BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode melalui website :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, free cash flow dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai pengaruh free cash flow, leverage, payout, undervalue, dan size terhadap

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti menguji pengaruh return on asset (ROA), leverage, ukuran perusahaan dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang go publik, yakni perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana penelitian ini akan dilakukan.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara variabel-variabel melalui analisis data dalam pengujian hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian asosiatif. Ulum dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia dari tahun Daftar perusahaan ritel didapat dari sahamok.com

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

BAB III METODE PENELITIAN. tanggal 31 Desember 2008, 2009, 2010, 2011 dan Sumber data dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

prosedur penelitian dengan menggunakan formulasi-formulasi yang telah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Analisis Deskriptif Variabel Variabel Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut merupakan Statistik Deskriptif variabel dependen dan variabel. Tabel 4.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lengkap mengenai perusahaan yang sudah go public. Selain itu penelitian ini

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. informasi dari sejumlah besar data. Dengan statistik deskriptif, data mentah

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN. dikumpulkan, dan pembahasan dari hasil penelitian data tersebut. Bagian yang akan

Fildza Aqmarina Imanda. II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. informasi laporan keuangan pada situs resminya di atau dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Penggunaan analisis statistik deskriptif untuk memberikan gambaran data yang akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maksimum. Penelitian ini menggunakan current ratio (CR), debt to equity ratio

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas opera- sional, ukuran perusahaan, tingkat pertum- buhan perusahaan terhadap harga saham

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diteliti, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif Variabel dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data dari perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (penawaran saham

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar dalam LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. rokok, sub sektor farmasi, sub sektor kosmetik & barang keperluan rumah tangga

BAB III METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan tipe penelitian Hipothesis Testing Study atau penelitian

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan perusahaan transportation services yang terdaftar di Bursa

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek penelitian adalah perusahaan industri non barang konsumsi yang

BAB III METODE PENELITIAN Data ini dipilih karena seperti pada data yang telah dikutip dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Nama : Nurmala Ekatami NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Bambang Darmadi, SE., MM.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dependen adalah IPO underpricing, sedangkan ukuran dewan,

BAB III METODE PENELITIAN. riset. Lokasi penelitian ini dipilih karena dianggap sebagai tempat yang tepat bagi peneliti

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jenis, Lokasi dan Waktu penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Statistik Deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan obyek dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. independensi dari dua variabel atau lebih (Sekaran dan Bougie, 2010).

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selanjutnya akan membahas mengenai penelitian tentang pengaruh komisaris

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio (CR)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. atau populasi dan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), minimum, Tabel 4.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. deskriptif yaitu : N merupakan jumlah data yang akan diolah dalam penelitian

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia yang diambil dari website Data diperoleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Corporate Governance Perception Index (CGPI) periode tahun

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

55 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Istilah ini bisa digunakan untuk aktivitas manusia, dari kerajinan tangan sampai ke produksi dengan teknologi tinggi, namun demikian istilah ini lebih sering digunakan untuk dunia industri di mana bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar. Manufaktur ada dalam segala bidang sistem ekonomi. Dalam ekonomi pasar bebas, manufakturing biasanya selalu berarti produksi secara masal untuk dijual ke pelanggan untuk mendapatkan keuntungan. Beberapa industri seperti semikonduktor dan baja lebih sering menggunakan istilah fabrikasi dibandingkan manufaktur. Sektor manufaktur sangat erat terkait dengan rekayasa atau teknik. Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 2013. Peneliti mengambil sampel industri yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

