perbaikan hidup berkeadilan sosial.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

I. PENDAHULUAN. Persentasi Jumlah Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta Tahun Bus 8% Gambar 1. Pembagian Moda (Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2004)

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan wilayah dan interaksi Kota Desa secara berimbang dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan Kota Pekanbaru sebagai Provinsi Riau yang

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 53 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan pembangunan pemerintah kota pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. Kota kota di Indonesia berkembang dengan pesat dalam pengertian

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang ikut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 61 TAHUN 2008 T E N T A N G

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 96 TAHUN 2016 /X/2016 TENTANG

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 60 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan interaksi penduduk

TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. dan keamanan, serta pembangunan nasional, harus diselenggarakan dengan tujuan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI A. SEJARAH SINGKAT KOTA PADANG SIDEMPUAN. ini terdiri dari Kecamatan Padang Sidempuan Utara, Kecamatan Padang

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI KABUPATEN PANDEGLANG ( Suatu Tinjauan Teknis )

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

RENSTRA VISI dan MISI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANDUNG

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 123

RINGKASAN EKSEKUTIF. Sasaran Strategis 1. Tersedianya dan terpeliharanya prasarana LLAJ sehingga dapat menekan tingkat kecelakaan lalu-lintas di jalan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia

BAB III LANDASAN TEORI

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

1) Sub Bagian umum Sub Bagian Umum mempunyai tugas : a) melaksanakan kegiatan ketatausahaan dan ketatalaksanaan. b) melaksanakan pengelolaan urusan su

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Kemacetan adalah situasi keadaan tersendatnya atau terhentinya lalu lintas yang

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi oleh kota-kota yang sedang berkembang. Salah satu fungsi

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Fidel Miro, 2004). Dewasa ini transportasi memegang peranan penting

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang di kawasan Asia Tenggara, bangsa Indonesia termasuk bangsa yang dikategoikan Negara dunia ketiga. Negara-negara dunia ketiga sedang disibukkan oleh berbagai masalah yang pada dasarnya adalah masalah pembangunan agar mampu sejajar dengan Negara lainnya. Pembangunan dewasa ini perlu diarahkan untuk mencapai hasil pe,mbangunan yang tepat guna dan berdaya guna dalam mensejahterakan masyarakat. Hakekat pembangunan adalah pembangunan Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Ini berarti mencakup : pertama kemajuan lahiriah, seperti pangan, sandang dan lain-lain, kedua kemajuan bathiniah, seperti pendidikan, rasa aman, rasa sehat; dan ketiga kemajuan yang meliputi seluruh rakyat sebagaimana tercermin dalam perbaikan hidup berkeadilan sosial. Pengembangan dan pembangunan kota Pekanbaru salah satunya terwujud dengan adanya pemusatan dan penyebaran lokasi kegiatan masyarakat seperti pasar, perumahan, perkantoran, rumah sakit maupun sekolah. Aktifitas masyarakat pada lokasi lokasi tersebut perlu ditunjang dengan adanya sarana transportasi berupa angkutan umum yang memadai. Dapat kita lihat pembangunan Daerah kota Pekanbaru berkembang cukup

pesat. Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kebutuhan ekonomi, menjadin salah satu pemicu lajunya arus urbanisasi di Kota Pekanbaru, yang secara tidak langsung berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan jasa transportasi. Transportasi saat ini menjadi suatu kebutuhan bagi manusia baik kebutuhan individu maupun kebutuhan kelompok. Sehingga peningkatanakan transportasi sangat tinggi pada setiap kota, terutama transportasi darat. Sistem pengangkutan atau transportasi harus ditata dan terus menerus disempurnakan untuk menjamin mobilitas orang maupun barang dalam rangka menjamin kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, dalam upaya menunjang perkembangan wilayah dan memeratakan hasilhasil pembangunan, pengangkutan dapat berperan sebagai penunjang (pelayan), pamacu (pendorong), sekaligus pemicu (penggerak) perkembangan. Berkaitan dengan hal itu menuntut pihak-pihak pengelola jasa angkutan atau transportasi dapat mengelola dengan baik agar kebutuhan masyarakat akan jasa transportasi dapat terpenuhi sebagai alat mobilitas masyarakat dari suatu tempat ke tempat yang lain. Transportasi yang tertib, lancar, aman, dan nyaman merupakan pilihan yang ditetapkan dalam mengembangkan sistem transportasi perkotaan. Pengembangan transportasi perkotaan juga mengemban misi bahwa angkutan perkotaan haruslah mampu mengurangi kemacetan, mampu mengurangi gangguan lalu lintas, mampu mempertahankan kualitas lingkungan, serta terjangkau oleh semua lapisan pemakai jasa

