I. PENDAHULUAN. Padatnya penduduk di wilayah perkotaan berdampak terhadap daerah perkotaan

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang

I. PENDAHULUAN. semua ciptaan Tuhan, baik manusia, hewan, dan juga tumbuhan. Bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. karantina, para penderita penyakit tersebut berangsur angsur sembuh. Mengingat banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

I PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

I. PENDAHULUAN. upaya yang dilakukan pemerintah yaitu pembangunan di bidang industri, dalam

I. PENDAHULUAN. penduduknya untuk mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian di daerah yang

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

I. PENDAHULUAN. baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Oleh karena itu setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa faktor penyebab pertumbuhannya adalah memiliki fasilitas kota

I. PENDAHULUAN. pangan dan papan. Selaju dengan perkembangan pembangunan dan pemenuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

Kata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan kesempatan kerja, untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. termasuk dalam Kabupaten Lampung Selatan. Sejak berdirinya Kecamatan Teluk

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

I. PENDAHULUAN. berpenghuni.pada pulau-pulau yang berpenghuni, penduduk nya tersebar secara

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang selalu meningkat di setiap tahunnya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB VIII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. bagaimana karaterisik dan faktor-faktor yang secara nyata menyebabkan. A. Karateristik Permukiman di Daerah Penelitian

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

I. PENDAHULUAN. ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk metode deskriptif kuantitatif dan

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, semua

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

PONTEN MANGKUNEGARAN SEBUAH TINJAUAN SEJARAH TENTANG REVOLUSI HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI RAKYAT

I. PENDAHULUAN. sensitif menghadapi era globalisasi. Oleh karena itu, pendidikan memiliki

DESKRIPSI LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL NELAYAN DI WLAYAH PESISIR KELURAHAN KANGKUNG (JURNAL) Oleh : PRABAWATI NINGTYAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

Aminatu Zuhriyah. Arahan Penanganan Permukiman Kumuh Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Lamongan

Oleh: Mayang Sari 1, Sidharta Adyatma 2, Ellyn Normelani 2

I. PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang mutlak diperlukan oleh semua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, tetapi juga. dengan keberadaan industri yang ada di pedesaan.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Padatnya penduduk di wilayah perkotaan berdampak terhadap daerah perkotaan yakni mengakibatkan kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan semakin meningkat. Jika tidak dikontrol secara benar maka padatnya penduduk akan menyebabkan timbulnya permasalahan yang serius. Akibat yang ditimbulkan dari padatnya penduduk yang utama adalah kemiskinan yang akan diikuti oleh permasalahan lainnya seperti timbulnya pengangguran dan permukiman kumuh atau yang sering disebut sebagai slum area. Padatnya permukiman tidak hanya disebabkan oleh laju urbanisasi yang melonjak, melainkan juga perkembangan natural kota. Kota telah berubah menjadi magnit bagi desa-desa sekitarnya. Sehingga munculnya permukiman kumuh ini disebabkan oleh makin tingginya nilai dan harga lahan kota sebagai akibat pesatnya perkembangan kota, yang pada akhirnya tidak semua penduduk kota mampu memenuhi kebutuhan akan lahan. Mereka terpaksa mencari lahan untuk mendapatkan tempat tinggal seadanya baik secara legal maupun ilegal sehingga tanpa disadari perkembangannya telah mengakibatkan munculnya permukiman kumuh di perkotaan seperti kepadatan penduduk yang tinggi, kondisi lingkungan

yang tidak layak huni dan tidak memenuhi syarat serta minimnya fasilitas pendidikan, kesehatan dan sarana prasarana sosial budaya. Pengaruh pertambahan penduduk di lingkungan perkotaan terhadap kehidupan masyarakat, dapat bersifat positif maupun bersifat negatif. Yang paling banyak disoroti oleh para perencana kota adalah pengaruh negatif pertambahan penduduk, antara lain terbentuknya permukiman kumuh. Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya. Sejalan dengan pertambahan penduduk penggunaan air untuk keperluan rumah tangga terus meningkat, maka menuntut persediaan air bersih yang banyak pula. Air dalam kehidupan manusia memegang peranan yang sangat penting, tidak hanya untuk metabolisme tubuh tetapi juga untuk keperluan-keperluan lainnya seperti pertanian, industri dan sebagainya. Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan mutlak diperlukan oleh semua ciptaan Tuhan, baik manusia, hewan dan juga tumbuhan. Bagi manusia, air dapat memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan apabila jumlah dan mutu air tersebut dapat memenuhi kebutuhan manusia. Dari berbagai kebutuhan pokok manusia, kebutuhan akan air dapat dikategorikan sebagai kebutuhan pokok yang vital. Akan tetapi air pun akan menyebabkan bencana dan ancaman bagi manusia untuk melangsungkan kehidupannya dan tidak jarang ditemukan dimana-mana manusia menderita karena kekurangan air. Menurut Arifien Yuda Adiputra dalam Nani Suwarni (1982:4) mengatakan bahwa : Air merupakan salah satu faktor yang