56 B. Analisis Statistik Deskriptif Penelitian ini akan digunakan sebanyak delapan variabel data. Variabel dependen yang digunakan adalah discretionary accruals (DA). Variabel independen dalam analisis ada dua variabel yaitu auditor spesialis industri (SPEC) dan auditor big four (BIG4). Sedangkan kelima variabel lainnya merupakan variabel kontrol yang meliputi leverage (LEV), return of investment (ROI), financial loss (LOSS), ownership concentration (OWNCON), dan cash flow from operating activities (CFO). Deskripsi data dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini ditampilkan dalam di bawah ini. TABEL 4.1 DATA DESKRIPTIF VARIABEL PENELITIAN N Min Max Rata-rata Std. Deviasi DA 200 0.01 21.96 0.58 2.50 Leverage 200 0.03 3.34 0.59 0.53 ROI 200-0.76 0.49 0.07 0.12 CFO 200-0.32 1.08 0.17 0.16 Bedasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa dari lima puluh perusahaan manufaktur di Indonesia yang diamati pada tahun 2010 sampai 2013 rata-rata memiliki nilai discretionary accrual sebesar 0,6 dengan standar deviasi 2,5. Dari lima puluh perusahaan manufaktur yang diamati, nilai discretionary accrual terendah adalah sebesar 0,01 dan nilai tertingginya adalah 21,96.

57 Rata-rata rasio leverage perusahaan yaitu sebesar 0,59 atau dapat dikatakan bahwa rata-rata hutang perusahaan adalah sebesar 59% dari aktivanya. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur tersebut dalam kondisi finansial yang sehat karena memiliki aktiva yang lebih besar daripada hutang perusahaan. Leverage perusahaan tertinggi yaitu sebesar 3.34 yang anrtinya perusahaan tersebut mempunyai hutang yang jauh lebih besar daripada aktivanya, yaitu 334% dari aktiva perusahaan. Sedangkan hutang terendah sebesar 2,7% dari aktiva perusahaan. Return on Investment (ROI) perusahaan manufaktur di Indonesia rata-rata sebesar 0,07 atau laba setelah pajak rata-ratanya adalah sebesar 7% dari total aset perusahaan. ROI tertinggi yaitu sebesar 49%, sedangkan nilai terendahnya adalah -75%. Perusahaan yang memiliki nilai ROI terendah tersebut mengalami kerugian, yang artinya laba perusahaan bernilai minus, sehingga nilai ROI perusahaan tersebut juga bernilai minus. Cash flow from operating activities atau arus kas dari aktivitas operasi perusahaan rata-rata sebesar 17% dari total aktiva perusahaan. Nilai tertingginya yaitu sebesar 108% dan cash flow terendahnya yaitu sebesar - 32%. Nilai minus ini menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai arus kas yang tidak baik dan mengalami kerugian.

58 GAMBAR 4.1 DATA DESKRIPTIF VARIABEL PENELITIAN Data deskriptif variabel auditor spesialis industri dapat dilihat pada gambar 4.1(a) di atas. Label 1 menandakan audit yang dilakukan pada perusahaan di tahun pengamatan dilakukan oleh auditor spesialis industri, sedangkan label 0 oleh auditor lainnya. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa dari 50 perusahaan dan diamati per tahun mulai tahun 2010 sampai 2013, sebnyak 87% pengamatan menggunakan jasa auditor spesialis industri untuk melakukan audit perusahaan per tahunnya. Sedangkan sisanya, yaitu 13%, menggunakan jasa auditor lain.

59 Gambar 4.1(b) menunjukkan penggunaan jasa auditor big four untuk melakukan audit perusahaan. Label 1 menunjukkan bahwa audit dilakukan oleh auditor big four sedangkan label 0 berarti menggunakan auditor lain. Hasilnya sebesar 51% pengamatan menggunakan auditor big four sedangkan 49% lainnya tidak menggunakan auditor big four. Gambaran rugi keuangan yang terjadi pada perusahaan manufaktur di Indonesia dapat dilihat pada gambar 4.1(c). label 1 pada gambar tersebut menunjukkan terjadi kerugian keuangan perusahaan pada satu tahun fiskal. Kejadian lainnya diwakili dengan label 0. Hanya sebesar 17% data saja yang menunjukkan terjadinya kerugian keuangan perusahaan, sedangkan 83% data tidak menunjukkan terjadi kerugian selama satu tahun anggaran. Pada penelitian ini, konsentrasi kepemilikan saham perusahaan dibedakan menjadi dua kategori dengan sebaran data ditunjukkan dalam gambar 4.1(d). Kategori dengan label 1 adalah perusahaan yang memiliki saham terkonsentrasi atau ada pihak atau individu yang memegang saham perusahaan sebesar 50% atau lebih. Label 0 menunjukkan bahwa tidak ada pemegang saham yang memiliki saham hingga 50%. Dari gambar 4.1(d) dapat diketahui bahwa dari 200 data pengamatan, 58% diantaranya memiliki saham yang terkonsentrasi. Sedangkan 42% lainnya tidak memiliki saham yang terkonsentrasi.

60 C. Uji Asumsi Klasik Regresi Sebelum mulai melakukan analisis regresi, ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar didapatkan persamaan regresi yang sesuai. Ada empat asumsi klasik regresi yang harus dipenuhi yaitu residual berdistribusi normal, tidak terjadi multikolinieritas, tidak terjadi heterokedastisitas dan tidak ada autokorelasi. Keempat asumsi tersebut semuanya mutlak harus terpenuhi agar didapatkan model regresi yang baik dan tidak terjadi bias pada hasil penelitian. Tahapan dan hasil uji asumsi klasik regresi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residual dalam model regresi berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan secara visual yaitu dengan melihat grafik normal P-P Plot of regression pada Lampiran 6. Dari grafik tersebut terlihat bahwa data menyebar dekat di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya. Hal ini menunjukkan bahwa residual regresi berdistribusi normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi residual berdistribusi normal sudah terpenuhi. Selain secara visual, juga dapat dengan perhitungan empiris dengan melakukan uji Kolmogorov-Smirnov (uji KS) pada residual hasil regresi. Hasilnya bisa dilihat pada lampiran 7. Nilai uji KS yaitu 0,879 dan nilai signifikansinya adalah 0,423. Dengan menggunakan batas toleransi error 0,050 (α=5%), maka nilai signifikansinya telah melebihi batas toleransi error yang menunjukkan bahwa residual regresi berdistribusi nornal.

61 2. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antar variabel independen. Asumsi yang harus terpenuhi adalah tidak terdapat multikolinieritas antara variabel independen dalam persamaan regresi. Multikolineritas dapat dideteksi dengan melihat nilai VIF atau Variance Inflation Factor dari masing-masing variabel. Nilai VIF yang lebih kecil dari 10 mengindikasikan tidak adanya multikolinieritas dalam pengujian regresi. Nilai VIF masing-masing variabel independen dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil yang ditunjukkan pada Lampiran 5 tersebut semua variabel independen memiliki nilai VIF kurang dari 10 yang berarti bahwa tidak terdapat multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi. Sehingga asumsi pada uji multikolinieritas ini telah terpenuhi. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat korelasi antara reidual pada periode t dengan residual pada periode t-1. Dalam penelitian ini, autokorelasi diuji dengan menggunakan Runs Test dan Uji Durbin Watson. Hasil uji Runs Test dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai batas eror yang ditetapkan adalah 0,050 (α=5%) dan nilai signifikansi Runs Test adalah 0,89. Dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari batas error, dapat diputuskan bahwa residual bebas autokorelasi.

62 Nilai uji statistik Durbin-Watson berkisar antara 0 sampai 4. Sebagai pedoman umum, bila nilai uji statistik Durbin-Watson lebih kecil dari satu atau lebih besar dari tiga, maka dikatakan terjadi autokorelasi dalam regresi tersebut. Nilai statistik uji Durbin-Watson pada penelitian ini adalah 2,02 yang dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada residual data regresi, sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi uji autokorelasi ini telah terpenuhi. 4. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Asumsi yang harus terpenuhi adalah terdapat varians yang konstan dari setiap residual pengamatan atau dengan kata lain tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heteroskesatisitas ini dilakukan dengan melihat scatterplot antar variabel independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID) yang ditampilkan pada Lampiran 11. Dari scatterplot tersebut, terlihat titik-titik yang menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah nilai 0 dan tidak membentuk suatu pola tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi penelitian ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi uji heterokedastisitas ini telah dipenuhi.

