PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DAERAH PESISIR KABUPATEN PEKALONGAN JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DI KABUPATEN DEMAK

PEMETAAN AREA GENANGAN BANJIR PASANG DI KAWASAN LAHAN BUDIDAYA AIR PAYAU KOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

Kata-kata Kunci: Kabupaten Pekalongan, Banjir Rob, Sawah Padi, Kerugian Ekonomi

BAB IV METODE PENELITIAN

DAMPAK KENAIKAN MUKA LAUT TERHADAP GENANGAN ROB DI KECAMATAN PADEMANGAN, JAKARTA UTARA Pratiwi Ramadhan, Sugeng Widada, Petrus Subardjo*)

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di :

Luas Area Genangan Banjir Pasang Pada Kawasan Pemukiman di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah

PEMODELAN GENANGAN BANJIR PASANG AIR LAUT DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN CITRA ALOS DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

PEMETAAN DAERAH YANG TERGENANG BANJIR PASANG AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PESISIR KOTA TEGAL

Daerah Rawan Genangan Rob di Wilayah Semarang

PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK ESTIMASI KERUGIAN AKIBAT BANJIR ROB DI KABUPATEN PEKALONGAN

ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI)

PENENTUAN DAERAH REKLAMASI DILIHAT DARI GENANGAN ROB AKIBAT PENGARUH PASANG SURUT DI JAKARTA UTARA

PEMETAAN SEBARAN GENANGAN ROB DI PESISIR BONANG, KABUPATEN DEMAK Durotun Nafisah, Heryoso Setiyono, Hariyadi

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

Genangan Banjir Rob Di Kecamatan Semarang Utara

Genangan Banjir Pasang Pada Kawasan Pemukiman di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

DAMPAK FISIK KENAIKAN MUKA AIR LAUT TERHADAP WILAYAH PESISIR KOTA MEDAN KECAMATAN MEDAN BELAWAN

PEMETAAN KERENTANAN BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN KRETEK MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI, KABUPATEN BANTUL DIY

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di :

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

III. BAHAN DAN METODE

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,

ANALISA SPASIAL KERAWANAN BENCANA TSUNAMI DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN KULON PROGODAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengaruh Pasang Surut Terhadap Sebaran Genangan Banjir Rob di Kecamatan Semarang Utara

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)


Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Buku 1 EXECUTIVE SUMMARY

STUDI KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PERAIRAN KENDAL

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 6. Peta Kecamatan di DAS Sunter.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Jl. Raya Kaligawe Km. 4, Semarang Jawa Tengah 2

Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dan Peristiwa Lapindo Menggunakan Citra SPOT 4

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (Brundtland, 1987).

I. PENDAHULUAN. Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

METODOLOGI PENELITIAN Model banjir rob dalam penelitian ini dibangun menggunakan neighbourhood operations (operasi ketetanggaan) dalam software ILWIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENATAAN SISTEM SUNGAI SENGKARANG SEBAGAI SALAH SATU PENANGANAN ROB KOTA/ KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI KASUS KABUPATEN BONDOWOSO

Guruh Krisnantara Muh Aris Marfai Abstract

PENGEMBANGAN MODEL SIG UNTUK MENENTUKAN RUTE EVAKUASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus: Kec. Semarang Barat, Kota Semarang) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

3. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH GENANGAN BANJIR ROB TERHADAP DINAMIKA SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KELURAHAN BANDARHARJO, SEMARANG.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

KAJIAN PEMANFAATAN DEM SRTM & GOOGLE EARTH UNTUK PARAMETER PENILAIAN POTENSI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT BANJIR ROB. Arief L Nugraha, Hani ah *)

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

PEMETAAN POTENSI PENGEMBANGAN LAHAN TAMBAK GARAM DI PESISIR UTARA KABUPATEN PAMEKASAN

Tabel 3 Kenaikan muka laut Kota Semarang berdasarkan data citra satelit.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5

Kata kunci: Alluvial, Amblesan, Genangan, PLAXIS, GIS ISBN

ANALISIS SPASIAL RISIKO BANJIR WILAYAH SUNGAI MANGOTTONG DI KABUPATEN SINJAI, SULAWESI SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

