BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Adapun fungsi pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Hal ini dapat terlihat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

mengembangkan potensi diri mereka melalui proses pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yusi Rosidah, 2013 PENGARUH METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAPA PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahmad Wahyudi, 2015

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan tersebut mempunyai fungsi yang harus diperhatikan. Fungsi tersebut dapat dilihat pada UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam fungsi pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional di atas, telah terlihat jelas bahwa pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia guna menghadapi berbagai persoalan kehidupan dimasa depan. Sasaran dalam pendidikan itu sendiri adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan untuk mengoptimalkan kualitas pendidikan harus dilakukan semua pihak termasuk pemerintah dan pelaku pendidikan di lembaga formal. Salah satu jenjang pendidikan sekolah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah memberi bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang merupakan perluasan serta meningkatkan pengetahiuan dan keterampilkan yang di peroleh di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sehingga bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara sesuai dengan tingkat perkembangannya. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, akan tetapi mencakup 1

2 seluruh potensi yang dimiliki oleh anak didik. Dengan demikian, pendidikan pada dasarnya memberikan pengalaman belajar untuk dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa, melalui proses interaksi pada siswa, siswa dengan guru atau siswa dengan lingkungan. Berdasarkan Bab IV Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman belajar harus berorientasi pada aktivitas siswa. Strategi belajar berdasarkan pengalaman merupakan suatu strategi pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru dalam menumbuhkan minat kepada siswa untuk belajar dengan mudah. Strategi pengajaran ini memberikan kemampuan kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar secara aktif dengan personalisasi. Siswa terlibat langsung terhadap pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Demi tercapainya pendidikan yang di cita-citakan, tidak terlepas dari kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat diterapkan melalui proses pembelajaran yang inovatif serta efektif. Seperti yang di kemukakan oleh Komalasari (2014, hlm. 3) pembelajaran dapat di definiskan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Sejalan dengan apa yang di kemukakan oleh Shoimin (2014, hlm. 18) Inovasi pembelajaran merupakan suatu yang penting dan harus dimiliki dan dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan pembelajaran akan lebih dan bermakna. Dalam kegiatan belajar mengajar hasil belajar merupakan salah satu faktor terpenting untuk mengukur sejauh mana pencapaian peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Kunandar (2015, hlm. 324), beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu kesiapan guru dalam mengajar dan kesiapan

3 peserta didik, respon peserta didik, penguasaan guru terhadap materi dan kemampuan guru dalam berkomunikasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah adanya pendekatan yang kreatif dan inovatif, serta penguasaan terhadap kelas, suasana dikelas didominasi dengan sikap peserta didik yang diam dan tidak memperlihatkan motivasi untuk mendengarkan materi. Hal tersebut dikarenakan guru hanya menjelaskan dan mendiktekan materi kepada peserta didik. Aktivitas belajar peserta didik yang tidak maksimal selaras dengan pencapaian hasil belajar peserta didik. Hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar yang telah dilalui peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari penugasan materi yang dilambangkan dengan angka angka. Hasil belajar mencakup ranah spiritual, sosial, kognitif, dan keterampilan. Namun antara setiap peserta didik memiliki hasil belajar yang berbeda. Ada yang mendapatkan hasil belajar yang baik dan sebaliknya. Berdasarkan hasil observasi awal mengenai hasil belajar peserta didik khususnya mata pelajaran Ekonomi kelas X di SMA Pasundan 2 Kot Cimahi di peroleh informasi bahwa hasil belajar pada semester ganjil masih rendah, hal ini dapat di lihat dari nilai ulanagan harian semester ganjil sebagai berikut: Tabel 0.1 Nilai Rata-rata Ulangan Harian Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017 Kelas X IPS Pada Mata Pelajaran Ekonomi SMA Pasundan 2 Kota Cimahi No Hasil belajar Nilai Ratarata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 1 Siswa Kelas X IPS 1 73 2 Siswa Kelas X IPS 2 70 Jumlah 71,5 Sumber: Hasil Pra Penelitian diolah 75

4 Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran ekonomi di kelas X di SMA Pasundan 2 Kota Cimahi. Hal itu bisa terlihat dari hasil belajar siswa yang nilainya dibawah KKM rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran ekonomi ini di karenakan.beberapa faktor antara lain salah satunya kurang optimal dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran masih konvensional dan hal itu berdampak terhadap hasil belajar peserta didik yang masih kurang memuaskan. Berdasarkan hasil observasi diatas bahwa kegiatan pembelajaran berlangsung monoton, dalam proses pembelajaran mereka lebih senang memfokuskan diri dari pada kegiatan lain yang diluar kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol dengan teman sebangku, melamun sendirian, bermain Hp, dan lain-lain. Pembelajaran di SMA khusunya mata pelajaran ekonomi umumnya menggunakan metode yang kurang bervariasi sehingga siswa bosan dengan kegiatan pembelajaran, sehingga hasil brlajar siswa sangat rendah. Upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan meningkatkan hasil belajar siswa, guru dapat memilih alternatif model pembelajaran yang sesuai. Model kooperatif merupakan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangatlah berpengaruh terhadapkeberhasilan hasil belajar siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, seorang guru harus memilih model pembelajaran yang efektif, kreatif, dan inovatif agar siswa tertarik dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Think Pair Share (TPS). Tipe tipe Think Pair Share (TPS) merupakan teknik sederhana yang mempunyai keuntungan dapat mengoptimalkan partisipasi siswa dalam mengeluarkan pendapat, dan meningkatkan pengetahuan. Siswa meningkatkan daya pikir (thinking) terlebih dahulu, sebelum masuk ke dalam kelompok berpasangan (pairing), kemudian di bagi ke dalam kelompok (sharing). Pada tipe TPS setiap siswa saling berbagi ide, pemikiran atau informasi yang mereka