sangat vital dan bersifat menentukan bagi perkembangan kebudayaan suatu bangsa. Data kultur historis membuktikan kepada kita bahwa berbagai kebudayaan di dunia ini lahir atau mencapai puncak kemajuan karena faktor air. Tetapi sebaliknya kelebihan atau kekurangan air dapat memungkinkan atau menghambat kecepatan lajunya perkembangan suatu bangsa, bahkan dapat memusnahkan kebudayaan yang sudah ada. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa manusia tidak dapat lepas dari penggunaan air dalam kehidupannya. Manusia juga tidak dapat mencarikan bahan pengganti dari air, sehingga manusia akan selalu tergantung kepada air. Seperti kita ketahui bahwa Kota Bandar Lampung adalah Ibu Kota Provinsi sekaligus kota terbesar di Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah 197,22 km² (kilometer persegi), yang merupakan pusat berbagai aktivitas seperti : pemerintahan, pendidikan dan pusat perdagangan yang tidak lepas dari masalah urbanisasi. Kota Bandar Lampung terdiri dari 13 Kecamatan, 98 Kelurahan, 244 Lingkungan serta 2.577 RT dengan jumlah penduduk sebesar 812.133 jiwa pada Tahun 2008 (Kota Bandar Lampung Dalam Angka 2008). Wilayah Kelurahan Kota Karang berjarak 1 Km dari pusat pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Barat, dimana memiliki luas 57 Ha. Kelurahan ini dibagi menjadi tiga lingkungan, lingkungan I adalah Kotakarang, lingkungan II adalah Sukabanjar dan Lingkungan III adalah Sinar Laut yang seluruhnya memiliki 32 RT. Total penduduk yang bermukim berjumlah 15.858 jiwa dengan mayoritas penduduk Kota Karang bersuku Banten dan Bugis. Sebagai gambaran

mengenai perbandingan jumlah penduduk setiap lingkungan dari tiga lingkungan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Jumlah Penduduk dan KK Setiap Lingkungan di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2010. No. Lingkungan Jumlah Persentase Jumlah Kepala Persentase Penduduk (%) Keluarga (%) 1 I 5.512 35 1.200 34 2 II 4.814 30 1.040 30 3 III 5.532 35 1.240 36 Jumlah 15.858 100 3.480 100 Sumber : Monografi Kelurahan Kota Karang Tahun 2008. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa Lingkungan III jumlah penduduknya lebih banyak di bandingkan dengan Lingkungan I dan II, yaitu berjumlah 5.532 jiwa dengan persentase 35% yang tersebar pada 1.243 kepala rumah tangga dengan persentase 36%. Dari tiga lingkungan yang ada di Kelurahan Kota Karang, lingkungan tiga atau sering disebut Sinar Laut merupakan daerah terkumuh dan terpadat. Lingkungan tiga terbagi menjadi 12 RT. Lima RT diantaranya menjadi yang terkumuh. Yaitu RT enam, delapan, sembilan, sebelas dan dua belas. Dari ke lima RT tersebut yang paling kumuh adalah RT delapan, seperti yang dikatakan Alwi Abidin ketua RT 8 dan Suryakanta mantan ketua Lingkungan III. Wilayah RT 8 berada diantara laut dan darat yang berarti bahwa ada sebagian rumah yang dibangun di atas air laut atau berada di daerah pasang surut air laut yang termasuk ke dalam daerah genangan banjir. Rumah ini dibangun di atas laut

dengan bentuk semipermanen. Rumah semipermanen dilihat dari bangunannya terbuat dari papan dan geribik yang sebagian besar beratapkan asbes. RT 8 berdasarkan tempat tinggal dengan penataan permukimannya tidak teratur dan berantakan sehingga tampak tidak rapi dan bersih. Rumah-rumah di RT 8 terutama yang tinggal di atas air laut berbentuk rumah panggung yang berhimpitan satu sama lain. Dimana setiap rumah tidak memiliki halaman. Hanya sedikit teras yang langsung berhadapan dengan gang. Ada juga diantara dua rumah dibatasi oleh celah-celah kecil, celah inilah tempat sampah rumah tangga terutama sampah plastik tersebut menumpuk selain di bawah rumah, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain kumuh, RT 8 penduduknya sebagian besar merupakan masyarakat miskin yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan kecil, buruh nelayan, tukang bangunan, pemulung, tukang ojek dan lain-lain. Dimana pekerjaan ini berdampak terhadap pendapatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ini dibuktikan dengan status kepemilikan rumah yang dimiliki oleh masyarakat dimana terdapat kepala rumah tangga yang masih berstatuskan mengontrak atau menyewa. Dari sisi penyehatan lingkungan terutama yang berkaitan dengan sanitasi, masyarakat umumnya belum memiliki kesadaran yang cukup dalam penjagaan sanitasi. Hal ini terlihat dari banyaknya rumah-rumah penduduk yang belum dilengkapi dengan jamban keluarga yang sehat, seperti yang terjadi di RT 8 Lingkungan III Kelurahan Kota Karang yaitu masyarakat masih menggunakan WC cemplung yang berada tepat di belakang rumah. Ini membuktikan bahwa masyarakat tidak memiliki tempat pembuangan tinja (septi tank) dimana