KAJIAN DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI BERDASARKAN CITRA SATELIT ALOS DI CILACAP, JAWA TENGAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Daerah Rawan Bencana di Pulau Wisata Saronde Kabupaten Gorontalo Utara

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

A. PENDAHULUAN 2. Rumusan Masalah 1. Latar Belakang 3. Tujuan Penelitian B. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

ANALISIS KERAWANAN DAN PENGURANGAN RISIKO BANJIR DI KALIMANTAN BARAT BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

Uji Kerawanan Terhadap Tsunami Dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) Di Pesisir Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta

Abstrak PENDAHULUAN.

Pemodelan Spasial Genangan Banjir Akibat Gelombang Pasang di Wilayah Pesisir Kota Mataram

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TINGKAT RISIKO BANJIR ANTARA KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN PADA ASPEK TATA GUNA LAHAN. (Kasus: Sub DAS Bengawan Solo Hulu)

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO

IDENTIFICATION OF FLOOD PRONE AREA WITH GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (CASE STUDY : PADANG CITY)

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa indikasi dari meningkatnya muka air laut antara lain adalah :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMETAAN DAMPAK KENAIKAN MUKA AIR LAUT DENGAN FILL-CORRECTIONS METHOD (STUDI KASUS : DKI JAKARTA)

Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis

Transkripsi:

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DAERAH PESISIR KABUPATEN PEKALONGAN JAWA TENGAH Fadhly Ilhami *), Denny Nugroho, Baskoro Rocchadi Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas DipenogoroKampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698 Email : Journalmarineresearch@gmail.com Abstrak Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu Kabupaten di pesisir utara Jawa yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Seperti kebanyakan daerah di pesisir utara, Kabupaten Pekalongan tidak luput dari permasalahan banjir rob. Penyebabnya adalah kenaikan muka air laut (Sea Level Rise), penurunan tanah (land subsidence), dan tentu saja pemanasan global (global warming). Adanya banjir rob ini tentu sangat merugikan aktifitas manusia dan merusak berbagai infrastruktur pemukiman, industri, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan tingkat kerawanan banjir rob terhadap pemukiman penduduk di Kabupaten Pekalongan, untuk kemudian dilakukan evaluasi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan Tahun 2010-2030. Parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat kerawanan adalah ketinggian tanah, penurunan tanah, jarak dari bibir pantai, dan jarak dari sungai. Masingmasing parameter tersebut diberi bobot yang berbeda untuk kemudian dilakukan metode overlay atau tumpang susun dengan bantuan software ArcGIS 10. Hasil pengolahan data diketahui bahwa daerah rawan genangan rob di pesisir Kabupaten Pekalongan mencapai luas 586,294 Ha, yang meliputi 3 kecamatan. Sebagian dari wilayah rawan tersebut mengenai kawasan pemukiman, sehingga tata ruang pemukiman Kabupaten Pekalongan perlu dilakukan evaluasi untuk mengurangi dampak negatif banjir rob bagi masyarakat. Kata kunci : Banjir Rob, Kerawanan, Tata Ruang, Kabupaten Pekalongan, ArcGIS. Abstract Pekalongan is one of regencies in north - coast java which borders on Java Sea. Most of north coast regencies has its own common problem, as known as rob flood. The matter of fact, its caused by sea level rise, land subsidence and last but not least is global warming. As it happens continously, rob flood has done a serious harm to its surrounding environment, not only for daily human activities but also nature contents around. To be precise, flood rob has caused a damage for habitation infrastructures, industry, and the other area facilities. The exact purpose of this research is to design a mapping representing the level of vulnerability of Pekalongan regency to tidal flood. There particularly will be an evaluation for the layout system planning of Pekalongan Regency period of time 2010-2030. Certain Parameters will be used are soil height, land subsidence, distance from shore-line and distance from river. Each parameter specifically has its own weight that will be calculating with a method called overlay using a software ArcGIS 10. As far as the result came, its performed a massive number of area which is 586,294 Ha in Pekalongan regency included three sub-districts. They positively have a high level risk to tidal flood, some of those insecure zones are residential areas. Therefore, it should be a re-evaluating for its layout system planning, in order to reduce the effects of tidal flood for the society. Key words: Tidal Flood, Vulnerability, Spatial Settlement, District Pekalongan, ArcGIS *) Penulis penanggung jawab 508