5 ketahui tentang permasalahan yang diberikan oleh guru, dan bersama-sama mencari solusinya. Hal ini dapat membuat siswa memecahkan permasalahan siswa. Maka di dalam tipe Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling bantu dibandingkan melakukan kegiatan diluar pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar siswa. Ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dalam penelitian ini dapat dilihat dari perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang di beri judul: Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (TPS) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Sub Tema Mengidentifikasi Kebutuhan Manusia) Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Kelas X IPS 2 SMA Pasundan 2 Kota Cimahi B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pembelajaran yang sering terjadi di kelas masih didominasi guru, sehingga pembelajaran yang dilakukan di kelas kurang efektif. 2. Hasil belajar siswa masih tergolong rendah sehingga banyaknya nilai siswa yang di bawah KKM. 3. Metode pembelajaran digunakan guru masih menggunakan metode konvensional atau ceramah sehingga siswa hanya sebagai pendengar tidak bisa aktif dalam proses pembelajaran. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

6 1. Apakah terdapat perbedaan pemahaman hasil belajar pesertadidik sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran think pair share pada kelas eksperimen di SMA 2 Pasundan Kota Cimahi? 2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta dididk sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran mengidentifikasi kebutuhan manusia pada kelas kontrol di SMA 2 Pasundan Kota Cimahi? 3. Seberapa besar peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pembelajaran mengidentifikasi kebutuhan manusia di SMA Pasundan 2 Kota Cimahi? D. Tujuan Peneltian Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan: 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemahaman hasil belajar pesertadidik sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran think pair share pada kelas eksperimen di SMA 2 Pasundan Kota Cimahi? 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemahaman hasil belajar peserta dididk sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran mengidentifikasi kebutuhan manusia pada kelas kontrol di SMA 2 Pasundan Kota Cimahi? 3. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pembelajaran mengidentifikasi kebutuhan manusia di SMA Pasundan 2 Kota Cimahi? E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama: 1. Manfaat praktis a. Bagi siswa Dengan menggunakan penerapan model pembelajaran tipe think pair share diharapkan peserta didik dapat meningkatkan kemampuan pemahaman belajar, meningkatkan keaktifan dan kemampuan berfikir serta meningkatkan hasil belajar peserta didik. Peserta didik pun semakin termotivasi untuk belajar karena partisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan suasa pembelajaran semakin variatif dan tidak monoton

7 b. Bagi guru Melalui penelitian ini guru dapat menerapkan model pembelajaran tipe think pair share dengan baik dan tepat dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran ekonomi dalam meningkatkan kemampuan berfikir kreatif serta dapat memberikan variasi pengajaran pembelajaran ekonomi. c. Bagi sekolah Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengadakan variasi metode pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa. d. Bagi peneliti Bagi peneliti penelitian ini berguna untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana peran penerapan model pembelajaran tipe think pair share terhadap hasil belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran ekonomi. 2. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian di bidang ilmu pendidikan ekonomi khususnya meningkatkan kualitas pendidikan melalui penggunaan model cooperative learning tipethink Pair Share dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. F. Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur variabel. Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memberikan kejelasan makna serta penegasan istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terkandung dalam penelitian. Definisi operasional terhadap judul penelitian sebagai berikut: 1. Penerapan Penerapan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011, hlm. 399) adalah proses, cara, perbuatan menerapkan atau mempraktikan.

8 2. Think Pair Share (TPS) Menurut Aris Soimin (2014, hlm. 208) Think Pair Share adalah suatu model pembelajarn kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Model ini memperkenalkan ide watu berpikir atau ide yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan. Pembelajaran kooperatif model Think Pair Share ini relative lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur waktu tempat duduk atau mengelompokan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman. 3. Hasil belajar Hasil Belajar menurut Sudjana (2016, hlm. 22) adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya Berdasarkan pengertian istilah di atas, maka yang di maksud dengan Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (TPS) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Sub Tema Bahasan Mengidentifikasi Kebutuhan Manusia) Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Kelas X SMA Pasundan 2 Kota Cimahi. Dalam penelitian ini adalah suatu usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa di dalam kelas pada mata pelajaran ekonomi melalui model belajar secara berkelompok dan setiap siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran seperti mendengarkan penjelasan guru, mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat dan lain-lain. Sehingga kegiatan belajar di dalam kelas tidak hanya terpusat pada guru dan dengan menggunakan metode ini dapat meningkatkan proses belajar yang lebih baik, efektif dan menyenangkan. G. Sistematika Skripsi Menurut buku panduan karya tulis ilmiah (2017, hlm. 25) Bagian ini memuat sistematika penulisan skripsi, yang menggambarkan kandungan setiap bab, urutan penulisan, serta hubungan antara satu bab dengan bab yang lainya dalam sebuah kerangka utuh skripsi.