transportasi. Oleh karena itu sistem jaringan jalan dalam kota harus terintegrasi dengan sistem jaringan jalan antar kota sehingga transportasi dalam kota dapat berfungsi dengan baik dalam melayani aktifitas lokal maupun daerah sekitarnya. Agar transportasi perkotaan dapat berfungsi dengan baik maka harus dilakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan transportasi kota secara terpadu, meningkatkan peran swasta dalam investasi dan pengelolaan transportasi kota, serta melakukan upaya konservasi dan diversifikasi energi dalam transportasi perkotaan. Seperti yang kita ketahui kota pekanbaru memiliki banyak angkutan umum, hal ini dapat kita ketahui dari data jumlah angkutan umum sebagai berikut: Tabel I.1 : Jumlah Angkutan umum kota pekanbaru Jenis Angkutan Jumlah Oplet 1.123 Bus 1.520 Sumber: Dishub Kominfo Kota Pekanbaru Dari tabel diatas dapat kita ketahui jumlah angkutan umum di kota pekanbaru untuk jumlah oplet sebanyak 1.123 angkutan dan untuk jumlah bus sebanyak 1.520 angkutan. Hal ini menunjukkan bahwa di kota pekanbaru terdapat banyak angkutan umum. Dalam rangka untuk menertibkan angkutan umum diperlukan rambu lalu lintas. Rambu lalu lintas adalah salah satu alat pengawasan Dishub dalam melaksanakan

tugasnya. Berikut di bawah ini dapat kita ketahui jumlah rambu Lalu lintas di kota pekanbaru : Tabel I.2: jumlah rambu lalu lintas NO STATUS JUMLAH 1 Jalan Nasional 241 2 Jalan Provinsi 283 3 Jalan Kabupaten/kota 1.010 Jumlah 1.534 Sumber: Dishub Kominfo Kota Pekanbaru Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah rambu lalu lintas yang terdapat di kota pekanbaru, terbagi menurut jalan. yang pertama jalan nasional adalah jalan yang menghubungkan antar ibukota provinsi terdapat sebanyak 241 rambu lalu lintas, kemudian jalan provinsi adalah jalan yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota terdapat sebanyak 283 rambu lalu lintas. Dan selanjutnya jalan kabupaten/kota adalah jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan kecamatan terdapat sebanyak 1.010 rambu lalu lintas. Permasalahan dan tantangan transportasi adalah multi dimensi antara sistem transportasi dan sistem perkotaan, baik aspek operasional, pengelolaan maupun kebijakan. Kebijakan transportasi perkotaan yang peduli pada pembangunan berkelanjutan di negara sedang berkembang sangat kompleks, tetapi dapat dikaji terutama pada sistem transportasi

publik karena lebih memungkinkan jika dibandingkan dengan angkutan pribadi pada saat ini. Menurut Undang-undang Dasar 1945 No.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan jalan, lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang diruang lalu lintas jalan, sedangkan angkutan adalah perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ketempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. lalu lintas merupakan masalah penting karena lalu lintas adalah sarana untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat lain. Angkutan umum sebagai bagian dari sistem transportasi perkotaan memiliki peran menunjang mobilisasi masyarakat kota dalam melakukan aktifitas sehari hari. Angkutan umum juga memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam pengembangan dan pembangunan kota baik pada sektor ekonomi, sektor sosial budaya, maupun sektor pendidikan. Oleh karena itu keberadaan angkutan umum harus ditangani dengan baik dan benar sehingga tidak menimbulkan masalah bagi kehidupan kota. Lalu lintas merupakan masalah penting karena lalu lintas adalah sarana untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Apabila lalu lintas terganggu atau terjadi kemacetan, maka mobilitas masyarakat juga akan mengalami gangguan. Gangguan ini dapat menyebabkan pemborosan bahan bakar, pemborosan waktu dan dapat mengakibatkan polusi udara. Masalah lalu lintas merupakan masalah yang sangat penting, karena masalah ini adalah masalah sulit yang harus dipecahkan bersama. Apabila