PENDAHULUAN Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di pesisir Laut Jawa. Ada 3 (tiga) Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa yaitu Kecamatan Tirto, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Siwalan. Kecamatan Tirto dilalui oleh sungai Pencongan/ Sungai Sengkarang, Sungai Bremi dan Sungai Meduri. Kecamatan Wonokerto dilalui oleh Sungai Sepait/Sungai Sragi Lama, Sungai Mrican dan Sungai Sengkarang/Sungai Pencongan, sedangkan Kecamatan Siwalan dilalui oleh Sungai Sragi Baru. Sungai-sungai tersebut semuanya bermuara ke Laut Jawa. Pada Muara Sungai Pencongan terdapat endapan/sedimen yang dikenal dengan Tanjung Lentera. Pada Kecamatan Siwalan sebelah utara terdapat Pantai Depok. (pekalongankab.go.id). Dari penjelasan di atas, maka wilayah Kabupaten Pekalongan terutama pada 3 (tiga) Kecamatan di sebelah utara tersebut, selalu terkena rob yang intensitasnya semakin parah dari tahun ke tahun. Kondisi ini menurut BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) diperparah oleh adanya anomali cuaca akibat pemanasan global (global warming), khususnya yang terjadi pada tahun 2010 dimana terjadi musim kemarau yang basah, sehingga walaupun seharusnya pada musim kemarau jarang sekali bahkan tidak ada hujan yang turun, tetapi pada tahun 2010 hampir sepanjang tahun terjadi hujan. Perubahan pola curah hujan juga berpengaruh terhadap adanya rob. Pada saat pemanasan global belum terasa dampaknya, pola hujan berupa hujan yang tidak terlalu besar tetapi dalam jangka waktu yang lama, sedangkan akhir-akhir ini, hujan yang terjadi sangat deras. Akibatnya rob yang 509 terjadi juga mengalami perubahan. Dulu rob yang terjadi hanya dalam hitungan jam sudah surut, tetapi sekarang untuk surutnya rob bisa berhari-hari. Hal ini sangat mengganggu aktifitas masyarakat sehari-hari. Pemetaan daerah-daerah yang memiliki tingkat bahaya banjir rob perlu dilakukan agar pemerintah dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk menanggulanginya. Peta merupakan salah satu sarana yang baik dalam menyajikan data dan informasi. Melalui peta dapat diketahui informasi tentang ruang muka bumi yang sebenarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Bintarto dan Surastopo (1978) yang menyatakan apabila akan menyajikan data yang menunjukkan distribusi keruangan atau lokasi mengenai sifat-sifat penting, maka hendaknya informasi tersebut ditunjukkan dalam bentuk peta, karena melalui peta dapat disampaikan informasi keruangan dan lokasi penyebaran, macam serta nilai data secara tepat dan jelas. Adanya bencana banjir rob pada wilayah tersebut menuntut adanya tindakan pengelolaan bencana. Salah satu langkah awal pengelolaan yang dapat dilakukan adalah mengevaluasi Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan khususnya kawasan pemukiman. Evaluasi kawasan pemukiman merupakan suatu proses penilaian luas kawasan pemukiman yang terkena dampak banjir rob. Dengan cara memetakan daerah rob yang menggenangi kawasan pemukiman, maka akan diketahui luasan banjir rob yang menggenangi kawasan pemukiman tersebut. Sehingga penelitian ini perlu dilakukan sebagai langkah dalam mitigasi bencana untuk meminimalisir dampak negatif akibat banjir rob yang terjadi di Kabupaten Pekalongan