dampaknya akan mengotori air permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat di dalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air, yang pada akhirnya dapat menimbulkan wabah misalnya seperti malaria dan diare. Dalam memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat di RT 8 terutama yang berada di atas laut mengandalkan air PAM yang diperoleh dengan cara membeli. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak memiliki sumur. Juga karena masyarakat tidak mampu menyambung saluaran air PAM. Mengingat sebagian besar masyarakat yang berada di RT 8 bekerja sebagai buruh nelayan. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RT 8 Alwi Abidin mengatakan bahwa sumur yang dulunya dimiliki penduduk tidak dapat digunakan karena mengandung zat besi yaitu airnya terasa payau dan ketika diambil menyisakan karat. Sehingga air sumur yang ada tidak dapat digunakan untuk kebutuhan minum dan memasak. Meskipun fasilitas air PAM sudah ada tetapi masyarakat masih mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga dikarenakan fasilitas yang ada masih kurang yaitu hanya satu sumber air PAM di lingkungan mereka. Hal ini dapat terlihat dari jumlah sumur bor yang ada hanya tiga sumur dan tidak terletak di Lingkungan III. Oleh karena itu, sumber air bersih ini akan berdampak terhadap permasalahan dalam upaya pemenuhan kebutuhan air bersih. Mengingat air bersih menjadi kebutuhan mendasar untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik Selain itu, untuk mencukupi keperluan rumah tangga seperti mandi, mencuci, kakus dan lain-lain mereka menggunakan air laut yang diambil menggunakan pompa kodok yang dilakukan dengan cara membor dasar laut dengan kedalaman

antara 8-10 meter. Meskipun air yang dihasilkan tidak begitu baik yaitu air terasa payau, masyarakat tetap memanfaatkannya demi mencukupi kebutuhan air bersih sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan usulan penelitian dengan judul Upaya Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Keperluan Rumah Tangga di Permukiman Kumuh (Studi Pada Masyarakat di RT 8 Lingkungan III Kelurahan Kota Karang Kota Bandar Lampung). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimanakah upaya pemenuhan kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga di RT 8 Lingkungan III Kelurahan Kota Karang Kota Bandar Lampung Tahun 2010. C. Pertanyaan Penelitian Untuk menjawab permasalahan di atas, penelitian ini mengajukan pertanyaan penelitian. Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Berapa banyak air yang dibutuhkan oleh rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga? 2. Darimana sumber air yang digunakan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga?

3. Apa upaya yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan air bersih untuk keperluan rumah tangga di RT 8 Lingkungan III Kelurahan Kota Karang Kota Bandar Lampung Tahun 2010. E. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan dan bahan perkuliahan pada mata kuliah geografi sosial pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 3. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan peneliti mengenai permukiman kumuh yang berkaitan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih di Kelurahan Kota Karang Kota Bandar Lampung. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi penelitian yang sejenis di lokasi lain.

5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pembuat kebijakan dan pelaksana program pembangunan yang berkaitan dengan penyediaan air bersih bagi masyarakat khususnya di permukiman kumuh. 6. Sebagai suplemen bahan ajar pada mata pelajaran geografi SMA Kelas X dan geografi SMP kelas VII pada pokok bahasan Hidrosfer dan geografi SMP kelas VIII pada pokok bahasan Sumberdaya Air. F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah : 1. Ruang Lingkup Objek Penelitian Ruang lingkup objek penelitian ini adalah upaya pemenuhan kebutuhan air bersih keperluan rumah tangga di RT 8 Lingkungan III Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. 2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah kepala rumah tangga di RT 8 Lingkungan III Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. 3. Ruang Lingkup Tempat Penelitian Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. 4. Ruang Lingkup Waktu Penelitian Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah Tahun 2010. 5. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian Ruang lingkup ilmu yang dipergunakan adalah geografi sosial.

Geografi sosial adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya aspek keruangan merupakan karakteristik dari aktivitas penduduk, organisasi sosial, unsur kebudayaan dan kemasyarakatan (Nursid Sumaatmadja, 1988:56). Alasan peneliti mengambil ruang lingkup ilmu geografi sosial karena yang menjadi kajian dalam penelitian ini berhubungan dengan aktivitas penduduk yang bidang studinya aspek keruangan, yaitu upaya yang dilakukan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan sehari-hari.