masalah lalu lintas tidak terpecahkan, maka masyarakat sendiri yang akan menanggung kerugiannya, dan apabila masalah ini dapat terpecahkan dengan baik, maka masyarakat sendiri yang akan mengambil manfaatnya. Untuk menjaga ketertiban lalu lintas agar tetap tertib, aman dan nyaman perlu diadakan pengawasan dari instansi yang dapat mengawasi bagaimana jalannnya lalu lintas angkutan umum dilingkungan masyarakat tersebut. Untuk mengatur dan mengawasi bagaiman lalulintas angkutan umum itu, pemerintah daerah kota pekanbaru menunjuk dinas perhubungan sebagai pengawas dan pengatur lalu lintas. Pelaksaaan pengawasan pada dinas perhubangan yaitu melalui seksi pengawasan dan pengendalian lalu lintas jalan. Yang menjadi tugas seksi pengawasan dan pengendalian lalu lintas adalah : 1. Melaksanakan pemeriksaan kendaraan dijalan sesuai kewenangannya. 2. Pelaksanaan penyidikan pelanggaran : a. Perda kota LLAJ b. Pemenuhan persyaratan teknis dan layak jalan c. Pelanggaran ketentuan pengujian berkala d. Perizinan angkutan umum e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian operasional terhadap penggunaan jalan selain untuk kepentingan lalu lintas dijalan dalam kota. 3. Melakukan pengawalan terhadap kendaraan yang memiliki hak utama penggunaan jalan untuk kelancaran lalu lintas.

4. Merumuskan dan melaksanakan pengawasan pengangkutan bahan atau barang berbahaya lintas darat. 5. Melakukan pengawasan, pengendalian, dan pam lalu lintas di ruas - ruas, persimpangan jalan, dan pos pos pengawasan penegndalian dalam kota. 6. Menyiapkan dan menyampaikan laporan kegiatan di bidang tugasnya Angkutan umum sangat bermanfaat sebagai sarana transportasi perkotaan, tetapi dilain pihak keberadaan angkutan umum sering kali mengundang bahaya dan ketidak tertiban akibat sifat tidak disiplin dari pengemudi angkutan umum. Sikap pengemudi angkutan umum seringkali tidak mematuhi tata tertib lalu lintas, misalnya seperti menaikan penumpang di sembarang tempat, didaerah daerah pasar tradisional, sekolahan atau pusat perbelanjaan dengan menaiki penumpang yang berlebihan, berebut penumpang, kebut kebutan, dan berhenti secara mendadak dan tidak pada tempat semestinya. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan masyarakat sekitar dalam pelaksanaan kegiatan mereka sehari-hari seperti menyebabkan kemacetan dan rawan akan kecelakaan. Penegemudi angkutan umum yang tidak mematuhi akan tata tertib lalu lintas ini mengemudi angkutan umum dengan buruk, berhenti secara mendadakdan tidak mau menjaga keselamatan, keamanan dan juga kelancaran lalu lintasnya menyebabkan kecelakaan yang terjadi di kota pekanbaru.