MATERI DAN METODE Materi yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan 2010-2030, citra DEM Aster tahun 2007, Peta Rupa Bumi Indonesia tahun 2003 sebagai acuan dalam koreksi geometri, dan data pasang surut yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jawa Tengah tahun 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, berjenis deskriptif dan asosiatif. Penelitian ini melakukan pengolahan data spasial. Bentuk pengolahan data spasial pada penelitian ini berupa pengolahan data yang berupa peta, data penginderaan jauh satelit dan pemodelan spasial untuk penyusunan tingkat kerawanan. Data penginderaan jauh satelit dan peta-peta tematik dari data sekunder tersebut akan diolah menjadi parameter-parameter yang akan digunakan dalam pemodelan spasial. Pengolahan data spasial ini dilakukan menggunakan pemodelan spasial berbasis sel, yaitu salah satu teknik pengolahan data spasial dalam Sistem Informasi Geografi (SIG) yang berbasis raster. Hasil pemodelan spasial berbasis sel ini berupa peta tematik komprehensif yang akan digunakan sebagai dasar awal penentuan tingkat kerawanan daerah penelitian. Metode yang digunakan untuk menganalisis daerah rawan genangan rob Kabupaten Pekalongan adalah dengan bantuan Spatial Analys Tools yang terdapat pada software ArcGIS 10. PARAMATER KERAWANAN 1. Ketinggian Tanah atau Elevation Data titik ketinggian Kabupaten Pekalongan merupakan hasil data sekunder yang berformat raster yaitu berupa DEM (Digital Elevation Model). Dem merupakan data digital berformat 510 raster yang berisi informasi koordinat posisi (x;y) dan elevasi (z) pada setiap pixel atau selnya. Data DEM ini digunakan untuk menggambarkan kondisi topografi di wilayah yang diteliti. Pembuatan dem topografi dilakukan dengan proses gridding atau interpolasi data ketinggian. Data ketinggian diperoleh dari data titik tinggi (spot height). Data titik ini kemudian diinterpolasikan (gridding) sehingga menjadi data DEM berformat raster (Budiyanto, 2005). 2. Penurunan Tanah atau Landsubsidence Klasifikasi penurunan tanah didapat dari data ketinggian tanah Rupa Bumi Indonesia (RBI) tahun 2003 dan data DEM SRTM citra Aster tahun 2007. Selisih ketinggian dari kedua data ketinggian tanah tersebut merupakan hasil penurunan tanah selama empat tahun. Data penurunan tanah selama empat tahun tersebut kemudian dicari rata rata penurunan tanahnya setiap tahunnya sehingga menghasilkan data penurunan tanah. Data penurunan tanah selanjutnya dilakukan interpolasi sehingga menghasilkan suatu kontur penurunan tanah. Kontur yang diperoleh kemudian diklasifikasikan ke dalam kelas dengan interval yang sama. Klasifikasi kelas penurunan tanah tersebut menggunakan bantuan software ArcGIS 10. 3. Jarak Dari Pantai Jarak dari pantai dihitung dari pesisir pantai tegak lurus sejauh 1000 meter ke arah darat menggunakan Spasial Analys Tools dalam softwarearcgis. Jarak 1000 meter dibagi dalam beberapa kelas interval 0-250, 250-500, 500-750, 750-1000, dan lebih dari 1000 meter. Hasil tersebut akan diolah secara otomatis melalui sistem komputer yang hasilnya akan berupa rona warna hasil klasifikasi.

