II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Hal ini sesuai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Becker dan Shimada (1997: 1) mengungkapkan bahwa we propose to call problem

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

Penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

konstribusi yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan manusia semakin meningkat (Burns dan Bottino, 1989). Namun sangat disayangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan. untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat,

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

PENDIDIKAN IPS: UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

BAB II KAJIAN TEORETIK. memiliki ide atau opini mengenai sesuatu (Sudarma, 2013). Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1)

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar

BAB I PENDAHULUAN. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nina Indriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

I. PENDAHULUAN. berkualitas dan satu satunya wadah yang berfungsi sebagai alat untuk. membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian. Selain itu, menurut McGregor (2007), berpikir kreatif adalah berpikir yang mengarah pada pemerolehan wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru dalam memahami sesuatu. Sementara Martin dalam Mahmudi (2010) mengemukakan kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk. Lebih lanjut, Harvey dalam Santoso (2007) mengemukakan berpikir kreatif merupakan kemampuan menggali dan mengumpulkan gagasan-gagasan baru yang asing bagi kebanyakan orang atau kemampuan merancang kembali gagasan-gagasan lama dan menempatkannya ke dalam ide-ide yang baru. Menurut Ghufron dan Risnawita (2010): Kreativitas adalah prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan bahan, informasi, data, atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan.

8 Dapat disimpulkan kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir dalam memahami sesuatu, menghasilkan ide dalam cara yang baru, dan menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, serta memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Ciri-ciri berpikir kreatif ada 2 (dua), yaitu ciri-ciri kognitif kreatif dan ciri-ciri afektif. Menurut Williams dalam Munandar (1987), ciri-ciri kognitif berpikir kreatif adalah: a. Keterampilan berpikir lancar (fluency), definisi: mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban; b. Keterampilan berpikir luwes (fleksibility), definisi: menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran; c. Keterampilan berpikir original (kebaharuan), definisi: mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur; d. Keterampilan memperinci (mengelaborasi), definisi: mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga lebih menarik; e. Keterampilan menilai (mengevaluasi): menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat atau

suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya. 9 Beberapa ahli telah mengembangkan instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis, seperti Balka dan Torrance (Silver, 1997). Balka mengembangkan instrumen Creative Ability Mathematical Test (CAMT) dan Torrence mengembangkan instrumen Torrance Test of Creative Thinking (TTCT). Kedua instrumen ini berupa tugas membuat soal matematika berdasarkan informasi yang terdapat pada soal terkait situasi sehari-hari yang diberikan. Tes ini mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis, yaitu kelancaran, keluwesan, dan kebaruan. Aspek kelancaran berkaitan dengan banyaknya pertanyaan relevan. Aspek keluwesan berkaitan dengan banyaknya ragam atau jenis pertanyaan. Sedangkan aspek kebaruan berkaitan dengan keunikan atau seberapa jarang suatu jenis pertanyaan. Dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan untuk melihat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah: a. Sensitivy (kepekaan), yaitu kemampuan siswa mendeteksi pernyataan atau pertanyaan serta memberikan jawaban dengan benar dan lengkap dalam memecahkan masalah. Kemampuan sensitivy dalam memecahkan masalah terlihat dari siswa dapat membuat apa yang diketahui, ditanya dari pertanyaan yang diberikan dan siswa dapat menyelesaikan masalah yang diberikan dengan benar dan lengkap. b. Kelancaran merupakan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan lancar dan benar.

