BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sampah Sampah ialah suatu bahan yang terbuang atau dibuang, merupakan hasil aktivitas manusia maupun alam yang sudah tidak digunakan lagi karena sudah diambil unsur atau fungsi utamanya, Sejati (2009). Dalam Sumantri (2010) menyatakan bahwa penggolongan sampah menurut sumbernya yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut ini: 1. Pemukiman penduduk Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan. 2. Tempat umum dan tempat perdagangan Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus dan terkadang sampah berbahaya. 6
7 3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain: tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parker, tempat layanan kesehatan (misal: rumah sakit atau puskesmas), kompleks militer,gedung pertemuan, pantai tempat berlibur dan sarana pemerintah yang lain. Tempat ini biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering. 4. Industri berat dan ringan Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memprosesbahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya. 5. Pertanian Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, latang atau pun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman. Notoatmodjo, 2007 menyatakan sampah dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu: 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya, sampah dibagi menjadi: a. Sampah an-organik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya: logam atau besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya. b. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa sisa makanan, daun daunan, buah buahan dan lain sebagainya.
8 2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya: kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya. b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng kaleng bekas, besi atau logam, pecahan gelas, kaca dan sebagainya. 3. Berdasarkan karakteristik sampah a. Garbage yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dan sebagainya. b. Rabish yaitu sampah yang bersalah dari perkantoran, perdagangan baik yang mudah terbakar seperti kertas, karton, plastik dan sebagainya, maupun yang tidak mudah terbakar seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas dan sebagainya. c. Ashes (abu) yaitu sisa pembakaran dari bahan bahan yang mudah terbakar termasuk abu rokok. d. Sampah jalanan (street sweeping) yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan yang terdiri dari campuran bermacam macam sampah, daun daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya. e. Sampah industri yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik pabrik. f. Bangkai binatang (dead animal) yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan atau dibuang oleh orang. g. Bangkai kendaraan (abandoned vehicle) adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor dan sebagainya.
9 h. Sampah pembangunan (construction waste) yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya yang berupa puing puing, potongan potongan kayu, besi beton, bamboo dan sebaginya. Menurut Syafrudin (2004) dalam Dwiyanto (2011) menyatakan sistem pengelolaan sampah terpadu (Integrated Solid Waste management) didefinisikan sebagai pemilihan dan penerapan program teknologi dan manajemen untuk mencapai sistem yang tinggi, dengan hirarki sebagai berikut: 1. Source Reduction, yaitu proses minimalis sampah di sumber dalam hal kuantitas timbulan dan kualitas timbulan sampah, terutama reduksi sampah berbahaya. 2. Recyclling, yaitu proses daur ulang yang berfungsi untuk mereduksi kebutuhan sumberdaya dan reduksi kuantitas sampah ke TPA. 3. Waste Transformation, yaitu proses perubahan fisik, kimia dan biologis perubahan sampah. Dimana ketiga komponen itu akan menentukan: Perubahan tingkat efesiensi yang diperlukan di dalam sistem pengelolaan; Perlunya proses reduce, reuse, dan recycle sampah; Proses yang dapat menghasilkan barang lain yang bermanfaat seperti pengomposan. 4. Landfilling, sebagai akhir dari suatu pengelolaan sampah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Menurut penelitian Hokkanen & Salminen (1997) menyatakan bahwa solusi yang direkomendasikan untuk sistem pengelolaan sampah adalah penimbunan menengah, kompos dan RFD-pembakaran. Pada penelitian Kinnaman (2000) diperoleh dengan menentukan kebijakan harga pada setiap sampah yang dihasilkan dan sampah yang