4. Jarak Dari Sungai Jarak dari sungai dihitung tegak lurus dari sisi-sisi sepanjang sungai utama. Jarak dari sungai diklasifikasikan dari pesisir pantai tegak lurus sejauh 400 meter kearah darat menggunakan Spasial Analys Tools dalam software ArcGIS. Cara tersebut dilakukan melalui digitasi penampakan citra yang telah dikoreksi. Jarak 400 m dibagi dalam beberapa kelas interval 0-100, 100-200, 200-300, 300-400, dan lebih dari 400 meter. 5. Penentuan Tinggi Pasang Pasang Surut Data Pasang Surut diperoleh dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh Badan Meteorologi Klimatoligi dan Geofisika Provinsi Jawa Tengah. Data pasang surut yang digunakan yaitu data pasang surut tahun 2013. Dari data ini akan dihasilkan pasang tertinggi, pasang minimum dan ratarata pasang harian. Data rata rata pasang selama setahun ini nantinya akan digunakan sebagai skenario dalam pembuatan peta tingkat kerawanan banjir rob di Kabupaten Pekalongan HASIL DAN PEMBAHASAN Kelas ketinggian tanah terdiri dari 5 kelas dimana pembagian kelasnya berdasarkan pada klasifikasi ketinggian pasang surut oleh Diposaptono (2009). Masing masing kelas akan menentukan wilayah pesisir yang mungkin terkena banjir rob. Wilayah yang rendah akan lebih rawan terkena banjir rob dibandingkan dengan wilayah yang tinggi. Hasil klasifikasi ketinggian tanah dapat dilihat pada gambar 1. Kelas penurunan tanah terdiri dari 5 kelas dimana pembagian kelasnya berdasarkan pada klasifikasi Abidin (2007). Semakin cepat penurunan tanah suatu daerah, maka daerah tersebut semakin rawan terhadap banjir rob. Daerah yang mengalami penurunan tanah dengan kecepatan penurunan lebih dari 60 mm/tahun merupakan daerah yang sangat rawan terhadap banjir rob. Hasil klasifikasi penurunan tanah dapat dilihat pada gambar 2. Kelas jarak dari garis pantai terdiri dari 5 kelas dimana pembagian kelasnya berdasarkan klasifikasi Diposaptono (2009). Semakin dekat suatu kawasan pemukiman dengan garis pantai, maka kawasan pemukiman tersebut semakin rawan terhadap banjir rob. Daerah dengan jarak dari garis pantai kurang dari 250 meter merupakan daerah yang sangat rawan terkena banjir rob, sedangkan daerah dengan jarak dari garis pantai lebih dari 1.000 meter merupakan daerah yang sangat aman terhadap jangkauan banjir rob. Hasil klasifikasi jarak dari garis pantai dapat dilihat pada gambar 3. Kelas jarak dari sungai ini menjelaskan tingkat kerawanan banjir rob pada suatu daerah berdasarkan jauh dekatnya daerah tersebut dari sungai. Kelas jarak dari sungai terdiri dari lima kelas, dan masing masing kelas mempunyai bobot dan skor yang berbeda. Kabupaten Pekalongan mempunyai banyak sungai sehingga parameter ini dianggap perlu. Klasifikasi jarak dari sungai dapat dilihat pada gambar 4. 511

Gambar 1. Peta Ketinggian Tanah Gambar 4. Peta Jarak dari Sungai Analisis Daerah Rawan Rob dan Overlay Terhadap RTRW Kawasan Pemukiman Gambar 2. Peta Penurunan Tanah Gambar 3. Peta Jarak dari Pantai Dari keempat parameter yang telah disebutkan diatas, yaitu ketinggian tanah, penurunan tanah, jarak dari garis pantai, dan jarak dari sungai, kemudian dilakukan pemodelan spasial dengan ketinggian air pasang 1 meter, akhirnya menghasilkan peta tingkat kerawanan rob di Kabupaten Pekalongan yang dibagi menjadi 5 kelas, yaitu kelas sangat rawan, kelas rawan, kelas kurang aman, kelas aman, dan kelas sangat aman. Kemudian peta tingkat kerawanan rob tersebut di overlay terhadap Peta Rencana Tata Ruang Pemukiman Kabupaten Pekalongan 2010-2030. Dari hasil overlay tersebut, dapat dihitung luas rencana kawasan pemukiman yang terkena dampak banjir rob. Luas kerawanan rencana kawasan pemukiman dapat dilihat pada tabel dan peta hasil overley antara peta tingkat kerawanan banjir rob terhadap RTRW Kabupaten Pekalongan terdapat pada gambar 6. 512

