BAB I PENDAHULUAN Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

: ISNAINI MARATUS SHOLIHAH NIM K

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 1 Januari 2012 Halaman 31-39

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

: FETI UTAMININGSIH NIMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hilman Imadul Umam, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

: FARID YULIYADI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik dengan tujuan membentuk kepribadian unggul, yaitu kepribadian yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I. teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam mengembangkan. ketajaman berpikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam dunia pendidikan dan juga dalam dunia nyata. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. (2015:7) yang menjelaskan pengertian dari pembelajaran sebagai berikut.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Diajukan Oleh: RATIH ROSARI A

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. A. Simpulan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan satu jenis kecerdasan saja, karena kecerdasan merupakan kumpulan kepingan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses panjang dan berkelanjutan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

METAKOGNISI. Wahyu Rahardjo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI PERTANYAAN-PERTANYAAN INOVATIF PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN (PTK

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data, maka pada bab ini akan. Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, pendidikan merupakan ujung tombak pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Hal ini tanpa disadari telah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap setiap siswa akan berbeda dan bervariasi. Tidak setiap siswa

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan Sumber daya insani yang sangat diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia khususnya pembelajaran matematika harus. informasi, serta kemampuan memecahkan masalah.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah metakognisi pertama kali dikemukakan oleh Flavell pada tahun 1976. Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing about knowing, yaitu pengetahuan tentang pengetahuan. Hal yang senada juga dikemukakan oleh Schoenfeld (1992), mendefinisikan metakognisi sebagai pemikiran tentang pemikiran sendiri yang merupakan interaksi antara tiga aspek penting yaitu pengetahuan tentang proses berpikir sendiri, pengontrolan atau pengaturan diri, serta keyakinan dan intuisi. Siswa perlu memiliki keterampilan memantau proses berfikirnya untuk mencapai keberhasilan dalam memecahkan masalah. Sebagai individu yang berbeda, siswa memiliki strategi belajar yang berbeda, karena gaya belajar setiap siswa berbeda. Siswa memerlukan strategi belajar yang sesuai dengan kemampuan untuk berfikirnya, sehingga akan mengetahui kemampuan metakognisi dalam diri. Dari kemampuan metakognisi tersebut, siswa mampu menemukan gaya kognitif yang sesuai dengan karakter dalam menyelesaikan proses belajarnya. Menurut Flavell dalam Scraw (1994), kemampuan metakognisi terdiri atas dua komponen, yaitu pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge) dan pengalaman atau regulasi metakognisi (metacognitive experiences or regulation). Pengetahuan metakognisi mengacu pada bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan yang dapat digunakan orang tersebut untuk 1

2 mengontrol proses kognitifnya. Pengetahuan ini terdiri atas tiga aspek yaitu pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan kondisional. Regulasi metakognisi merujuk kepada cara untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses berfikir dan pembelajaran yang berlaku. Kecerdasan merupakan kemampuan memecahkan masalah dan menciptakan kreativitas. Kecerdasan dapat digolongkan dalam delapan jenis (teori multiple intelegences) yaitu kecerdasan verbal-linguistik, visual-spasial, logis-matematis, musik, kinestetis, intrapersonal, interpersonal dan naturalis. Dari delapan jenis kecerdasan tersebut, masing-masing individu hanya memiliki beberapa jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan secara optimal (Gardner, 2003). Berbagai jenis kecerdasan tersebut tidak beroperasi sendirisendiri, tetapi dapat digunakan pada waktu yang bersamaan dan cenderung saling melengkapi satu sama lain saat seseorang memecahkan suatu masalah, begitu pula saat menyelesaikan proses pembelajaran, berbagai jenis kecerdasan tersebut dapat saling melengkapi. Siswa dituntut untuk memiliki kemampuan berinteraksi dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Hal ini melibatkan interaksi yang baik antara siswa dengan guru dan antar siswa sendiri dalam kelompok belajar. Interaksi tersebut dapat ditinjau dari kemampuan intrapersonal dan kemampuan interpersonal siswa. Olivia (2009) mengemukakan bahwa melalui kecerdasan intrapersonal siswa mampu mengenal dan mengidentifikasi emosi juga keinginannya, disiplin diri, serta mengembangkan diri, sedangkan Arifin dalam Sholihah (2012) menemukan bahwa melalui kecerdasan interpersonal siswa

