RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

dokumen-dokumen yang mirip
KUASA HUKUM Ir. Tonin Tachta Singarimbun, S.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 28 Februari 2013

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I;

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

KUASA HUKUM Adardam Achyar, S.H., M.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Agustus 2014.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 88/PUU-XII/2014 Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XI/2013 Penyelenggaraan RUPS

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XII/2014 Pembentukan Pengadilan Hubungan Industrial di Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XII/2014 Alasan Pemberatan Pidana Bagi Pelaku Tindak Pidana Korupsi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 94/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 19/PUU-XIII/2015 Batas Waktu Penyerahan/Pendaftaran Putusan Arbitrase Internasional

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XIII/2015 Objek Praperadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XV/2017 Perintah Penahanan yang Termuat dalam Amar Putusan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 68/PUU-XII/2014 Syarat Sahnya Perkawinan (Agama)

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 50/PUU-XI/2013 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 66/PUU-XII/2014 Frasa Membuat Lambang untuk Perseorangan dan Menyerupai Lambang Negara

KUASA HUKUM Fathul Hadie Ustman berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 20 Oktober 2014.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-IX/2011 Tentang Peringatan Kesehatan dalam Promosi Rokok

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 53/PUU-XIV/2016 Persyaratan Menjadi Hakim Agung dan Hakim Konstitusi

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 69/PUU-XI/2013 Pemberian Hak-Hak Pekerja Disaat Terjadi Pengakhiran Hubungan Kerja

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 4 / PUU-X / 2012 Tentang Penggunaan Lambang Negara

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA : 33/PUU-X/2012

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 63/PUU-XII/2014 Organisasi Notaris

I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

KUASA HUKUM Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Maret 2014.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 5/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang Notaris dan Formasi Jabatan Notaris

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 81/PUU-XIV/2016 Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 45/PUU-XIV/2016 Kewenangan Menteri Hukum dan HAM dalam Perselisihan Kepengurusan Partai Politik

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 56/PUU-X/2012 Tentang Kedudukan Hakim Ad-Hoc Pengadilan Hubungan Industrial

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 138/PUU-XII/2014 Hak Warga Negara Untuk Memilih Penyelenggara Jaminan Sosial

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 31/PUU-XI/2013 Tentang Pemberhentian Oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 78/PUU-XII/2014 Para Pihak dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden

KUASA HUKUM Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H., dan Vivi Ayunita Kusumandari, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Oktober 2014.

RINGKASAN PERBAIKAN Perkara Nomor 138/PUU-XII/2014 Hak Warga Negara Untuk Memilih Penyelenggara Jaminan Sosial

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi

KUASA HUKUM Dra. Endang Susilowati, S.H., M.H., dan Ibrahim Sumantri, S.H., M.Kn., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 26 September 2013.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 20/PUU-X/2012 Tentang Peralihan Saham Melalui Surat Kesepakatan Bersama

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XI/2013 Tentang Frasa Pihak Ketiga Yang Berkepentingan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 129/PUU-XII/2014 Syarat Pengajuan Calon Kepala Daerah oleh Partai Politik dan Kedudukan Wakil Kepala Daerah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 117/PUU-XII/2014 Bukti Permulaan untuk Menetapkan Sebagai Tersangka dan Melakukan Penahanan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 132/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pidana Bagi Penyedia Jasa dan Pemakai Pada Tindak Pidana Prostitusi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

I. PEMOHON Bastian Lubis, S.E., M.M., selanjutnya disebut Pemohon.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 134/PUU-XII/2014 Status dan Hak Pegawai Negeri Sipil

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 105/PUU-XIV/2016 Kewajiban Mematuhi Putusan Mahkamah Konstitusi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 49/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 29/PUU-XII/2014 Hak Politik Bagi Mantan Terpidana Politik

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 98/PUU-XIII/2015 Izin Pemanfaatan Hutan

Kuasa Hukum: Fathul Hadie Utsman sebagai kuasa hukum para Pemohon, berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 20 Oktober 2012.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIII/2015 Penundaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Calon Tunggal)

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint

KUASA HUKUM Muhammad Sholeh, S.H., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Oktober 2014.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 39/PUU-XII/2014 Hak Memilih

