagai salah satu alat negara yang mengemban tugas dan tanggung jawab untuk menegakkan hukum dalam melaksanakan tugasnya harus selalu berpedoman pada peraturan yang berlaku, menjunjung tinggi norma-norma keagamaan, perikemanusiaan, kesopanan dan kesusilaan. Setiap tindakan yang dilakukan dalam proses penyidikan di tempat kejadian perkara membutuhkan kecermatan yang sungguh-sungguh karena apabila sampai terjadi kekeliruan maka dapat berakibat fatal. Penyidik dalam melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara merupakan kunci utama dari proses penyidikan sehingga dapat menentukan dapat atau tidaknya perkara tersebut dibawa pada tahap pemeriksaan lebih lanjut. Misal kita ambil contoh tindak pidana pembunuhan, maka menurut penulis sendiri yang harus kita perhatikan sebagai tempat kejadian perkara tersebut antara lain: 1) Tempat dimana korban ditemukan 2) Lingkungan kanan dan kiri sekitar tempat itu dimana mungkin dapat ditemukan bekas-bekas seperti noda bercak darah, sidik jari, telapak kaki, alat yang digunakan untuk membunuh dan lain-lain.

6 Polisi sebagai penyidik, dalam melakukan penyidikan merupakan usaha yang sangat penting untuk mengungkap suatu tindak pidana. Dari berbagai tindakan yang di ambil dalam usaha melakukan penyidikan itu, salah satunya adalah usaha polisi untuk memperoleh bukti kebenaran ketika melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara. Tempat kejadian perkara sangatlah penting peranannya dalam mengungkap suatu tindak pidana dan dalam proses penyidikan, karena tempat kejadian perkara merupakan salah satu sumber untuk memperoleh bukti yang nantinya akan di proses untuk usaha mengungkap suatu tindak pidana. Oleh karena itu setiap anggota kepolisian yang bertugas menjadi penyelidik harus mempunyai ketrampilan untuk bertindak di tempat kejadian perkara sehingga mereka tidak akan berbuat kesalahan yang dapat menyulitkan penyidikan selanjutnya. Dengan memperhatikan keadaan di atas, maka penulis mencoba untuk mengungkap peranan pemeriksaan tempat kejadian perkara dalam hal untuk mengungkap suatu tindak pidana dengan latar belakang bahwa tempat kejadian perkara kadang belum diketahui secara pasti dan dalam hal mengungkap suatu tindak pidana ternyata tempat kejadian perkara dinilai sangat efektif dalam membantu mengungkap suatu tindak pidana. Mengingat betapa pentingnya pemeriksaan tempat kejadian perkara guna mengungkap suatu tindak pidana, maka di sini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PERANAN PEMERIKSAAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA DALAM PROSES PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA

7 B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi penulis untuk melakukan penelitian secara cermat dan tepat sesuai dengan prinsip-prinsip karya ilmiah. Dengan perumusan masalah diharapkan dapat mengetahui objek-objek yang diteliti serta bertujuan ruang lingkup penelitian uraianya terbatas dan terarah pada hal-hal yang ada hubunganya dengan masalah yang diteliti. Adapun permasalahan yang akan diteliti yaitu: 1. Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan tempat kejadian perkara dalam hal untuk mengungkap suatu tindak pidana? 2. Langkah apa saja yang dapat dilakukan penyidik apabila ternyata di tempat kejadian perkara tidak ditemukan barang bukti? 3. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan penyidik dalam melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari pihak Kepolisian dalam melakukan pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP) yang meliputi: 1. Pelaksanaan pemeriksaan tempat kejadian perkara dalam hal untuk mengungkap suatu tindak pidana. 2. Langkah yang dapat dilakukan penyidik apabila ternyata di tempat kejadian perkara tidak ditemukan barang bukti.

8 3. Hal-hal yang harus diperhatikan penyidik dalam melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara. Harapan penulis dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Semoga hasil penelitian yang dilakukan penulis ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang hukum pidana khususnya yang berhubungan dengan pemeriksaan tempat kejadian perkara (TKP). b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan gambaran yang nyata dari pihak Kepolisian dalam hal melakukan pemeriksaan tempat kejadian perkara guna mengungkap suatu tindak pidana. 2. Manfaat Praktis a. Dengan penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca khususnya mengenai pemeriksaan tempat kejadian perkara oleh pihak kepolisian. b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu pihak-pihak yang terkait dengan masalah pemeriksaan tempat kejadian perkara.

9 D. Kerangka Pemikiran Terjadinya suatu tindak pidana dapat diketahui dari beberapa hal di antaranya: 5 1. Kedapatan tertangkap tangan (Pasal 1 butir 19 KUHAP) 2. Karena pengaduan (Pasal 1 butir 25 KUHAP) 3. Karena laporan (Pasal 1 butir 24 KUHAP) 4. Diketahui sendiri atau pemberitahuan atau cara lain sehingga penyidik mengetahui terjadinya delik seperti membacanya di surat kabar, mendengar dari radio atau orang bercerita dan selanjutnya. Apabila penyelidik menerima suatu pemberitahuan atau laporan yang disampaikan oleh seseorang, penyelidik mempunyai hak dan kewajiban untuk menindaklanjuti. Bisa tentang telah atau sedang ataupun diduga akan terjadi suatu tindak pidana, penyelidik wajib dan berwenang menerima pemberitahuan laporan. Pada tindakan penyelidikan, penekanan diletakan pada tindakan mencari dan mengumpulkan bukti, sehingga dengan bukti tersebut tindak pidana yang ditemukan dapat menjadi terang, serta agar dapat menemukan dan menentukan pelakunya. Setelah diketahui bahwa peristiwa yang terjadi merupakan tindak pidana, maka segera dilakukan penyidikan melalui kegiatan-kegiatan seperti penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan. Dalam penyidikan, penyidik juga melakukan pengolahan tempat kejadian perkara, untuk mengungkapkan suatu tindak pidana. 5 Andi Hamzah, 2008, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, hal 121.

10 Setelah pemeriksaan penyidikan tindak pidana selesai, maka penyidik menyiapkan hasil pemeriksaan penyidikan sebagai berkas perkara yang akan diserahkan kepada penuntut umum. Jika berkas dianggap belum lengkap, penuntut umum dapat mengembalikan berkas perkara kepada penyidik agar dilakukan tambahan pemeriksaan penyidikan. Namun jika berkas perkara dianggap lengkap, maka penyidikan selesai. Penyerahan berkas perkara sudah sah dan sempurna beralih kepada penuntut umum, dengan sendirinya terjadi pelimpahan tanggungjawab atas tersangka dan barang bukti dari penyidik kepada penuntut umum. E. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara kerja yang digunakan untuk dapat membuktikan kebenaran ilmiah dari penelitian yang dilaksanakan atau cara kerja yang digunakan untuk mengumpulkan data dari objek yang menjadi sasaran penelitian untuk memecahkan masalah. 6 Adapun metode penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam karya ilmiah ini menggunakan penelitian deskriptif, yaitu merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak. 7 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam karya ilmiahnya ini, yakni penulis ingin 6 Himan Hadikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kerja Atau Skripsi Ilmu Hukum, Bandar Lampung: Mandar Maju, hal.58. 7 Soejono dan Abdulrahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 23.

