BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik adanya peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (ADA, 2013; Soegondo, 2005; Mahan & Escott-Stump. 2004; Wild et al, 2004). DM merupakan penyakit kronik progresif dan pravelensinya setiap tahun meningkat pesat dan merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak baik di negara maju maupun di negara berkembang sehingga DM menjadi masalah global yang serius. Tahun 2004 diperkirakan sekitar 3,4 juta orang di dunia meninggal akibat hiperglikemia dan jumlah yang sama pada tahun 2010 (WHO, 2011). Survei yang dilakukan International Diabetes Federation (IDF) (2013) menghasilkan data bahwa jumlah penderita DM di seluruh dunia mencapai 371 juta jiwa pada tahun 2012 dan diperkirakan akan meningkat hingga 552 juta jiwa pada tahun 2030. Prevalensi DM di dunia pada orang dewasa usia 20-79 tahun diperkirakan 6,4% (285 juta) pada tahun 2010, dan akan meningkat menjadi 7,7% (43 9 juta) pada tahun 2030 dan di tahun 2025 dari 300 juta jiwa, lebih 150 juta jiwa akan berada di Asia (Shaw et al., 2010). Di Indonesia jumlah penderita DM mencapai 8,43 juta jiwa pada tahun 2000 dan estimasi mencapai 21,257 juta jiwa pada tahun 2030 dan saat ini masuk dalam 10 negara dengan prevalensi DM tertinggi dunia dengan jumlah penderita DM mencapai 7,6 juta (WHO, 2011; Wild et al., 2004). Bahkan International Diabetes Fedreration(IDF) (2013) memprediksi akan ada kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. Prevalensi DM di Indonesia beranjak naik dari tahun ke tahun. Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki, dan cenderung lebih tinggi di perkotaan dibanding di pedesaan, serta cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil indeks kepemilikan tinggi dan penderita yang terkena bukan hanya berusia senja, namun 1
2 banyak pula yang masih berusia produktif. Proporsi penduduk Indonesia pada tahun 2013 yang berusia 15 tahun dengan DM adalah 6,9%. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau berdasarkan gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%) (Depkes, 2013; Kesehatan, 2013) Di Sulawesi Tengah, prevalensi diabetes melitus terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di kota Palu (2,4%) disusul kabupaten Parigi (2,3%) sementara prevalensi diabetes melitus yang terdiagnosis dokter atau berdasarkan gejala, tertinggi terdapat di Tojo Una-una (12,3%), dan Toli-toli (6,2%) (KEMENKES, 2013). Prevalensi DM yang terus mengalami peningkatan tak lepas dari peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup yang semakin modern yang dikuti penurunan aktivitas fisik dengan kecenderungan asupan kalori yang tinggi dan pola makan yang tidak sehat yang selanjutnya dapat memicu terjadinya sindrom metabolik yang umumnya diawali dengan obesitas, kadar kolesterol dan glukosa darah yang tinggi (Smith, 2005; Tae et al., 2015). DM adalah suatu penyakit kronik yang diketahui dapat memicu komplikasi penyakit lain atau timbul karena penyakit kronik lainnya, misalnya penyakit kardiovaskular dan gagal ginjal. Sehingga dalam penanganannya untuk mencegah atau mengobati membutuhkan pelayanan kesehatan berkelanjutan, serta dukungan dan edukasi pada pasien mengenai penyakit maupun pengobatan yang maksimal untuk meningkatkan kepatuhan terapi agar terhindar dari komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular (ADA, 2012). Kepatuhan dalam menjalankan terapi diet adalah hal yang mutlak bagi diabetesi dan ini dituangkan dalam empat [4] Pilar utama pengelolaan diabetes melitus yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat berkhasiat hipoglikemik, dan penyuluhan. Perencanaan makan merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan DM. Prinsip menu makan orang sehat sama dengan diabetesi yaitu makanan menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan energi agar dapat mencapai dan mempertahankan berat badan yang normal dan kadar glukosa darah yang terkendali (PERKENI, 2015).