10 didaur ulang oleh seseorang dapat mengurangi jumlah sampah yang akan ditimbulkannya. Namun, untuk terus mengurangi jumlah sampah yang setiap tahunnya dialihkan ke tempat pembuangan sampah, daur ulang harus diperluas untuk mencakup keragaman yang lebih besar (Kock & Domina, 2009). Pada penelitian Beccali, dkk (2001) juga menekankan pada daur ulang sampah untuk mengurangi volume sampah perkotaan. Ketidakpastian yang melekat dalam persepsi baik prioritas dan skala tujuantujuan ekonomi dan lingkungan dapat menghasilkan kesulitan tambahan dalam pengambilan keputusan manajemen (Chang, 1997). 2.2. Pengertian Bank Sampah Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul sampah. Bank sampah dikelola menggunakan sistem seperti perbankan. Penyetor adalah warga yang tinggal disekitar lokasi bank sampah serta mendapat buku tabungan seperti menabung di bank (Rozak, 2014). Bank sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilah menurut jenis sampah. Sampah yang ditabung pada bank sampah adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis. Cara kerja bank sampah pada umumnya hampir sama dengan bank lainnya, ada nasabah, pencatatan pembukuan dan manajemen pengelolaannya, apabila dalam bank yang biasa kita kenal yang disetorkan nasabah adalah uang akan tetapi dalam bank sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis, sedangkan pengelola bank sampah harus orang yang kreatif dan inovatif serta memiliki
11 jiwa kewirausahaan agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sistem kerja bank sampah pengelolaan sampahnya berbasis rumah tangga, dengan memberikan penghargaan kepada yang berhasil memilah dan menyetorkan sejumlah sampah. Konsep bank sampah mengadopsi menajemen bank pada umumnya. Selain bisa sebagai sarana untuk melakukan gerakan penghijauan, pengelolaan sampah juga bisa menjadi sarana pendidikan gemar menabung untuk masyarakat dan anak-anak. Metode bank sampah juga berfungsi untuk memberdayakan masyarakat agar peduli terhadap kebersihan (Novianty, 2012). 2.3. Kinerja Bank Sampah Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. kinerja (prestasi kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar) dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kwantitas adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan. Karakteristik yang membedakan kinerja auditor dengan kinerja manajer adalah pada output yang dihasilkan (Trisnaningsih, 2007). Menurut Indra Bastian, kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategi (strategic planning) suatu organisasi (Fahmi, 2013).
12 Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Walikota Denpasar Nomor 188.45/195/HK/2015 tentang Penetapan Bank Sampah di Kota Denpasar Tahun 2015 memutuskan bahwa tugas dan tanggung jawab bank sampah adalah sebagai berikut yaitu Melaksanakan usaha penanganan tata kelola sampah dan kebersihan di wilayah masing masing; Memilah dan mengolah sampah organik dan non organik menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis dan berdaya guna dalam upaya pengurangan beban sampah di tempat pembuangan akhir (TPA); Melayani, menyiapkan dan menampung sampah masyarakat di wilayahnya untuk di daur ulang; Menerima sampah masyarakat yang dapat dikonversi dalam bentuk uang yang dapat ditabung dan dibukukan pada buku tabungan; Melaksanakan kegiatan pembelajaran kebersihan lingkungan kepada masyarakat; dan Menyiapkan tenaga, sarana dan prasaranayang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan swakelola kebersihan. 2.4. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bank Sampah 2.4.1. Pendanaan atau pembiayaan Menurut Muhammad (2002) dalam Rimadhani (2011), pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Terdapat dua pandangan mengenai keputusan pendanaan. Pandangan pertama dikenal dengan pandangan tradisional yang menyatakan bahwa struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan. Pandangan tradisional diwakili oleh dua teori yaitu Trade off Theory dan Pecking Order Theory. Pandangan kedua dikemukakan oleh Miller