63 Uji asumsi klasik regresi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa semua asumsi telah terpenuhi, sehingga analisis regresi dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya. Tahapan analisis berikutnya yaitu menganalisis model atau persamaan regresi yang diperoleh dan melakukan pengujian hipotesis signifikansi parameter. D. Uji Hipotesis Manajemen laba tiap perusahaan manufaktur di Indonesia dari tahun ke tahun selalu berbeda, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang juga berubah-ubah sesuai kondisi dan waktu. Pengaruh auditor perusahaan dan karakteristik perusahaan terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur di Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan 2013 dapat dianalisis dengan metode regresi berganda. Yang diukur sebagai variabel dependen adalah Descretionary Accruals (DA). Auditor yang melakukan audit perusahaan tiap tahunnya digunakan sebagai variabel independen. Ada dua variabel independen yang digunakan yaitu auditor spesialis industri (SPEC) dan auditor big four (BIG4). Sedangkan variabel kontrolnya adalah karakteristik masing-masing perusahaan terdapat lima variabel yaitu Leverage (LEV), Return of Investment (ROI), Financial Loss (LOSS), Ownership Concentration (OWNCON) dan Cash Flow from Operating Activities (CFO). Hasil pemodelan dan pengaruhnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

64 TABEL 4.2 KOEFISIEN MODEL REGRESI Variabel Koefisien Regresi t Sig. (Constant) -0,16-1,09 0,26 SPEC -0,16-1,16 0,25 BIG4-0,20-1,98 0,05 LEV -0,03-0,32 0,75 ROI -0,41-0,92 0,36 LOSS 0,26 1,77 0,08 OWNCON 0,08 0,88 0,38 CFO 0,58 1,91 0,06 R 0,32 R-square 0,10 Adjusted R-square 0,07 Bedasarkan Tabel 4.2 di atas, dapat dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut: DA = 0,162 0,158 SPEC 0,204 BIG4 0,030 LEV 0,413 ROI + 0,258 LOSS + 0,083 OWNCON + 0,583 CFO + ε.. (4.1)

65 1. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Kelayakan model tersebut dapat diukur dengan uji koefisien determinasi regresi yang dilambangkan dengan nilai uji Adjusted R-square. Nilai koefisien determinasi (R-square) regresi pada Tabel 4.2 yaitu sebesar 0,07 yang berarti bahwa ada sebesar 7% keragaman variabel Discretionary Accruals yang dapat dijelaskan oleh tujuh variabel bebas yang dipakai dalam penelitian ini. Sedangkan 93% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam penelitian. Nilai ini dapat dikatakan kecil, artinya tujuh variabel bebas yang digunakan belum cukup mampu mewakili variansi dari variabel dependennya dan perlu penambahan variabel lain agar fenomena-fenomena yang ada di dalam variabel Descretionary Accruals dapat dijelaskan dengan baik. 2. Uji Parameter Serentak (F-test) Uji paremeter secara serentak bertujuan untuk mengetahui signifikansi variabel independen di dalam model regresi sebagai satu kesatuan variabel. Hipotesis uji yang digunakan adalah sebagai berikut. H 0 : β 0, β 1, β 2,, β 7 = 0 H 1 : β 0, β 1, β 2,, β 7 0 Pengujian dilakukan dengan batas eror 0,050 (α = 5%). Nilai uji yang digunakan adalah statistik uji-f yang dapat dilihat pada table Anova pada Lampiran 13, yaitu F = 3,15 dan Signifikansi 0,004.

66 Dari statistik uji tersebut, nilai signifikansi (0,004) tidak lebih besar dari batas error yang ditentukan (0,050), sehingga dapat keputusan dari uji hipotesis ini adalah menolak H 0. Kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa variabel SPEC, BIG4, LEV, ROI, LOSS, OWNCON dan CFO secara bersama-sama berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan. 3. Uji Parameter Parsial (t-test) Uji parsial signifikansi parameter dapat dilakukan dengan menggunakan nilai Signifikansi pada kolom Sig Tabel 4.2 di atas. Pada penelitian ini digunakan nilai batas error 0,050 (α=5%). Hipotesis yang digunakan dalam uji adalah apabila nilai signifikansi variabel lebih kecil dari batas error maka variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap nilai Discretionary Accruals perusahaan. Hasil uji parsial menunjukkan variabel SPEC, LEV, ROI, LOSS, OWNCON dan CFO memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,050. Hanya variabel BIG4 yang memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,050. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan laba perusahaan hanya satu, yaitu auditor big four. Sedangkan enam variabel independen lain yaitu auditor spesialis industri, Leverage, Return of Investment, Financial Loss, Ownership Concentration dan Cash Flow from Operating Activities tidak berpengaruh signifikan terhadap Discretionary Accruals.