3 Penelitian Zaragoza et al., 2015 Adherence to the Mediterranean diet and its relation to nutritional status in older people yang mengevaluasi tingkat kepatuhan dan gaya hidup pada populasi orang tua DM dengan menggunakan metode Food Frequency Quesionaire (FFQ) menyimpulkan bahwa para diabetesi yang patuh dan memiliki pola hidup yang sehat serta mengkonsumsi makanan tinggi serat berupa biji-bijian dan buah-buahan terbukti memiliki lingkar pinggang dan pinggul yang lebih kecil serta persentase lemak tubuh yang rendah pula. Sehingga hal yang perlu dipahami penggunaan obat dapat ditiadakan selama diabetesi dapat menjalankan terapi diet yang benar. Namun kenyataan yang ada selama ini obat selalu diperlukan sebagai terapi utama dalam mengendalikan glukosa darah diabetesi yang memiliki glukosa darah yang tak terkontrol. (PERKENI, 2015). Makanan dan obat adalah 2 hal yang sangat berperan dalam penatalaksaanan DM, keduanya saling mendukung, namun jika tidak dilaksanakan dengan baik maka keduanya justru akan menyebabkan kegagalan terapi. Keberhasilan perencanaan makan bergantung pada perilaku penderita diabetes dalam menjalani anjuran diet yang diberikan. Ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan diet merupakan salah satu kendala dalam menjalankan pengobatan diabetes. Data laporan WHO menunjukkan hanya 50% pasien diabetes di negara maju mematuhi pengobatan yang diberikan sehingga dalam penatalaksanaan DM membutuhkan kerjasama yang erat dan terpadu dari diabetesi, keluarga, masyarakat dan para tenaga kesehatan antara lain dokter, perawat, farmasis, ahli gizi, dan ahli kesehatan mental dengan keahlian diabetes (ADA, 2014). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata merupakan salah satu rumah sakit rujukan tertinggi untuk pelayanan DM di Provinsi Sulawesi Tengah. Di laporkan saat in DM masih termasuk dalam 10 besar penyakit penyebab kematian di Sulawesi Tengah sehingga menjadi masalah serius yang menyita perhatian pemerintah daerah. Untuk itu RSUD Undata terus berupaya dalam pelayanan pasien diabetes yang sesuai standar pelayanan yang ditetapkan. Namun sampai saat ini masih didapatkan keluaran pasien yang belum sesuai yang diharapkan. masih didapatkan banyaknya pasien mendapatkan intensifikasi terapi untuk mempertahankan gula darah yang terkontrol untuk mencegah terjadinya
4 komplikasi. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk mengadakan penelitian khusus pada diabetesi yang dirawat inap, dan melihat secara keseluruhan proses perawatan dan segala hal yang mempengaruhi proses perawatan diabetesi tersebut khususnya dalan manajemen makanan dan obat yang dikaitkan faktor-faktor resiko lain yang mempengaruhi status gizi dan pengendalian glukosa darah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan masalah yaitu:. 1. Apakah asupan makanan berhubungan terhadap pengendalian glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2 rawat inap RSUD Undata Palu. 2. Apakah penatalaksanaan penggunaan obat diabetes berhubungan terhadap pengendalian glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2 rawat inap RSUD Undata Palu C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penanganan pasien diabetes melitus tipe 2 yang rawat inap di RSUD Undata Palu dalam hal hubungan asupan makanan dan penggunaan obat diabetes dalam mempengaruhi pengendalian glukosa darah. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui apakah asupan makanan berhubungan terhadap pengendalian glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2 rawat inap RSUD Undata Palu. b. Mengetahui apakah penatalaksanaan penggunaan obat berhubungan terhadap pengendalian glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2 rawat inap RSUD Undata Palu. D. Manfaat Penelitian Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan sekaligus pengalaman penulis tentang diabetes melitus dan proses perawatan pasien diabetes di rumah sakit.
5 2. Bagi pasien diabetes melitus Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai hal-hal yang terkait dalam menjaga status gizi yang baik dan pengendalian glukosa darah yang terkontrol terutama dalam hal asupan makanan dan penggunaan obat terapi. 3. Manfaat bagi RSU Undata Penelitian ini diharapkan memberikan masukan dan dapat dipakai oleh instansi dalam pengambilan kebijakan dalam penanganan pasien diabetes melitus tipe 2 di rumah sakit. 4. Manfaat bagi akedemik Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya E. Keaslian Penelitian 1. Lestari et al., 2013 dalam penelitiannya yang berjudul Upaya penanganan dan perilaku pasien penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar. Tujuan untuk mengamati dan mendeskripsikan upaya penanganan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan perilaku pasien penderita DM tipe 2. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien DM tipe 2 yang datang memeriksakan kesehatan ke Puskesmas Maradekaya pada 11 Maret sampai 13 April 2013 dan mendapatkan rata-rata 29 orang perbulan sesuai kreteria penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya penanganan DM di Puskesmas Maradekaya tidak berjalan sesuai pilar penanganan. Sebagian besar responden (65,5%) memiliki pengetahuan kurang, sebagian besar sikap responden adalah negatif (58,6%). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah pada subyek penelitian, tempat penelitian dan jenis penelitian. 2. Astuti, P, 2000 dalam penelitian yang berjudul Faktor-faktor determinan yang berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Ungaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus yang dirawat inap di RSU
6 Ungaran pada bulan Mei-Juli 2000. Variabel yang diteliti meliputi variabel bebas yaitu umur, pengetahuan pendidikan, tingkat kecukupan kalori, proporsi karbohidrat, proporsi protein dan variabel terikat penurunan kadar gula darah. Kesimpulan yang diperoleh ada pengaruh umur terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus di ruang rawat inap RSU Ungaran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah pada metode penelitian, subyek penelitian, tempat penelitian dan variabel bebasnya, dimana sebagian variabel bebasnya menjadi variabel luar dalam penelitian ini, dan persamaannya terletak pada salah satu variabel terikatnya yaitu penurunan gula darah. 3. Permatasari, S.M., 2014 dalam penelitian yang berjudul Hubungan estimasi nilai indeks glikemik dan beban glikemik asupan makan dengan kontrol gula darah pasien Diabetes melitus tipe 2 Rawat jalan RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.Tujuan untuk mengetahui hubungan estimasi asupan indeks glikemik dan beban glikemik dengan kontrol gula darah, serta mengetahui faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kontrol gula darah pasien DMT2. Hasilnya terdapat hubungan antara asupan indeks glikemik, beban glikemik dan jadwal makan terhadap gula darah, namun tidak ada hubungan antara lama terdiagnosis DM, status gizi, aktivitas fisik, dan tingkat pendidikan dengan kontrol gula darah, asupan bebas glikemik, jadwal makan, lama terdiagnosis DM, aktivitas fisik, tingkat pendidikan, HbA1c, persamaan dengan penelitian ini adalah salah satu variabel terikatnya, namun berbeda dalam variabel bebas dan metode yang digunakan, variabel bebas, subyek dan tempat penelitian.