9 1. Bab 1 Pendahuluan Menurut buku panduan penulisan karya tulis ilmiah (2017, hlm. 22) Pendahuluan bermaksud mengantarkan pembaca ke dalam pembahasan suatu masalah. Esensi dari bagian pendahuluan adalah pernyataan tentang masalah penelitian. a. Latar Belakang Masalah Menurut buku panduan karya tulis ilmiah (2017, hlm. 23) Bagian ini memaparkan konteks penelitian yang dilakukan. Peneliti harus dapat memberikan latar belakang mengenai topik atau isu yang di angkat dalam penelitian secara menarik sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi terkini. b. Identifikasi Masalah Menurut buku panduan karya tulis ilmiah (2017, hlm. 23) Tujuan identifikasi masalah yaitu agar peneliti mendapatkan sejumlah masalah yang berhubungan dengan judul penelitian yang ditunjukan oleh data empirik c. Rumusan Masalah Menurut buku panduan karya tulis ilmiah (2017, hlm. 23) Rumusan masalah merupakan pertanyaan umum tentang konsep atau fenomena spesifik yang di teliti d. Tujuan penelitian Menurut buku panduan karya tulis ilmiah (2017, hlm. 24) Rumusan tujuan peneitian memperlihatkan pernyataan hasil yang ingin dicapai peneliti setelah melakukan penelitian. Perumusan tujuan penelitian berkaitan dengan pernyataan rumusan masalah. e. Manfaat Penelitian Menurut buku panduan karya tulis ilmiah (2017, hlm. 24) Manfaat penelitian berfungsi untuk menegaskan kegunaan penelitan yang dapat diraih setelah penelitian berlangsung.

10 f. Definisi Operasional Menurut buku panduan karya tulis ilmiah (2017, hlm.25) Definisi operasional mengemukakan hal-hal sebagai berikut: 1) Pembatasan dari istilah-istilah yang diberlakukan dalam penelitian sehingga tercipta makna tunggal terhadap pemahaman permasalahan. 2) Penyimpulan terhadap pembatasan istilah dalam penelitian yang memperlihatkan makna penelitian sehingga mempermudah peneliti dalam memfokuskan pembahasan masalah. g. Sistematika Skripsi Menurut buku panduan karya tulis ilmiah (2017, hlm. 25) Bagian ini memuat sistematika penulisan skripsi, yang menggambarkan kandungan setiap bab, urutan penulisan, serta hubungan antara satu bab dengan bab yang lainya dalam sebuah kerangka utuh skripsi. 2. Bab II Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran Menurut buku panduan karya tulis ilmiah (2017, hlm. 25) menjelaskan tentang bab II kajian teori dan kerangka pemikiran sebagai berikut: Kajian teori berisi deskripsi teoretis yang memfokuskan kepada hasil kajian atas teori, konsep, kebijakan, peraturan yang ditunjang oleh hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan masalah penelitian. Melalui kajian teori peneliti merumuskan definisi konsep dan definisi operasional variabel. Kajian teori di lanjutkan dengan perumusan kerangka pemikiran yang menjelaskan keterkaitan dari variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian. 3. Bab III Metode Penelitian Menurut buku panduan karya tulis ilmiah (2017, hlm. 27) Bab ini menjelaskan secara sistematis dan terperinci langkah-langkah dan cara yang digunakan dalam menjawab permasalahan dan meperoleh simpulan. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Menurut buku panduan karya tulis ilmiah (2017, hlm. 30) Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni (1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai

11 dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertayaan penelitian yang telah dirumuskan. 5. Bab V Simpulan dan Saran Menurut buku panduan karya tuliis ilmiah (2017, hlm. 32) menjelaskan tentang bab v simpulan dan saran sebagai berikut: Simpulan merupakan uraian yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap analisi hasil penelitian. Simpulan harus enjawab rumusan masalah atau pernyataan peneitian. Oleh karena itu, pada bagian simpulan disajikan pemaknaan peneliti terhadap semua hasil dan temuan penelitian. Penulisan simpulan dapat dilakukan dengan menggnakan salah satu cara dari dua cara berikut, yaitu simpulan butir demi butir, atau dengan cara uraian padat. Untuk memudahkan penulisan simpulan, peneliti dapat merumuskannya sebanyak butir-butir rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Saran merupakan rekomendasi yang ditujukan kepada para pembuat kebijakan, pengguna, atau kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya, dan kepada pemecah masalah dilapangan atau follow up dari hasil penelitian.

12