67 Arah pengaruh dari masing masing variabel independen dapat diketahui dari nilai koefisien regresinya. Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa SPEC, BIG4, LEV, dan ROI memiliki pengaruh negatif terhadap nilai Discretionary Accruals. Sedangkan variabel LOSS, OWNCON dan CFO berpengaruh positif terhadap nilai manajemen laba perusahaan. E. Pembahasan Hasil analisis tersebut memberikan gambaran tentang kebijakan manajemen laba perusahaan manufaktur dalam kurun tahun 2010-2013. Pengaruh masing masing variabel terhadap manajemen laba dapat diketahui dari hasil analisis regresi berganda. Untuk mengulas lebih dalam pengaruh variabel penelitian terhadap nilai Discretionary Accruals perusahaan, akan disajikan dalam pembahasan berikut ini. 1. Auditor Spesialis Industri Auditor spesialis industri (SPEC) adalah auditor keuangan yang memiliki pengetahuan mendalam dan pengalaman lebih tentang suatu jenis industri tertentu. Auditor spesialis industri diharapkan mampu memberikan hasil audit yang lebih baik, tepat, dan terperinci tentang keuangan perusahaan manufaktur yang menjadi spesialisasinya, dengan demikian dapat meminimalkan praktek manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Pengkodean yang dilakukan pada variabel SPEC adalah kode 1 mewakili perusahaan yang menggunakan auditor spesialis industri untuk melakukan audit pada satu tahun fiskal dan kode 0 untuk yang lainnya.

68 Koefisien SPEC dalam Persamaan 4.1 sebesar -0,158 dan berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan laba perusahaan. Dengan asumsi bahwa variabel bebas lain bernilai konstan, mensubstitusikan nilai 1 yang mewakili perusahaan yang menggunakan auditor spesialis industri, dan nilai 0 yang mewakili lainnya, akan dapat diketahui pengaruh penggunaan jasa auditor spesialis indsutri terhadap menejemen laba. Hasilnya menunjukkan bahwa Discretionary Accruals perusahaan yang menggunakan auditor spesialis industri lebih rendah 0,16 satuan dibandingkan perusahan yang menggunakan auditor lain. Hasil analisis ini dapat membuktikan hipotesis awal penelitian bahwa Discretionary Accruals perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industri lebih rendah dibandingkan dengan Discretionary Accruals perusahaan yang diaudit oleh auditor non-spesialis industri. Analisis ini juga menunjukkan hasil yang sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Rusmin (2010). 2. Auditor Big Four Auditor big four (BIG4) adalah empat lembaga auditor yang memiliki reputasi terbaik di bidang audit keuangan perusahaan. Auditor big four memiliki akurasi dan pengalaman audit yang lebih dibandingkan auditor lainnya. Menurut Rusmin (2010), KAP bigfour menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP non-big four.

69 Data pengamatan untuk variabel BIG4 dikategorikan menjadi dua, kode 1 mewakili perusahaan yang menggunakan auditor big four untuk audit finansialnya, sedangkan kode 0 berarti menggunakan auditor lain. Dari hasil analisis yang dilakukan didapatkan nilai koefisien BIG4 dalam persamaan regresi adalah -0,20 dan berdasarkan hasil uji parsial, auditor big four berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba perusahaan. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara auditor big four dan auditor non-big four terhadap Discretionary Accruals perusahaan, dapat dilakukan substitusikan nilai masing-masing kategori ke dalam Persamaan 4.1 dengan asumsi variabel bebas lain nilainya sama. Memasukkan nilai 1 untuk mewakili perusahaan yang menggunakan auditor big four, dan nilai 0 untuk auditor lainnya, dengan nilai variabel bebas lainnya tetap sama. Hasilnya menunjuk nilai Discretionary Accruals untuk kategori auditor big four lebih rendah 0,20 satuan dibandingkan kategori auditor non-big four. Hasil pengujian tersebut memenuhi dengan hipotesis penelitian yaitu Discretionary Accruals perusahaan yang diaudit oleh auditor big four lebih rendah dibandingkan dengan Discretionary Accruals perusahaan yang diaudit oleh auditor non-big four. Hal ini sesuai dengan penelitian serupa sebelumnya yang telah dilakukan oleh Rusmin (2010), dimana kesimpulan yang didapatkan adalah discretionary accruals yang merupakan proksi manajemen laba perusahaan yang diaudit oleh auditor big four lebih rendah dibandingkan dengan yang diaudit oleh auditor non-big four.

70 3. Variabel Kontrol Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage perusahaan memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap Discretionary Accruals. Hasil ini menunjukkan hubungan berkebalikan antara persentase hutang perusahaan dengan kebijakan labanya. Semakin besar hutang perusahaan, maka semakin kecil nilai Discretionary Accruals perusahaan tersebut atau semakin rendah laba yang dihasilkan perusahaan tersebut. Aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang perusahaan akan semakin besar apabila hutang perusahaan semakin besar, hal ini berpengaruh terhadap keijakan laba perusahaan, laba yang dibagikan kepada pemegang saham akan mengalami penurunan. Variabel Return on Investment (ROI) merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. ROI digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva untuk menghasilkan profitabilitas. Hasil penelitian menggambarkan hubungan negatif tidak signifikan antara ROI terhadap manajemen laba. Semakin besar persentase laba perusahaan akan menurunkan Discretionary Accruals perusahaan, meskipun peraruhnya tidak signifikan. Variabel rugi keuangan (LOSS) merupakan variabel kategorik, dengan pemberian kode 1 untuk perusahaan yang mengalami kerugian selama satu tahun fiskal, dan kode 0 untuk yang lainnya. Koefisien variabel LOSS pada Persamaan 4.1 bernilai positif 0,26 dan memiliki pengaruh tidak signifikan

71 terhadap Discretionary Accruals perusahaan. Berdasarkan persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami kerugian pada satu tahun fiskal memiliki Discretionary Accruals lebih besar dibandingkan perusahaan yang tidak mengalami kerugian keuangan. Hal ini disebabkan oleh adanya usaha pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan yang mengalami kerugian guna menghindari pelaporan penurunan laba atau kerugian perusahaan. Apabila dalam suatu kondisi dimana variabel lain selain LOSS nilainya tetap, maka selisih nilai Discretionary Accruals yang dihasilkan untuk kedua kategori tersebut adalah sebesar 0,26 satuan. Variabel konsentrasi kepemilikan saham (OWNCON) juga merupakan variabel kategorik, dengan kode 1 mewakili perusahaan yang memiliki saham terkonsentrasi pada satu pihak atau individu, sedangkan kode 0 untuk yang lainnya. Hasilnya menunjukkan bahwa konsentrasi kepemilikan memiliki koefisien 0,08 dan berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan laba perusahaan. Perusahaan yang memiliki saham terkonsentrasi memiliki manajemen laba yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan kepemilikan saham tidak terkonsentrasi. Perusahaan dengan saham yang terkonsentrasi memiliki nilai Discretionary Accruals 0,08 satuan lebih besar dibandingkan perusahaan lain. Dengan kepemilikan saham yang terpusat, pemegang saham mayoritas ingin meningkatkan pembagian laba setiap tahunnya sehingga audit laba yang dilaporkan lebih besar daripada perusahaan lain yang tidak memiliki saham terpusat pada salah satu pihak.

72 Variabel terakhir yang dijadikan pengendali manajemen laba perusahan dalam penelitian adalah Cash Flow from Operating Activities (CFO). Variabel ini merupakan perbandingan arus kas dengan total aktiva perusahaan. Hasil analisis menunjukkan hubungan positif tidak signifikan antara CFO terhadap kebijakan laba yang diukur dengan nilai Discretionary Accruals. Semakin besar persentase CFO menandakan bahwa perusahaan memiliki operasi yang mampu menghasilkan arus kas yang besar, sehingga akan menaikkan pembagian laba perusahaan dalam satu tahun anggaran.