10 c. Elaborasi (memperinci) merupakan kemampuan siswa dalam memberikan jawaban benar dan rinci dalam memecahkan masalah. Kemampuan elaborasi dalam memecahkan masalah terlihat dari siswa memberikan jawaban yang disertai perincian yang jelas atau terlihat dari siswa dapat mengembangkan (memperkaya) gagasan suatu jawaban soal. d. Fleksibilitas merupakan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dalam berbagai cara yang berbeda dan benar. e. Kebaharuan merupakan kemampuan siswa dalam membuat berbagai jawaban yang lain dari yang sudah biasa dan jawabannya benar dalam memecahkan masalah. 2. Pengertian Pembelajaran Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Dalam dunia pendidikan, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Hamalik (2005), belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Pembelajaran menjadi bermakna jika peserta didik belajar dari pengalamannya. Pendapat ini sesuai pendapat Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI (2007) bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 11 Menurut Komalasari (2010) pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Selain itu, Gora dan Sunarto (2010) mengemukakan pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah. Sementara siswa harus aktif mencari informasi, memecahkan masalah, mengemukakan gagasan, dan berlatih agar mempunyai kemampuan baru yang bersifat permanen. Sedangkan menurut Chatib (2009) pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Ada dua pihak yang harus bekerja sama apabila proses pembelajaran ingin berhasil. Proses transfer pengetahuan dalam pembelajaran akan berhasil apabila waktu terlama difokuskan pada kondisi siswa beraktivitas, bukan pada kondisi guru mengajar. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses yang sudah direncanakan untuk membelajarkan siswa dengan cara guru melaksanakan pembelajaran dan siswa beraktivitas sehingga mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

12 3. Pengertian Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Investigasi kelompok dikembangkan oleh Sholomo dan Sharon di Universitas Tel Aviv (Slavin, 1995). Investigasi Kelompok adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari kemampuan dan latar belakang, baik dari segi jenis kelamin, suku, dan agama, untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik (Eggen & Kauchak, 1998). Sedangkan menurut Sharan dan Sharan dalam Slavin (1995), investigasi kelompok merupakan suatu perencanaan pengorganisasian kelas secara umum dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan inkuiri kooperatif, diskusi kelompok, dan perencanaan kooperatif dan proyek. Dalam metode ini, guru membentuk kelompok siswa yang terdiri dari dua sampai enam anak. Langkah selanjutnya adalah membagi tugas-tugas menjadi tugas individu yang berbeda, dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Masing-masing kelompok kemudian mempresentasikan penemuannya di depan kelas. Walaupun agak sulit dilakukan, cooperative learning model investigasi kelompok ini perlu diterapkan. Winataputra (2001) menjelaskan bahwa model investigasi kelompok memiliki konsep pengalaman belajar siswa dalam memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah secara berkelompok dengan bertukar ide atau pendapat melalui proses saling berargumentasi. Menurut Slavin (2008) dalam investigasi kelompok, para siswa bekerja melalui enam tahap. Enam tahapan dalam investigasi kelompok, yaitu: (1) mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok, (2) merencanakan

13 tugas yang akan dipelajari. Siswa merencanakan cara mempelajarinya dan melakukan pembagian tugas, (3) melaksanakan investigasi. Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan, (4) menyiapkan laporan akhir. Siswa mencatat poin-poin penting untuk dipresentasikan, (5) mempresentasikan laporan akhir, (6) evaluasi. Setiawan (2006) mendeskripsikan peranan guru dalam pembelajaran GI sebagai berikut: (1) memberikan informasi dan instruksi yang jelas, (2) memberikan bimbingan seperlunya dengan menggali pengetahuan siswa yang menunjang pada pemecahan masalah, (3) memberikan dorongan sehingga siswa lebih termotivasi, (4) menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh siswa, dan (5) memimpin diskusi pada pengambilan kesimpulan akhir. Menurut Setiawan (2006), kelebihan dari pembelajaran investigasi kelompok diantaranya: (1) dapat bekerja secara bebas selama proses pembelajaran, (2) memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif, (3) meningkatkan rasa percaya diri, (4) melatih siswa untuk belajar memecahkan suatu masalah, (5) memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, dan (6) belajar menghargai pendapat orang lain. Sedangkan kelemahannya adalah (1) sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan, (2) sulit memberikan penilaian secara personal, (3) tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran ini, dan (4) siswa yang malas menjadi pasif dan akan memengaruhi kelompoknya sehingga usaha kelompokya gagal. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model investigasi kelompok adalah model yang memberikan kesempatan kepada siswa secara