Gambar 5. Peta Kerawanan Gambar 6. Peta Kerawanan Pemukiman Tabel 1. Luas Kerawanan Rob Tiap Kecamatan KECAMATAN KERAWANAN (Ha) Sangat Rawan Rawan Kurang Aman Aman Sangat Aman Tirto - 52,58 156,70 161,31 214,74 Wonokerto 14,87 460,44 473,72 518,81 405,90 Siwalan - 73,26 360,45 631,58 1232,24 Tabel 2. Luas Kerawanan Rob Terhadap Pemukiman Tiap Kecamatan KERAWANAN (Ha) KECAMATAN Sangat Kurang Sangat Rawan Aman Rawan Aman Aman Tirto - 1,69 8,37 21,19 233,03 Wonokerto - 1,32 16,62 67,89 267,29 Siwalan 0,83 1,74 19,42 327,18 513

Analisa Daerah Rawan Rob Terhadap Rencana Tata Ruang Pemukiman di Kawasan Pesisir Kabupaten Pekalongan Setelah melihat peta Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Pekalongan tahun 2010-2030, diketahui bahwa kawasan pemukiman terletak tidak jauh dari garis pantai, dan beberapa ada yang terletak di tingkat elevasi tanah yang cukup rendah dan ada pula yang memiliki jarak yang tidak jauh dari dinding sungai. Sebagian besar aktifitas masyarakat Kabupaten Pekalongan juga terletak di kawasan pesisir, ditambah lagi komunitas pesisir terus berkembang seiring dengan perkembangan kawasan pemukiman dan daya tarik lain daerah pesisir. Hal tersebut mengakibatkan semakin banyak penduduk dan berbagai fasilitas yang terancam oleh banjir rob. Berdasarkan hasil overlay peta hasil pengolahan data dengan peta Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Pekalongan tahun 2010-2030 khususnya daerah pemukiman, maka diketahui daerah pemukiman yang berada pada daerah rawan banjir rob. Dari hasil yang didapat, tercatat lebih dari 500 Ha kawasan pesisir Kabupaten Pekalongan rawan terhadap banjir rob, termasuk didalamnya kawasan pemukiman. Mengingat daerah-daerah rawan tersebut berada pada daerah pesisir yang memiliki aktifitas manusia yang sangat padat, maka kebijakan pola tata ruang dan wilayah Kabupaten Pekalongan khususnya kawasan pemukiman belum memenuhi unsur mitigasi bencana khususnya banjir rob. Bukan tidak mungkin luas genangan banjir rob akan bertambah setiap tahun, mengingat adanya tren kenaikan muka air laut dan penurunan tanah yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Pemerintah mungkin dapat menanggulangi masalah tersebut dengan caranya sendiri, namun peta tingkat kerawanan banjir rob Kabupaten Pekalongan khususnya pada kawasan pemukiman yang merupakan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk pembuatan Peta Rencana Tata Ruang dan Wilayah yang berbasis mitigasi. KESIMPULAN Tingkat kerawanan rob paling tinggi di Kabupaten Pekalongan terdapat di Kecamatan Wonokerto dengan luas genangan hampir 470 Ha. Kemudian disusul Kecamatan Siwalan dengan luasan 74 Ha, dan Kecamatan Tirto, 53 Ha. Perlu dilakukan evaluasi terhadap Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan 2010-2030 khususnya kawasan pemukiman, karena terdapat beberapa titik lokasi rawan banjir rob terletak di kawasan pemukiman. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan artikel ini. DAFTAR PUSTAKA Diposaptono, S. 2009. Menyiasati Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Bogor: Buku Ilmiah Populer. 514

Karsidi A. 2011. Bakosurtanal: Dampak Kenaikan Permukaan Laut pada Lingkungan Pantai Indonesia. [Editor tidak diketahui]. Workshop Dampak Kenaikan Permukaan Laut pada Lingkungan Pantai Indonesia. 27 April 2011. IPB International Convention Center Bogor. http://www.bakosurtanal.go.id/bak osurtanal/ workshop dampak kenaikan permukaan laut pada lingkungan pantai Indonesia 2/ diakses 18 Mei 2013. Wibowo, DA. 2006. Analisis Spasial Daerah Rawan Genangan Akibat Kenaikan Pasang Surut (Rob) di Kota Semarang. Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang. 515