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 27/PUU-XIV/2016

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XIV/2016 Upaya Hukum Kasasi dalam Perkara Tindak Pidana Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 31/PUU-XIV/2016 Pengelolaan Pendidikan Tingkat Menengah Oleh Pemerintah Daerah Provinsi

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 19/PUU-XIII/2015 Batas Waktu Penyerahan/Pendaftaran Putusan Arbitrase Internasional

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 67/PUU-XIII/2015 Beban Penyidik untuk Mendatangkan Ahli dalam Pembuktian Perkara Pidana

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 20/PUU-XIV/2016 Perekaman Pembicaraan Yang Dilakukan Secara Tidak Sah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 30/PUU-XIV/2016

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 75/PUU-XII/2014 Status Hukum Ketetapan MPR Nomor I/MPR/2003 dan Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017

I. PEMOHON 1. Perhimpunan Magister Hukum Indonesia (PMHI), diwakili oleh Fadli Nasution, S.H., M.H. 2. Irfan Soekoenay, S.H., M.H

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

OBJEK PERMOHONAN Permohonan Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

I. PEMOHON 1. Perhimpunan Magister Hukum Indonesia (PMHI), diwakili oleh Fadli Nasution, S.H., M.H. 2. Irfan Soekoenay, S.H., M.H

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 16/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kekuasaan Kehakiman, UU MA dan KUHAP Pembatasan Pengajuan PK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 26/PUU-XV/2017 Pembatalan Putusan Arbitrase

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 126/PUU-XIII/2015 Yurisprudensi Mahkamah Agung Mengenai Bilyet Giro Kosong

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 13/PUU-XIII/2015 Hak Warga Negara Indonesia Untuk Mendapatkan Kesempatan Yang sama dalam Menunaikan Ibadah Haji

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 47/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial

Kuasa Hukum : - Fathul Hadie Utsman, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Oktober 2014;

I. PEMOHON Kasmono Hadi, S.H, sebagai Pemohon.

Transkripsi:

I. PEMOHON Ir. Samady Singarimbun RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas KUASA HUKUM Ir. Tonin Tachta Singarimbun, SH., M., dkk. II. OBJEK PERMOHONAN Pasal 1 angka 6 huruf (a), Pasal 197 ayat (1) huruf k, ayat (2) dan ayat (3), Pasal 270 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana; Pasal 27 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991 (dahulu) dan Pasal 30 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 (sekarang) tentang Kejaksaan Republik Indonesia. III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji adalah: 1. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh undang-undang dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. 2. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945. 3. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan para Pemohon.

IV. KEDUDUKAN PEMOHON (LEGAL STANDING) Pemohon adalah perseorangan warga negara Indonesia yang merupakan terdakwa dan terpidana dalam perkara tindak pidana korupsi. Pemohon merasa dirugikan dengan berlakunya Undang-Undang a quo. Kerugian konstitusional yang dimaksud adalah hakim agung yang telah memberikan keputusan yang batal demi hukum tetapi Kejari tetap melakukan eksekusi terhadap pemohon dengan dasar Undang-Undang.Dengan dasar undang-undang yang diujikan Pemohon yang diujikan saat ini. V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DIUJI A. NORMA MATERIIL Norma yang diujikan, yaitu: 1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 - Pasal 1 angka 6 huruf (a) Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap - Pasal 197 ayat (1) huruf k, ayat (2) dan ayat (3) 1) Surat putusan pemidanaan memuat : (k) perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan 2) Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat c huruf a, b, c, d, e, f, h, I, j, k dan l pasal ini mengakibatkan putusan batal demi hukum 3) Putusan dilaksanakan dengan segera menurut ketentuan dalam undang-undang ini - Pasal 270 Pelaksanaan utusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa, yang untuk itu panitera mengirimkan salinan surat putusan kepadanya 4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991 Pasal 27 ayat (1) huruf b dibidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang (b) melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan Penjelasan Pasal 27 ayat (1) huruf b Dalam melaksanakan putusan pengadilan dan penetapan hakim, kejaksaan memperhatikan nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat dan peri kemanusiaan berdasarkan Pancasila tanpa menyampingkan ketegasan dalam bersikap dan bertindak. Melaksanakan putusan pengadilan termasuk juga melaksanakan