13 (1958) yang menyatakan bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan (Wijaya, 2010). 2.4.2. Komitmen pemilik bank sampah Komitmen pemilik bank sampah dapat diartikan tekad atau keinginan yang kuat dari pemilik bank sampah dalam mengembangkan dan memajukan bank sampahnya untuk dapat berkesinambungan serta selalu berperan aktif sehingga menghasilkan kinerja bank sampah yang baik dalam mewujudkan tujuan, visi dan misi yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini ditekankan bahwa komitmen adalah unsur perilaku sebagi upaya untuk mempertahankan dan menjaga hubungan jangka panjang antara kedua belah pihak agar hubungan ini lebih bermakna (Setiawan, 2007). 2.4.3. Sumber daya manusia Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pembangunan. Menurut Simanjuntak (1985) dalam Ali (1998) pengertian SDM ada dua macam yaitu : 1. Derajat kualitas usaha yang ditampilkan seseorang yang terlibat dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa. 2. Manusia yang memiliki kemampuan kerja untuk menghasilkan produksi baik barang atau jasa. 2.4.4. Partisipasi masyarakat Partisipasi masyarakat ialah pengambilan bagian atau keikutsertaan masyarakat menjadi nasabah pada bank sampah. Masyarakat yang menjadi nasabah terlihat dari tercatatnya nama masyarakat pada buku register nasabah pada bank sampah. Semakin
14 banyak masyarakat yang ikut serta dan berperan aktif dalam menabung sampahnya pada bank sampah maka akan membuat bank sampah tersebut menjadi lebih berkembang serta mampu beroprasi dengan baik. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Partisipasi langsung adalah keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan masyarakat, mulai dari gagasan, perumusan kebijakan hingga pelaksanaan operasional program. Sedang partisipasi tidak langsung adalah berupa keterlibatan dalam masalah keuangan, pemikiran dan material (Yuliastuti,dkk). Dalam penelitian Chrysantin (2013) yang berjudul Strategi Public Relations PT PJB (Pembangkitan Jawa-Bali) Dalam Program CSR (Corporate Social Responsibility) Bank Sampah menyatakan bahwa penelitian ini menunjukkan public relations PT PJB memiliki model cooperative grand strategy dalam perumusan strategi kegiatan CSR bank sampah, sehingga penetapan isu, sasaran hingga tim pelaksana di lapangan memiliki kedekatan dengan mitra kerja yang bersangkutan, dan membuat proses setiap tahapan berjalan dengan baik hingga mampu merubah perilaku masyarakat. 2.4.5. Promosi ke masyarakat Menurut Green (1984) dalam Notoatmodjo (2010) merumuskan definisi sebagai berikut: Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Promosi ke masyarakat merupakan suatu metode pengenalan bank sampah kepada masyarakat baik secara lisan ataupun tertulis untuk meningkatkan pengetahuan
15 dan wawasan masyarakat terhadap bank sampah guna meningkatkan minat dan partisipasi masyarakat ke bank sampah. Metode tersebut dapat berupa penyebaran brosur, spanduk, presentasi, iklan di televise, radio, dan yang lainnya (Juliandoni, 2013). 2.4.6. Dukungan pemerintah dan pimpinan wilayah Koryati, dkk (2005) dalam Galileo (2012) menyebutkan kebijakan seringkali dikaitkan dengan keputusan pemerintah yang menjadi pedoman untuk mengatasi berbagai masalah publik dan mempunyai tujuan rencana dan program yang akan dijalankan secara jelas. Ada beberapa makna tentang kebijakan pemerintah yakni: 1. Kebijakan Pemerintah selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan. 2. Kebijakan itu merupakan apa yang benar benar dilakukan pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang baru menjadi maksud atau pernyataan pemerintah melakukan sesuatu. 3. Kebijakan pemerintah itu bersifat positif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tindakan melakukan. 4. Kebijakan pemerintah dalam arti positif didasarkan atau selalu dilandaskan pada peraturan perundang-undangan dan bersifat memaksa (otoritatif). Dalam penelitian Joliandoni (2013) yang berjudul Pelaksanaan Bank Sampah Dalam Sistem Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Gunung Bahagia Balikpapan menyatakan bahwa masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki kesadaran dalam pengelolaan sampah yang ada di Kelurahan Gunung Bahagia Balikpapan karena
16 kurangnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah untuk mengelola sampah di lingkungan tersebut. 2.4.7. Kemitraan atau kerjasama antar bank sampah Menurut Sulistiyani (2014) dalam penelitian Fahmi dkk, Kemitraan secara etimologis berasal dari kata partnership yang berasal dari suku kata partner yang berarti kawan, sekutu atau mitra. Secara definisi, maka kemitraan adalah suatu bentuk kerja sama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertentu sehingga memperoleh hasil yang lebih baik. Kemitraan atau kerjasama antar bank sampah merupakan hubungan antara bank sampah dengan bank sampah lainnya yang bertujuan saling membantu dan memotivasi kinerja bank sampah dalam memecahkan masalah atau kesulitan yang sedang dihadapi.