BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya tujuan pembangunan nasional adalah untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana ditentukan dalam alinea ke empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa pemerintah negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan masyarakat adil dan makmur tersebut berbagai upaya dilaksanakan oleh semua pihak termasuk perbankan nasional. Pada pertengahan tahun 1997 krisis ekonomi dan moneter telah melanda belahan dunia, khususnya Asia, ditandai dengan tingginya laju inflasi, laju pengangguran yang belum pernah terjadi sebelumnya, bersamaan dengan laju suku bunga riil yang tinggi dan fluktuasi valuta asing yang tidak sehat. Krisis ini juga diperburuk oleh adanya kemiskinan ditengah orang-orang kaya disemua negara, berbagai bentuk ketidakadilan sosioekonomi, defisit neraca pembayaran yang besar, dan 1
ketidakmampuan sebagai Negara-negara berkembang untuk mencicil hutang mereka. Krisis yang memporandakan keuangan dan perbankan Indonesia juga terjadi di belahan negara lain. Namun hal unik yang kemudian muncul adalah komentar para ahli di bidang perbankan dan ekonomi yang mengatakan bahwa ketika krisis terjadi ada dua lumbung yang secara ajaib tetap kebal (imune) terhadap krisis, yakni ekonomi rakyat dan perbankan syariah. Para pakar sering mencontohkan bahwa ketika krisis terjadi, usaha kecil seperti Pasar Tanah Abang dan yang sejenisnya tidak terpengaruh oleh krisis. Ekonomi rakyat dengan mengagumkan dapat bertahan dan menjadi penolong perekonomian. Meski kecil, namun ekonomi rakyat berhasil menunjukkan kekuatannya. Namun yang paling mengagumkan adalah daya tahan yang ditunjukkan oleh perbankan syariah. Berhubung krisis moneter sangat berkaitan erat dengan perbankan, maka daya tahan perbankan syariah menjadi sebuah bukti empirik yang tidak terbantahkan bahwa koridor syariah dalam perbankan bukan sekedar menjadi alternatif bank konvensional. Keunggulannya bahkan diprediksi dapat menyaingi bank konvensional. Permasalahan mendasar yang melatar belakangi krisis keuangan di Asia ini diduga disebabkan adanya krisis kualitas lembaga-lembaga keuangan yang menggunakan sistem bunga. Tingginya nilai suku bunga 2
sebagai penyebab dari krisis moneter mengakibatkan ambruknya dunia perbankan dan sektor riil yang berpengaruh pada ketidakstabilan pertumbuhan ekonomi. Pada masa tersebut, ketangguhan bank syariah tidak lepas dari tingginya tingkat kepercayaan para nasabah terhadap perbankan syariah. Sementara justru perbankan konvensional dilanda ketidakpercayaan yang tinggi dari kalangan masyarakat. Hal itu mengakibatkan banyak bank konvensional yang berusaha untuk menarik dana masyarakat dengan imbalan tingkat suku bunga tabungan dan deposito yang tinggi, bahkan ada yang mencapai 73%. Di lain pihak, tingkat suku bunga kredit hanya mencapai batas 35%. Bahkan dalam kenyataannya tidak ada yang mencapai nilai sebesar itu, karena rata-rata bank konvensional hanya berani memberikan kredit dengan tingkat bunga maksimal 30,74% (www.google.com). Sampai saat ini pembiayaan yang disalurkan bank syariah masih didominasi oleh pembiayaan non bagi hasil yaitu akad yang berdasarkan jual beli yaitu murabahah. Data statistik perbankan syariah pada Direktorat Syariah Bank Indonesia per Desember 2011 menunjukkan pembiayaan dengan akad murabahah mencapai Rp. 37.508.000 juta, sementara pembiayaan musyarakah Rp. 14.624.000 juta dan pembiayaan mudharabah (bagi hasil) hanya Rp. 8.631.000 juta (www.bi.go.id). 3
Berdasarkan data statistik perbankan syariah, jika diamati salah satu pembiayaan yang paling popular digunakan oleh perbankan syariah adalah akad jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazim dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti akad jual beli antara dua pihak yang mana keuntungan dari penjualan tersebut dapat dinyatakan nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk presentase dari harga pembelinya. Dilihat dari peran penting murabahah yang mendominasi pendapatan bank syariah, maka perlu diteliti lebih lanjut bagaimana mekanisme pembiayaan murabahah. Didalam pembiayaan murabahah, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap margin pembiayaan murabahah. Untuk itu penulis mengambil judul PENGARUH BIAYA OPERASIONAL, VOLUME PEMBIAYAAN DAN BAGI HASIL DPK TERHADAP MARGIN MURABAHAH PADA PERBANKAN SYARIAH ( PT. BANK MUAMALAT INDONESIA DAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI ). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah biaya operasional berpengaruh terhadap margin murabahah pada perbankan syariah ( PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri )? 4
2. Apakah volume pembiayaan berpengaruh terhadap margin murabahah pada perbankan syariah ( PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri )? 3. Apakah dana bagi hasil DPK berpengaruh terhadap margin murabahah pada perbankan syariah ( PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri )? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh biaya operasional terhadap margin murabahah pada perbankan syariah ( PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri ). 2. Untuk mengetahui pengaruh volume pembiayaan murabahah terhadap margin murabahah pada perbankan syariah ( PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri ). 3. Untuk mengetahui pengaruh bagi hasil DPK terhadap margin murabahah pada perbankan syariah ( PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri ). 5
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Bank, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri dalam menetapkan margin murabahah. 2. Bagi penulis, untuk memenuhi salah satu persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Mercu Buana program studi Akuntansi S1. 3. Bagi pembaca, yang berminat terhadap mekanisme penetapan margin murabahah, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi. 6