Selain dari pada itu yang sering kita lihat di jalan besar angkutan umum yang masih menunggu penumpang pada persimpangan bukan pada tempat yang seharusnya, tidak mentaati rambu-rambu lalu lintas dan tidak menggunakan alat pengaman. Apabila lalu lintas terganggu atau terjadi kemacetan maka mobilitas masyarakat juga akan mengalami gangguan. Gangguan ini dapat menyebabkan pemborosan bahan bakar, pemborosan waktu dan dapat mengakibatkan polusi udara. Berikut adalah daftar pelanggaran lalu lintas di kota pekanbaru. Tabel I.3 : Daftar pelanggaran lalu lintas angkutan umum No Jenis pelanggaran Bus Oplet Mini Jumlah Bus 1. Parkir/Rambu-rambu - - - - 2. Tidak memiliki bukti Lulus uji 14 43 127 141 3. Persyaratan teknis/layak jalan 10 4 4 4. Izin trayek 15 17 30 45 5. Menaikan dan menurunkan 34 7 92 126 penumpang diluar terminal 6. Penyimpangan izin trayek 4 6 1 5 Jumlah 67 83 255 321 Sumber: Dishub dan kominfo Kota Pekanbaru Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa masih banyak terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh angkutan umum. Diantaranya untuk bus

terdapat 67 pelanggaran, oplet 83 pelanggaran sedangkan mini bus sebanyak 255 pelanggaran. Dari uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui dan menganalisis hal apa saja yang menyebabkan mengapa lalu lintas angkutan umum masih belum tertib dan masih banyak terjadi pelanggaran lalu lintas. Jelaslah bahwa masalah lalu lintas masih terus berlangsung sampai saat ini, juga jumlah kendaraan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun tanpa imbangi dengan kesadaran pemakai jalan dalam menggunakan jalan sesuai dengan kapasitasnya. Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: Analisis Fungsi Dinas Perhubungan dalam penertiban angkutan umum di Kota Pekanbaru 1.2 Perumusan masalah Uraian diatas telah dijelaskan bagaimana keadaan angkutan umum di perkotaan terutama kota pekanbaru. Dalam masyarakat angkutan umum merupakan pilihan utama, hal ini disebabkan oleh sifatnya yang relatif fleksibel, dan tarifnya terjangkau oleh sebagian besar masyarakat kota. Tetapi dalam lalu lintas angkutan umum merupakan salah satu faktor yang membuat tidak tertibnya lalu lintas, sehingga menyebabkan banyaknya pelanggaran lalu lintas di Kota Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat pada jalan besar, misalnya angkutan umum yang masih menunggu penumpang pada persimpangan bukan ditempat yang disediakan, tidak mentaati rambu rambu lalu lintas, dan tidak menggunakan alat pengaman. Pelanggaran

pelanggaran yang terjadi maka perlu diadakan pengawasan terhadap jalannya lalu lintas tersebut. Pemerintah kota pekanbaru menunjuk instansi yang dapat mengawasi jalannya tata tertib lalu lintas yaitu Dinas Perhubungan. Disini penulis akan menganalis pokok permasalahan dalam penelitian ini dengan mengambil judul Bagaimanakah Fungsi Pengawasan Dinas Perhubungan dalam menertibkan Angkutan Umum di Kota Pekanbaru. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis Bagaimanakah Fungsi pengawasan Dinas Perhubungan dalam menertibkan Angkutan umum di Kota Pekanbaru 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : a. Guna teoritis, yakni penelitian ini diharapkan dapat memacu perkembangan ilmu Administrasi, minimal dapat memperkaya inventaris hasil-hasil penelitian dibidang Administrasi, khususnya dibidang Administrasi Negara. b. Guna akademis, yakni penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi dan data sekunder bagi kalangan akademis yang ingin meneliti hal yang sama. c. Guna praktis, ialah penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru

1.5 Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian ini penulis menguraikan sistematika penulisan dalam berbagai bab sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Dalam bab ini menguraikan tentang Deskripsi Teori, kerangka berpikir, Hipotesa, serta konsep operasional. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini meliputi Tempat dan waktu Penelitian, Jenis danm sumber data, populasi dan sampel, Teknik pengumpulan dat, serta analisis Data. BAB IV : GAMBARAN UMUM

Dalam bab ini menguraikan deskripsi Lokasi Penelitian, Deskripsi Hasil penelitian. BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan tentang Pembahasan dan Pengujian Hipotesis. BAB VI : PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN