BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu proses industri merupakan suatu sistem kerja yang saling mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem kerja yang tidak ergonomis dalam satu perusahaan seringkali kurang mendapat perhatian dari pihak manajemen perusahaan. Salah satu bagian sistem yaitu tenaga kerja yang sikap dan posisi kerjanya kurang ergonomis. Hal ini secara sadar ataupun tidak akan berpengaruh terhadap produktifitas, efisiensi dan efektivitas tenaga kerja dalam menyelesaikan pekerjaannya (Aztanti, 2003). Masalah utama dalam produksi ditinjau dari segi kegiatan/proses produksi adalah bergeraknya material dari satu tingkat ke tingkat proses produksi berikutnya (Puspitaningrum, 2015). Aktivitas penanganan material secara manual yang tidak tepat menimbulkan kerugian bahkan kecelakaan pada tenaga kerja. Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas penanganan material yang tidak benar salah satunya adalah keluhan muskuloskeletal (Prasetyo, 2012). Menurut Elcosh.org dalam Aryanto (2012), musculoskeletal disorder merupakan cedera pada otot-otot, saraf, ligament, sendir, tulang rawan, atau vakram tulang belakang. MSDs bukan merupakan penyakit yang bersifat akut atau langsung terjadi efek, melainkan penyakit yang membutuhkan waktu 1
2 yang lama atau kronis. Keluhan gangguan muskuloskeletal dipengaruhi secara langsung oleh faktor individu seperti yang dikutip dalam Munir (2008), yakni : umur, masa kerja, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, dan antropometri, selain itu tingkat risiko ergonomi juga berpengaruh secara tidak langsung terhadap keluhan gangguan muskuloskeletal. Menurut Health Safety Executive, 2003 dalam Tarwaka, 2013, lebih seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi bekaitan dengan pekerjaan manual handling. Laporan dari the Bureau of Labour Statistics (BLS) Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat yang di publikasikan pada tahun 1982 menunjukkan bahwa hampir 20% dari semua kasus sakit akibat kerja dan 25% biaya kompensasi yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya keluhan atau sakit pinggang. Besarnya biaya kompensasi yang harus dikluarkan oleh perusahaan secara pasti belum diketahui. Namun demikian, hasil estimasi yang dipublikasikan oleh (National Institute Occupational Safety and Health) NIOSH menunjukkan bahwa biaya kompensasi untuk keluhan sistem muskuloskeletal sudah mencapai 13 milyar U$ setiap tahun. Biaya tersebut merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan biaya kompensasi untuk keluhan/sakit akibat kerja lainnya (NIOSH, 1996). Kenyamanan dalam bekerja merupakan salah satu faktor penting dalam proses produksi, dengan memperhatikan kenyamanan dalam bekerja maka akan dapat mengurangi terjadinya keluhan-keluhan dalam bekerja. Pada kegiatan industri, paparan dan risiko ditempat kerja cenderung ada di sekitar
3 tempat kerja dan tenaga kerja. Kondisi tersebut adakalnya tidak selalu dapat dihindarkan karena tuntutan pekerjaan (Raliby dkk, 2008). Postur kerja yang salah sering diakibatkan oleh letak fasilitas yang kurang sesuai dengan antropometri tenaga kerja sehingga mempengaruhi kinerja tenaga kerja tersebut. Postur kerja yang tidak alamiah seperti postur kerja yang selalu berdiri, jongkok, membungkuk, mengangkut dan mengangkat dalam waktu yang lama akan menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri pada salah satu anggota tubuh. Di PT. X Plant Pegangsaan dijumpai beberapa postur kerja yang tidak ergonomis pada tenaga kerjanya. Postur kerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal. Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis tertarik untuk mengambil judul Tugas Akhir : Penilaian postur kerja pada tenaga kerja di bagian Die Casting dengan menggunakan metode REBA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan masalah sebagai berikut Bagaimana penilaian risiko postur kerja dengan metode REBA pada tenaga kerja bagian Die Casting PT. X Plant Pegangsaan, Jakarta Utara?
4 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang dilakukan penulis adalah menilai risiko postur kerja dengan metode REBA pada tenaga kerja bagian Die Casting PT. X Plant Pegangsaan dengan: 1. Menilai postur kerja pada tenaga kerja bagian Die Casting dengan menggunakan metode REBA. 2. Mengetahui tingkat risiko postur kerja yang tidak ergonomis dan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kerja bagian area Die Casting dengan menggunakan metode REBA. D. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian bagi : 1. Perusahaan a. Dapat memberikan masukan bagi perusahaan dan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi mengenai risiko postur kerja dengan metode REBA pada tenaga kerja bagian area Die Casting. b. Dapat menjadikan motivasi untuk lebih memberikan perhatian aktivitas manual handling untuk mencegah terjadinya risiko-risiko dari penggunaan postur atau posisi kerja yang salah seperti gangguan sistem musculoskeletal. 2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja a. Menambah wawasan Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja dalam upaya meningkatkan kualitas mahasiswa, sehingga dapat
5 menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing di dunia kerja. b. Menambah kepustakaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, khususnya ergonomi mengenai analisis risiko postur kerja dengan metode REBA di area Die Casting PT. X Plant Pegangsaan. 3. Mahasiswa a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang implementasi metode REBA dalam penilaian risiko postur kerja di tempat kerja. b. Mengetahui seberapa besar tingkat risiko penggunaan postur atau posisi kerja yang kurang benar pada tenaga kerja bagian area Die Casting serta tindakan-tindakan korektif yang perlu dilakukan berdasarkan tingkat resiko tersebut.