3 mampu mengkomunikasikan secara efektif ide yang dimiliki kepada siswa lainnya, maka kedua kecerdasan tersebut memiliki hubungan cukup erat yang saling melengkapi. Kemampuan metakognisi yang berkembang dengan baik membuat siswa mampu menyadari kekuatan dan kelemahannya dalam belajar. Kemampuan metakognisi sangat penting dimiliki oleh setiap siswa terutama untuk kesuksesan belajar biologi, mengingat pembelajaran biologi tidak hanya dipahami dengan teori saja, melainkan ada sebagian materi yang dipraktekkan sehingga menuntut siswa untuk berpikir kritis, logis, analitis, sistematis dan secara alamiah dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi. Siswa perlu melakukan perencanaan belajar, mengelola kecakapan berpikir, memantau proses belajarnya dan melihat kelemahannya dalam belajar, karena hal tersebut membantu siswa untuk belajar dan berpikir menjadi lebih efektif dan efisien dalam memahami materi-materi biologi. Berdasarkan penelitian Ikhsan Dwi Setyono (2008), bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan intrapersonal terhadap prestasi belajar matematika siswa SMA Negeri 1 Nogosari Boyolali. Demikian pula menurut hasil penelitian Isnaini Maratus Sholihah (2012), bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan metakognisi dengan hasil belajar kognitif biologi serta hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan interpersonal dengan hasil belajar kognitif biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Feti Utaminingsih (2012), bahwa ada hubungan

4 antara kemampuan metakognisi, kesiapan belajar, dan motivasi berprestasi dengan hasil belajar kognitif biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Sukoharjo. Pembelajaran biologi menekankan adanya kemampuan untuk berpikir kritis, logis, analitis, sistematis dan kemampuan memecahkan masalah serta menciptakan kreativitas dan bekerjasama atau berinteraksi yang baik. Kemampuan yang diperlukan oleh siswa dalam pembelajaran biologi adalah kemampuan metakognisi dan kemampuan berinteraksi yang meliputi kemampuan intrapersonal dan kemampuan interpersonal. Setiap pembelajaran tidak terlepas dari evaluasi pencapaian hasil belajar. Evaluasi pencapaian hasil belajar mencakup tujuan kognitif dan proses kognitif. Namun, biasanya guru hanya mengevaluasi dari tujuan kognitifnya saja. Padahal evaluasi proses kognitif juga penting diperhatikan agar membantu siswa mengembangkan keterampilan metakognisi saat pembelajaran di kelas. Dengan guru menelaah kemampuan-kemampuan yang dimilki setiap siswa, diharapkan menjadi tolak ukur guru dalam mengevaluasi pencapaian hasil belajar dari dimensi proses kognitif sehingga diketahui keterampilan metakognisi setiap siswa. Untuk mengetahui bagaimana keterampilan metakognisi biologi berdasarkan kemampuan metakognisi dan kemampuan berinteraksi siswa maka akan dilakukan penelitian tentang KETERAMPILAN METAKOGNISI BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN METAKOGNISI, KEMAMPUAN INTRAPERSONAL DAN KEMAMPUAN

5 INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu : 1. Bagaimana keterampilan metakognisi pembelajaran biologi ditinjau dari kemampuan metakognisi siswa? 2. Bagaimana keterampilan metakognisi pembelajaran biologi ditinjau dari kemampuan intrapersonal dan kemampuan interpersonal siswa? C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memiliki beberapa tujuan, yaitu : 1. Untuk mendeskripsikan keterampilan metakognisi pembelajaran biologi ditinjau dari kemampuan metakognisi siswa. 2. Untuk mendeskripsikan keterampilan metakognisi pembelajaran biologi ditinjau dari kemampuan interpersonal siswa. 3. Untuk mendeskripsikan keterampilan metakognisi pembelajaran biologi ditinjau dari kemampuan interpersonal siswa.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Memperoleh teori baru mengenai kemampuan metakognisi, kemampuan intrapersonal dan kemampuan interpersonal siswa. b. Sebagai dasar penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan mengetahui kemampuan metakognisi, kemampuan intrapersonal dan kemampuan interpersonal siswa. b. Bagi guru Penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian dan acuan dalam meningkatkan kemampuan metakognisi, kemampuan intrapersonal dan interpersonal siswa dalam pembelajaran biologi. E. Definisi Operasional 1. Belajar adalah perubahan dalam kepribadian sebagai pola-pola respon baru yang berbentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan dan daya pikir. 2. Siswa adalah sekelompok orang dengan usia tertentu yang menimba ilmu di sekolah. 3. Guru adalah seseorang yang berperan sebagai fasilitator siswa di sekolah dalam pembelajaran di kelas.

7 4. Metakognisi adalah suatu kemampuan untuk memahami dan mengendalikan aktivitas kognitif seseorang dalam proses belajarnya. 5. Keterampilan metakognisi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengendalikan keterampilan kognitifnya sendiri. 6. Kemampuan metakognisi merupakan kemampuan segala proses pengaturan belajar yang dilakukan oleh diri sendiri untuk mencapai tujuan. 7. Kemampuan intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk menguasai dan mengelola emosinya dan kemampuan untuk memahami diri sendiri. 8. Kemampuan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain di sekitarnya. 9. Pembelajaran biologi merupakan suatu mata pelajaran yang diberikan kepada siswa dengan cara menggali kemampuan berpikir kritis, logis, analitis, sistematis dan kemampuan memecahkan masalah serta menciptakan kreativitas dan bekerjasama atau berinteraksi yang baik. 10. Kemampuan metakognisi membantu siswa untuk belajar dan berpikir menjadi lebih efektif dan efisien dalam pembelajaran biologi.