14 berkelompok menentukan topik, merencanakan cara mempelajari topik tersebut, melakukan investigasi, menyiapkan laporan akhir, dan mempresentasikan laporan akhir, serta melakukan evaluasi. 4. Pembelajaran Konvensional Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru seperti metode ceramah, tanya jawab, dan latihan soal. Menurut Djamarah (2002) metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori adalah kegiatan belajar yang bersifat menerima, guru berperan lebih aktif dan siswa berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan kegiatan pengolahan bahan, karena hanya menerima bahan ajaran yang disampaikan oleh guru (Ibrahim, 1991). Sanjaya (2007) menjelaskan beberapa kelebihan dan kelemahan pembelajaran konvensional. Adapun kelebihan model pembelajaran konvensional adalah (1) guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, (2) dianggap sangat efektif apabila materi yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara waktu untuk belajar terbatas, (3) dapat digunakan untuk jumlah siswa yang besar,

(4) selain melatih pendengaran, dapat melatih penglihatan (melalui pelaksanaan 15 demonstrasi). Sedangkan kelemahan metode ceramah antara lain: (1) dapat berlangsung dengan baik apabila siswa memiliki kemampuan mendengar dan menyimak yang baik, (2) tidak dapat melayani perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, bakat, serta gaya belajar, (3) komunikasi lebih banyak terjadi satu arah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta didik yang bersifat menerima, guru berperan lebih aktif dan siswa lebih pasif. B. Kerangka Pikir Pembelajaran merupakan proses yang sudah direncanakan untuk membelajarkan siswa dengan cara guru mengajar dan siswa beraktivitas sehingga mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan dan materi ajar akan membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah model pembelajaran investigasi kelompok. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran investigasi kelompok diawali dengan pembentukan kelompok dan mengidentifikasi topik. Pembentukan kelompok bersifat heterogen agar siswa yang pandai dapat membantu siswa yang lemah dalam matematika untuk memahami materi yang dipelajari. Siswa dalam kelompok memilih topik berdasarkan ketertarikan siswa terhadap topik

yang dipelajari sehingga menimbulkan motivasi untuk mempelajarinya lebih mendalam. Setiap siswa menyelidiki topik dengan mengumpulkan informasi dan 16 menganalisisnya sampai menghasilkan suatu kesimpulan. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif matematis terjadi ketika siswa berpikir secara mandiri dalam mengolah informasi yang didapat untuk menghasilkan kesimpulan. Setelah siswa mendapatkan kesimpulan dari materi yang diselidiki, perlu dilakukan latihan soal. Jenis soal-soal latihan yang diberikan haruslah jenis soal non rutin. Soal-soal non rutin mengharuskan siswa untuk berpikir kreatif dalam mengumpulkan informasi dan menganalisisnya. Sebagai hasilnya, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berkembang. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru dan siswa sebagai penerima informasi. Pembelajaran ini mempunyai beberapa tahapan. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi pelajaran dengan ceramah dan siswa memperhatikan dan mencatat penjelasan guru. Dalam hal ini, siswa kurang berperan aktif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Kemudian guru memberikan contoh soal dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada materi yang kurang jelas. Setelah itu, guru memberikan latihan soal-soal rutin, membahasnya, dan memberikan pekerjaan rumah. Pada pembelajaran ini, siswa bersifat pasif. Guru tidak memberikan fasilitas agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran investigasi kelompok menuntut siswa untuk berpikir secara mandiri, analitis, kritis, dan kreatif sehingga

kemampuan berpikir kreatif siswa lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan model konvensional. 17 C. Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: a. Seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. b. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa selain model pembelajaran investigasi kelompok dan pembelajaran konvensional dianggap memberi kontribusi yang sama. D. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Umum Penerapan model pembelajaran investigasi kelompok berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung. 2. Hipotesis Kerja Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.