DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMELIHARAAN KEBUDAYAAN LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BERBAHASA DAN BERPAKAIAN MELAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BAHASA DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELINDUNGAN, PEMBINAAN, DAN PENGEMBANGAN BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 90 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Revitalisasi. Aktualisasi. Nilai-Nilai Pancasila.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGUATAN KESETIAKAWANAN SOSIAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 089 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 29 TAHUN 2004 T E N T A N G

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 69 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB BACA TULIS AL-QUR AN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURABAYA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 7 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG :

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN KABUPATEN BELITUNG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN BUPATI MADIUN,

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESENIAN DI KOTA BANJAR

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KELEMBAGAAN MASYARAKAT ADAT LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 33

BUPATI KAUR PROPINSI BENGKULU

NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN LEMBAGA KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MPENAJAM PASER UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : 42 TAHUN 2009 NOMOR : 40 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 42 Tahun 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PROMOSI PARIWISATA JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 44 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 78 TAHUN 2016

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0157 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG

ATURAN PENGGUNAAN. Pasal 26: Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam peraturan perundangundangan

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENYULUHAN PERIKANAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 75 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

4. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah mengenai kerja sama luar negeri di bidang kebudayaan skala daerah.

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PEMELIHARAAN BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat a. bahwa bahasa, sastra, dan aksara daerah merupakan unsur kebudayaan Daerah dan bagian dari kebudayaan nasional yang berperan dalam mengangkat martabat dan peradaban bangsa; b. bahwa dalam upaya perlindungan, pengembangan, pemberdayaan, dan pemanfaatan bahasa, sastra, dan aksara daerah sebagai unsur utama kebudayaan Daerah, telah ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah; c. bahwa untuk lebih meningkatkan upaya perlindungan, pengembangan, pemberdayaan, dan pemanfaatan bahasa, sastra, dan aksara daerah sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf b, perlu dilakukan perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat; 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5035); 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5554); 9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 Nomor 5 Seri E); 10. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Penyelengaraan Pendidikan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 7 Seri E); 11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 46); 12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 117); 2

13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pelestarian Warisan Budaya Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2012 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 125); 3 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH JAWA BARAT dan GUBERNUR JAWA BARAT MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PEMELIHARAAN BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA DAERAH. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 Nomor 5 Seri E), diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 1 angka 2, angka 4, angka 5, angka 7, dan angka 8 diubah dan diantara angka 2 dan angka 3 disisipkan angka 2a, sehingga berbunyi sebagai berikut: 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah. sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2a. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang selanjutnya disebut Badan adalah lembaga kebahasaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri yang mempunyai tugas melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra Indonesia. 4. Dinas Pendidikan adalah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. 5. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. 7. Bahasa Daerah adalah bahasa yang digunakan secara turuntemurun oleh warga negara Indonesia di daerah-daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 8. Sastra Daerah adalah karya kreatif yang berisi pemikiran, pengalaman, dan penghayatan atas kehidupan yang diungkap secara estetis dalam bahasa daerah, tinjauan kritis atas karya sastra dalam bahasa daerah, atau tinjauan kritis atas karya sastra daerah..

2. Judul BAB II dan ketentuan Pasal 2 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: BAB II MAKSUD,TUJUAN, DAN SASARAN Pasal2 Peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk melakukan upaya pemeliharaan berupa perlindungan, pengembangan, pemberdayaan, dan pemanfaatan potensi bahasa, sastra dan aksara daerah. 4 3. Diantara Pasal 2 dan Pasal 3 disisipkan Pasal 2a, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal2a Tujuan pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah adalah: a. menetapkan keberadaan dan kesinambungan penggunaan bahasa, sastra, dan aksara daerah sehingga menjadi faktor pendukung bagi tumbuhnya jatidiri dan kebanggaan Daerah; b. menetapkan kedudukan dan fungsi bahasa, sastra, dan aksara daerah; c. melindungi, mengembangkan, memberdayakan, memanfaatkan bahasa, sastra, dan aksara daerah merupakan unsur utama kebudayaan Daerah yang gilirannya menunjang kebudayaan nasional; dan yang pada d. meningkatkan mutu dan pembiasaan penggunaan bahasa, sastra, dan aksara daerah; e. memfungsikan bahasa daerah sebagai pembentuk kepribadian suku bangsa, peneguh jati diri kedaerahan, sarana pengungkapan serta pengembangan sastra dan budaya Daerah dalam bingkai ke-indonesiaan, sarana komunikasi dalam keluarga dan masyarakat Daerah, bahasa media massa lokal, sarana pendukung bahasa Indonesia, dan sumber pengembangan bahasa Indonesia. 4. Ketentuan Pasal 3 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal3 Sasaran pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah adalah: a. pembiasaan penggunaan bahasa Daerah di lembaga pemerintahan dan masyarakat; b. terwujudnya peranserta lembaga masyarakat dalam upaya pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara Daerah; c. terwujudnya kehidupan berbahasa daerah yang lebih bermutu dan digunakan secara luas; d. terwujudnya kebanggaan masyarakat terhadap bahasa, sastra, dan aksara Daerah; dan e. terwujudnya pendidikan bahasa, sastra, dan aksara Daerah di seluruh jalur dan jenjang pendidikan. 5. Diantara BAB II dan BAB III disisipkan BAB IIA dan diantara Pasal 3 dan Pasal 4 disisipkan Pasal 3a, sehingga berbunyi sebagai berikut:

BAB IIA Kedudukan Pasal3a Pengaturan mengenai pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah berkedudukan sebagai: a. acuan dalam penetapan kebijakan di bidang pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah; b. pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah; dan c. pedoman bagi Kabupaten/Kota dalam penetapan Peraturan Daerah dan/atau kebijakan di bidang pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah. 5 6. Ketentuan Pasal 4 ayat (2) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:. (2) Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 7. Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 5 (1) Gubernur memiliki kewenangan dalam mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa, sastra, dan aksara daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Daerah. (2) Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan berkoordinasi dengan lembaga kebahasaan yang ada di Daerah. (3) Gubernur melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melalui: a. penyelenggaraan pelatihan danlatau penataran bahasa, sastra, dan aksara daerah; b. penetapan penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar bagi kepentingan pendidikan dan di berbagai bidang kehidupan masyarakat; dan c. penetapan bahasa daerah sebagai bahasa resmi kedua di samping bahasa Indonesia dalam pelaksanaan tugas Pemerintah Daerah. 8. Diantara Pasal 5 dan Pasal 6, disisipkan Pasal 5a, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal5a Ruang lingkup pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah meliputi: a. penyelenggaraan pendidikan di seluruh jalur dan jenjang pendidikan; b. penyediaan bahan-bahan pengajaran diseluruh jalur dan jenjang pendidikan, serta bahan-bahan bacaan untuk perpustakaan;

c. penyelenggaraan pelatihan, penataran, seminar, lokakarya, diskusi, apresiasi, dan kegiatan sejenisnya; d. penyelenggaraan sayembara bagi siswa, guru, dan masyarakat; e. penyelenggaraan penelitian dan sistem pengajarannya, serta penyebarluasan hasilnya; f. penyelenggaraan kongres bahasa daerah secara periodik setiap empat tahun; g. pemberian penghargaan untuk karya bahasa dan sastra daerah terpilih, serta penghargaan bagi bahasawan, sastrawan, dan peneliti unggulan; h. sosialisasi aksara daerah; 1. penyediaan fasilitas bagi kelompok-kelompok studi bahasa, sastra, dan aksara daerah; J. pemberdayaan dan pemanfaatan media massa baik cetak mapun elektronik dalam bahasa daerah; k. pengelolaan sistem komunikasi, dokumentasi, dan informasi tentang bahasa, sastra, dan aksara daerah; 1. penggunaan bahasa dan sastra daerah dalam dakwah dan ceramah keagamaan; m. penerjemahan publikasi ilmu pengetahuan dan teknologi dari bahasa asing ke dalam bahasa daerah dan sebaliknya; dan n. pemikiran dan perintisan pengadaan sarana teknologi yang menunjang. 9. Ketentuan Pasal 7 diubah dan ditambah Pasal 7a dan 7b, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 7 (1) Pemerintah Daerah mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah berdasarkan kebijakan nasional. (2) Dalam mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra daerah. (3) Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, berkoordinasi dengan Badan. (4) Pemerintah Daerah memfasilitasi penggunaan bahasa daerah melalui: a. penerbitan buku-buku berbahasa daerah; b. penyelenggaraan kegiatan seni dan budaya daerah; c. pembentukan danjatau pemberdayaan lembaga adat daerah; dan d. penyelenggaraan pertemuan dalam rangka pelestarian bahasa daerah. 6

Pasal 7a (1) Pelindungan bahasa daerah dilakukan untuk mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa daerah sebagai pembentuk kepribadian suku bangsa, peneguh jati diri kedaerahan, dan sarana pengungkapan serta pengembangan sastra dan budaya Daerah. (2) Pelindungan bahasa daerah dilakukan melalui: a. pendidikan; b. penggalian potensi bahasa; c. pengaksaraan; d. pendataan; e. pendaftaran; f. revitalisasi penggunaan bahasa daerah; g. pendokumentasian; dan h. publikasi. (3) Pengaksaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan dengan menggunakan aksara Indonesia atau mengadaptasi aksara daerah lain yang serumpun. (4) Pemerintah Daerah, masyarakat, atau pihak lain yang berkepentingan memberikan masukan kepada Badan dengan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 7b (1) Pelindungan sastra daerah dilakukan untuk. mempertahankan fungsi sastra daerah sebagai: a. pengenalan, penumbuhan, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai kedaerahan; b. penyadaran dan penumbuhan sikap serta penghalusan perasaan dan budi pekerti; c. pengungkapan budaya daerah dan kearifan lokal; d. peneguhan jati diri daerah dan penumbuh solidaritas kemanusiaan; dan e. pengungkapan wawasan kedaerahan. (2) Pelindungan sastra daerah dilakukan melalui: a. pendidikan; b. penelitian; c. pendataan; d. pendaftaran; e. transkripsi; f. transliterasi; g. penerjemahan; h. penyaduran; 1. pengalihwahanaan; j. aktualisasi; dan k. publikasi. (3) Pemerintah Daerah, masyarakat, atau pihak lain yang berkepentingan memberikan masukan kepada Badan dengan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 7

10.Ketentuan Pasal 8 ayat (2) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: (2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan: a. mendirikan perkumpulan bahasa, sastra, dan aksara daerah; b. menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan bermasyarakat; c. turut serta dalam kongres bahasa daerah yang dise1enggarakan oleh Pemerintah Daerah secara periodik; d. berpartisipasi dalam pelatihan, penataran, seminar, lokakarya, diskusi, dan kegiatan sejenisnya yang dise1enggarakan oleh Pemerintah Daerah; dan/atau e. berpartisipasi dalam sayembara bahasa, sastra, dan aksara daerah 8 11.Ketentuan Pasal 9 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal9 (1) Pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah dilaksanakan melalui strategi: a. mengharuskan Aparatur Sipil Negara di lingkungan Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk berbahasa menggunakan bahasa daerah disamping bahasa Indonesia; b. mendorong dan memfasilitasi lembaga masyarakat dalam pemeliharaan, pengembangan, dan pemanfaatan bahasa, sastra, dan aksara daerah; c. menetapkan penggunaan bahasa, sastra, dan aksara daerah dalam media publikasi baik milik Pemerintah Daerah dan swasta; d. memberikan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah menunjukkan upaya-upaya pemeliharaan, pengembangan, dan pemanfaatan bahasa, sastra, dan aksara daerah; e. meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga pengajar bahasa daerah; f. melengkapi dan menyempurnakan komponen pembelajaran, bahan, dan metode pengajaran bahasa, sastra, dan aksara daerah; g. menjadikan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar paling kurang hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)/sederajat untuk mata pelajaran tertentu; h. memfasilitasi pembentukan program studi/konsentrasi pendidikan bahasa dan sastra daerah; dan/atau i. memfasilitasi penyelenggaraan media massa cetak maupun elektronik berbahasa daerah. (2) Penetapan pemberian penghargaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf d, ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan strategi pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Peraturan Gubernur.

12. Judul BAB VII dan Ketentuan Pasal 10 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasa! 10 (1) Pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Gubernur. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur. 13. Ketentuan Pasa! 13 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal13 Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus sudah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya Peraturan Daerah ini. Pasal II Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya da!am Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat. 9 Ditetapkan di Bandung ~::J,al:l:l:l:i~ tanggal 10 Sept ember 2014 ~"illl~~~ R JAWA BARAT, Diundangkan di Bandung pada tangga! 11 September 2014 DAERAH PROVINSI :;.:.:.~~~ BA-RAT, ;. LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014 NOM0R1 4 SERI E NOIlEG PERATURAN IlAERAH PllOvlllSI JAm. llarlti (9/2014)

." 1 PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PEMELIHARAAN BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA DAERAH 1. Umum Bahasa, sastra, dan aksara daerah merupakan unsur kebudayaan Daerah dan bagian dari kebudayaan nasional yang berperan dalam mengangkat martabat dan peradaban bangsa. Bahasa daerah merupakan bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara Indonesia di daerah-daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun sastra daerah adalah karya kreatif yang berisi pemikiran, pengalaman, dan penghayatan atas kehidupan yang diungkap secara estetis dalam bahasa daerah, tinjauan kritis atas karya sastra dalam bahasa daerah, atau tinjauan kritis atas karya sastra daerah. Sedangkan aksara daerah merupakan sistem ortografi hasil masyarakat daerah yang meliputi aksara dan sistem pengaksaraan untuk menuliskan bahasa daerah. Dalam upaya memelihara dan melestarikan bahasa, sastra, dan aksara daerah, Pemerintah Daerah telah menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003. Namun demikian, upaya pemeliharaan berupa perlindungan, pengembangan, pemberdayaan, dan pemanfaatan potensi bahasa, sastra dan aksara Daerah perlu terus didorong dengan pengaturan kebijakan yang tepat dan terarah, yang dituangkan dalam Peraturan Daerah. Untuk itu, perlu dilakukan perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah. II. PASAL DEMI PASAL PasalI Angka 1 angka 2 angka 2a angka 4 angka 5 Dalam hal 1m Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat bertanggung jawab di bidang pendidikan dan pengajaran bahasa, sastra dan aksara daerah. Dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat bertanggung jawab di bidang pemeliharaan bahasa, sastra dan aksara daerah.

" 2 Angka 2 Angka 3 Angka 4 Angka 5 Angka 6 Angka 7 Angka 8 angka 7 angka 8 Hurufa Hurufb Hurufc Hurufd Hurufe Yang dimaksud dengan "kehidupan berbahasa daerah" adalah kehidupan berbahasa daerah yang baik, benar, dan santun s\-rta digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat di Daerah. Pasal5a Ruang lingkup pemeliharaan yang dimaksud dalam pasal ini merupakan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun program-program kegiatan pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara Daerah beserta penetapan kebijakan pengganggarannya. Hurufa Jalur Pendidikan merupakan pendidikan formal, informal, dan non formal.

Hurufb Adapun pendidikan non formal adalah jalur pendidikan yang tidak berdasarkan kurikulum yang dibuat Pemerintah, tetapi dibuat oleh lembaga-iembaga non pemerintah misalnya kursus mengarangjmenulis, kursus berpidato, kursus menterjemahkan dan sebagainya. Jenjang pendidikan yang ditetapkan Pemerintah meliputi jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi. 3 Angka 9 H~rufc Hurufd Hurufe Huruff Huruf g Hurufh Hurufi Hurufj Hurufk Hurufl Hurufm Hurufn Yang dimaksud dengan "Sayembara" adalah kegiatan berupa perlombaan atau kompetisi bahasa, sastra, dan aksara Daerah. kegiatandi bidang

,. Angka 10 Angka 11 Pasal 8 Pasal9 Yang dimaksud dengan "Peran Masyarakat" adalah partisipasi aktif sebagai mitra kerja Pemerintah Daerah baik sebagai mitra kerja pemikir, mitra kerja pelaksana dan mitra kerja penyuluh. Peran masyarakat tersebut diwujudkan melalui: a. lingkungan keluarga; b. lingkungan pendidikan; c. lingkungan institusi Pemerintah Daerah; d. lingkungan kesenian; e. lingkungan keagamaan; dan f. lingkungan organisasi profesi dan sebagainya. Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Hurufb Hurufc Hurufd Hurufe Huruff Huruf g Hurufh Huruf i Yang dimaksud dengan "Mata pelajaran tertentu" adalah mata pelajaran selain mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa asing, sejarah, dan pendidikan kewarganegaraan., Ayat (3) 4 Angka 12

" 5 Angka 13 Pasal II TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 173