tugas dan wewenang mengendalikan pelaksanaan hukuman mati dan putusan pengadilan terhadap barang rampasan yang telah dan akan disita untuk selanjutnya dijual lelang 5) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Pasal 30 ayat (1) huruf b Dibidang pidana kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang: (b) melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap Penjelasan Pasal 30 ayat (1) huruf b Dalam melaksanakan putusan pengadilan dan penetapan hakim kejaksaan memperhatikan nilai 9 nilai hukum yang hidup dalam masyarakat dan peri kemanusiaan berdasarkan Pancasila tanpa mengesampingkan ketegasan dalam bersikap dan bertindak. Melaksanakan putusan pengadilan termasuk juga melaksanakan tugas dan wewenang mengendalikan pelaksanaan hukuman mati dan putusan pengadilan terhadap barang rampasan yang telah dan akan disita untuk selanjutnya dijual lelang B. NORMA UUD 1945 Norma yang dijadikan dasar pengujian, yaitu: 1. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Negara Indonesia adalah negara hukum 2. Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan pengadilan guna menegakkan hukum dan keadilan 3. Pasal 24A ayat (2) UUD 1945 Hakim agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional dan berpengalaman di bidang hukum 4. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya 5. Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta pelakuan yang sama di hadapan hukum 6. Pasal 28I ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945 (1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak

untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun (2) Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945: 1. Suatu hal yang keliru apabila Pasal 197 ayat (1) huruf k Undang -Undang Nomor 8 Tahun 1981 dimaknai hanya berlaku pada putusan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi dan tidak berlaku di dalam Putusan Mahkamah Agung; 2. Penyenderaan Pemohon oleh kekuasaan Kejaksaan dan kekuasaan Kehakiman yang sudah mendapatkan putusan batal demi hukum merupakan pelanggaran konstitusional sebagaimana telah menjadi batu uji dalam permohonan ini; 3. Norma hukum yang terkandung dalam Pasal 30 ayat (1) huruf b Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2004 mengakibatkan suatu ketidakpastian hukum dikarenakan penetapan hakim dan putusan pengadilan hanya kepada pengertian Kekuasaan Kejaksaan tidak kepada pengertian sebagaimana hak konstitusi Pemohon; 4. Pemohon dipidana dalam persidangan kasasi Nomor 170/K/PID.SUS/2011 tanggal 27 Mei 2011 juncto Nomor 08/Pid.B/2010/PN.Rkb tanggal 14 Oktober 2010 dan surat putusan pemidanaan menjadi putusan batal demi hukum, namun faktanya Pemohon tidak dapat menikmati putusan tersebut. VII. PETITUM 1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya; 2. Menyatakan Pasal 1 ayat 6 huruf (a), Pasal 197 ayat (1) huruf k, ayat (2) dan ayat (3), Pasal 270 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana bertentangan dengan UUD 1945; 3. Menyatakan Pasal 1 angka 6 huruf (a), Pasal 197 ayat (1) huruf k, ayat (2) dan ayat (3), Pasal 270 Undang -Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana mempunyai hukum mengikat sepanjang dimaknai frasa tambahan berikut ini: Pasal 1 angka 6 huruf a Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap sepanjang surat putusan pengadilan sesuai dengan Pasal 197 ayat (1) Pasal 197 ayat (1) huruf k, ayat (2), pada penjelasannya ayat (2): Kecuali yang tersebut pada huruf a, e, f, dan h apabila terjadi kekhilafan dan atau kekeliruan dalam penulisan, maka kekhilafan dan atau kekeliruan penulisan atau pengetikan tidak menyebabkan batalnya putusan demi hukum. Batal demi hukum menjadikan perkara pidana tersebut tidak pernah ada sehingga terdakwa/terpidana tidak dapat dihukum lagi terhadap objek dan subjek perkara yang sama. Terhadap putusan batal demi hukum maka barang bukti yang disita berasal dari terdakwa/terpidana dikembalikan kepadanya sebagaimana putusan bebas. namanya/dikembalikan kepadanya sebagaimana putusan bebas namanya/dikembalikan martabatnya sebagaimana putusan bebas dan tidak dapat menuntut ganti rugi Putusan batal demi hukum berlaku untuk seluruh perkara pidana (khusus, biasa dan ringan) Pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan surat putusan sesuai Pasal 197 dilakukan oleh jaksa, yang untuk itu panitera mengirimkan salinan surat putusan kepadanya. 4. Menyatakan materi muatan Pasal 27 ayat (1) huruf b Undang -Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004 (sekarang) tentang Kejaksaan Republik Indonesia berikut penjelasannya bertentangan dengan UUD 1945; 5. Menyatakan materi muatan Pasal 27 ayat (1) huruf b Undang -Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004 (sekarang) tentang Kejaksaan Republik Indonesia berikut penjelasannya mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang dimaknai frasa tambahan berikut ini: (b) melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan sesuai isi surat putusan pemidanaan 6. Menyatakan seluruh putusan Mahkamah Konstitusi ini berlaku kepada Pemohon dan seluruh surat putusan pemidanaan Mahkamah Agung yang tersebut pada norma Pasal 197 KUHAP.

Apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Catatan: Perubahan pada norma yang diujikan. a. Permohonan Awal Pasal 27 ayat (1) butir (b) Undang -Undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia b. Perbaikan Permohonan Pasal 30 ayat (1) huruf b Undang -Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia Perubahan pada norma yang dijadikan dasar pengujian, yaitu Pasal 28I UUD 1945 menjadi Pasal 28I ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945. Perubahan pada Petitum. a. Permohonan Awal 1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya; 2. Menyatakan materi muatan Pasal 2 ayat (1) dan/atau bagian dari Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1991 tentang Pemberatasan Korupsi terbukti secara nyata dan sah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945; 3. Menyatakan materi muatan Pasal 2 ayat (1) dan/atau bagian dari Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1991 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi berikut penjelasannya tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. b. Perbaikan Permohonan 1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya; 2. Menyatakan Pasal 1 ayat 6 huruf (a), Pasal 197 ayat (1) huruf k, ayat (2) dan ayat (3), Pasal 270 Undang -Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana; 3. Menyatakan Pasal 1 angka 6 huruf (a), Pasal 197 ayat (1) huruf k, ayat (2) dan ayat (3), Pasal 270 Undang -Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana mempunyai hukum mengikat sepanjang dimaknai frasa tambahan berikut ini: Pasal 1 angka 6 huruf a Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap sepanjang surat putusan pengadilan sesuai dengan Pasal 197 ayat (1) Pasal 197 ayat (1) huruf k, ayat (2), pada penjelasannya ayat (2): Kecuali yang tersebut pada huruf a, e, f, dan h apabila terjadi kekhilafan dan atau kekeliruan dalam penulisan, maka kekhilafan dan atau

kekeliruan penulisan atau pengetikan tidak menyebabkan batalnya putusan demi hukum. Batal demi hukum menjadikan perkara pidana tersebut tidak pernah ada sehingga terdakwa/terpidana tidak dapat dihukum lagi terhadap objek dan subjek perkara yang sama. Terhadap putusan batal demi hukum maka barang bukti yang disita berasal dari terdakwa/terpidana dikembalikan kepadanya sebagaimana putusan bebas. namanya/dikembalikan kepadanya sebagaimana putusan bebas namanya/dikembalikan martabatnya sebagaimana putusan bebas dan tidak dapat menuntut ganti rugi Putusan batal demi hukum berlaku untuk seluruh perkara pidana (khusus, biasa dan ringan) Pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan surat putusan sesuai Pasal 197 dilakukan oleh jaksa, yang untuk itu panitera mengirimkan salinan surat putusan kepadanya. 4. Menyatakan materi muatan Pasal 27 ayat (1) huruf b Undang -Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (sekarang) berikut penjelasannya bertentangan dengan UUD 1945; 5. Menyatakan materi muatan Pasal 27 ayat (1) huruf b Undang -Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004 (sekarang) tentang Kejaksaan Republik Indonesia berikut penjelasannya mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang dimaknai frasa tambahan berikut ini: (b) melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan sesuai isi surat putusan pemidanaan 6. Menyatakan seluruh putusan Mahkamah Konstitusi ini berlaku kepada Pemohon dan seluruh surat putusan pemidanaan Mahkamah Agung yang tersebut pada norma Pasal 197 KUHAP. Apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).