11 memberikan gambaran selengkap-lengkapnya mengenai peranan pemeriksaan tempat kejadian perkara dalam hal untuk mengungkap suatu tindak pidana dengan objek penelitian di Polres Klaten, Polres Boyolali dan Polres Sukoharjo. 2. Metode Pendekatan Metode Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitianya ini adalah menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, yakni suatu penelitian yang didasarkan pada suatu ketentuan hukum atau peraturan yang berlaku dengan fenomena atau kenyataan yang terjadi di lapangan serta dalam prakteknya sesuai dengan yang terjadi sebenarnya. Dalam penelitian ini, penulis ingin memberikan gambaran secara jelas dan objektif berdasarkan hasil wawancara dengan penyidik dari Polres Klaten, Polres Boyolali dan Polres Sukoharjo mengenai peran pemeriksaan tempat kejadian perkara untuk mengungkap suatu tindak pidana. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Polres Klaten, Polres Boyolali dan Polres Sukoharjo. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut karena agar penelitian ini tidak hanya terfokus pada satu lokasi saja, namun dengan dipilihnya tiga lokasi tersebut maka penulis dapat bertambah pengetahuan dan wawasannya untuk memberikan gambaran mengenai peranan pemeriksaan tempat kejadian perkara guna mengungkap suatu tindak pidana. 4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan sumber data sebagai berikut:

12 a. Data Primer Yaitu merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian di Polres Klaten, Polres Boyolali dan Polres Sukoharjo terutama hasil wawancara atau interview dengan Penyidik mengenai peranan pemeriksaan tempat kejadian perkara dalam proses pengungkapan tindak pidana. b. Data Sekunder Merupakan data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang terdiri dari: 1) Bahan Hukum Primer, meliputi: a) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (KUHAP). b) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2) Bahan Hukum Sekunder Yaitu bahan hukum yang terdiri dari bahan pustaka yang mempunyai hubungan dengan objek penelitian yang diperoleh dari buku-buku bacaan, artikel ilmiah dan hasil penelitian hukum yang berkaitan dengan peranan pemeriksaan tempat kejadian perkara. c. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data guna penyusunan karya ilmiah ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data berupa Studi Lapangan, yaitu tahap turun ke lapangan atau objek penelitian guna mendapatkan data

13 yang dibutuhkan yakni dengan cara melakukan interview atau wawancara, wawancara adalah proses tanya jawab secara lisan di mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. 8 Wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau keterangan dari orang-orang yang dianggap mengetahui dan bekerja di dalamnya sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya. Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan penyidik dari Polres Klaten, Polres Boyolali dan Polres Sukoharjo untuk mendapatkan data yang diperlukan. 5. Metode Analisis Data Teknik analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga akan dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 9 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis kualitatif yang dilakukan dengan wawancara. Setelah data hasil wawancara yang telah dilakukan penulis terkumpul, selanjutnya data tersebut diolah dan disajikan dalam hasil penelitian kemudian penulis memberikan kesimpulan akhir dari penelitianya. F. Sistematika Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi dalam empat bab yang setiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksud untuk memudahkan pemahaman terhadap 8 Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2008, Metodologi Penelitian Hukum (Buku Pegangan Kuliah), Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal. 48. 9 Lexy J. Moleong, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 103.

14 keseluruhan hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II berisi Tinjauan Pustaka yang meliputi: pertama, menguraikan tinjauan tentang hukum acara pidana yang meliputi ruang lingkup dan tujuan hukum acara pidana. Kedua, menguraikan mengenai tinjauan tentang penyelidikan dan penyidikan yang meliputi pengertian, wewenang, pejabat penyidik, proses penyidikan dan berhentinya proses penyidikan. Ketiga, menguraikan tinjauan tentang tempat kejadian perkara yang meliputi pengertian tempat kejadian perkara, tindakan pertama di tempat kejadian perkara (TPTKP) dan ketentuan penanganan tempat kejadian perkara. Keempat, tinjauan tentang tindak pidana yang meliputi pengertian, unsur-unsur tindak pidana dan pembagian tindak pidana. Bab III berisi hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi pelaksanaan pemeriksaan tempat kejadian perkara dalam hal untuk mengungkap suatu tindak pidana, langkah yang dapat dilakukan penyidik apabila ternyata di tempat kejadian perkara tidak ditemukan barang bukti dan hal-hal yang harus diperhatikan penyidik dalam melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara. Bab IV berisi penutup yang terbagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran.