1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian bencana dunia meningkat dan 76% adalah bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, siklon tropis, kekeringan). Sebagian besar terjadi di negara-negara miskin dan sedang berkembang (CRED, 2009). Siklon tropis merupakan fenomena alam berupa gangguan tropis di laut berupa pusaran angin mengakibatkan cuaca ekstrim disekitarnya, yang diawali dengan adanya pusat tekanan rendah pada Perairan yang hangat. Sekitar 80-90 siklon tropis tumbuh setiap tahunnya di seluruh dunia serta 10-20 siklon tropis diantaranya memiliki intensitas yang kuat termasuk dalam kategori hurricane atau typhoon (Gray, 1979). Siklon tropis yang terjadi lebih dari dua pertiga diantaranya terjadi di belahan Bumi utara (BBU), sekitar setengah dari jumlah ini terjadi di atas Lautan Pasifik utara bagian barat, sekitar seperempat di atas Lautan Pasifik utara bagian timur, sekitar seperenam di atas Lautan Atlantik utara dan sekitar seperdelapan di atas Lautan Hindia utara. Di antara siklon yang terjadi di belahan Bumi selatan (BBS), hampir setengahnya terbentuk di atas Perairan sebelah utara Australia, sepertiga di atas Lautan Indonesia selatan, dan seperempat di atas Lautan Pasifik selatan (Neiburger et al., 1995). Siklon tropis dapat menimbulkan pengaruh cuaca buruk pada daerah lintasannya dan wilayah sekitarnya. Cuaca buruk yang diakibatkan dapat terjadi lebih dari 10 hari tergantung intensitas siklon tropis tersebut. Indonesia terletak di wilayah tropis berada di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia yang merupakan Perairan luas yang hangat tempat terjadinya siklon tropis. Iklim di Indonesia termasuk iklim tropis, memiliki penyinaran radiasi matahari yang lebih intensif, sehingga perairan disekitarnya cenderung menjadi hangat yang dapat memicu pertumbuhan bibit siklon tropis. Namun wilayah Indonesia tidak dilewati siklon tropis. Hal ini disebabkan syarat terjadinya siklon tropis pada suhu permukaan laut 27 C, tetapi tidak terjadi didaerah 4 0
2 lintang utara (LU) dan 4 0 lintang selatan (LS) dari equator karena gaya Coriolis pada lintang tersebut mendekati nol (Neiburger et al., 1995). Siklon tropis yang pernah terjadi di sekitar wilayah Indonesia pada periode 1988-2011 di wilayah Indonesia BBU sebanyak 323 kali sedangkan di BBS 165 kali, siklon tropis di wilayah Indonesia BBU terjadi hampir setiap bulan kecuali bulan Februari dan di wilayah Indonesia BBS pada bulan Juli, Agustus dan September tidak pernah terjadi siklon tropis tetapi paling sering terjadi pada bulan Januari, Februari dan Maret (Ramdhani, 2015). Wilayah Indonesia yang paling dekat dengan lintasan siklon tropis adalah pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 Distribusi Global Siklon Tropis Data Tahun 1842 2010 (Knapp et al., 2010 ) Pulau Jawa merupakan pusat pemerintahan dengan jumlah penduduk yang paling banyak dibandingkan pulau lainnya di Indonesia sebanyak 145.013.573 jiwa pada tahun 2015 (BPS, 2015). Jumlah penduduk di Pulau Jawa akan meningkat setiap tahunnya mengakibatkan kepadatan penduduk. Siklon tropis memberikan dampak terhadap wilayah perairan dapat berupa gelombang tinggi di sekitar area siklon, angin kencang, dan peningkatan curah hujan (Wannawong dan Ekkawatpanit, 2012), pada
3 wilayah pesisir siklon tropis juga mempengaruhi keadaan cuaca (Needham dan Keim, 2014; Dare, 2013; Maxwel et al.,2013; Larow, 2013; Rumpf, 2008; Li, 2009; Farfan et al., 2014; Resio dan Irish 2015; Sinha et al., 2004) dan kestabilan ekonomi serta kerugian lainnya seperti rusaknya infrastruktur sampai mengakibatkan adanya korban jiwa (Zhang et al.,2009; Seo, 2013; Saha, 2014; Resio et al., 2015; Esteban et al., 2012). Karena hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mencegah kerugian maupun korban jiwa terhadap pengaruh siklon tropis di Samudra Hindia sebelah selatan Pesisir Jawa yang ditunjukan untuk pemerintah maupun masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah Melihat pengaruh siklon tropis yang dapat mempengaruhi cuaca yang terjadi di wilayah Pesisir selatan Jawa, dan pada tahun 2007/2008 Indonesia diberikan kepercayaan tanggung jawab dalam monitoring siklon tropis disekitar Samudra Hindia kepada World Meteorological Organisation (WMO) yang dikoordinasikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Sub Bidang Tropical Cyclon Warning Center (TCWC) yang berada di Jakarta. Berdasarkan WMO Tropical Cyclone Operational Plan for South Pasific and South East Indian Ocean (TCP-24) edisi 2006, bahwa Indonesia harus mengoperasikan TCWC Jakarta untuk area 90-125 BT, 0-10 LS. Adapun wilayah tanggung jawabnya dapat dilihat pada Gambar 1.2. Siklon tropis di selatan Indonesia masih berpotensi terjadi di kemudian hari karena wilayah Indonesia diapit oleh Samudra Hindia dan Samudra Pasifik sebagai tempat terjadinya siklon tropis. Hal ini dapat mempengaruhi cuaca yang terjadi pada suatu daerah tertentu, seperti meningkatnya intensitas curah hujan, angin kencang, gelombang tinggi dan kekeringan serta menimbulkan kerugian seperti rusaknya sarana dan prasarana sampai mengakibatkan adanya korban jiwa.
4 Gambar 1.2 Area Pengamatan TCWC BMKG Jakarta (BMKG, 2009) Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik siklon tropis yang terjadi di Samudra Hindia sebelah Selatan Jawa. 2. Bagaimana dampak maksimum siklon tropis di wilayah pesisir Selatan Jawa terhadap hujan, arah angin, kecepatan angin dan ketinggian gelombang laut di wilayah Pesisir Selatan Jawa. 3. Bagaimana pola spasial dan temporal dampak maksimum siklon tropis di wilayah pesisir Selatan Jawa untuk parameter curah hujan, angin dan tinggi gelombang laut di wilayah Pesisir Selatan Jawa pada saat siklon tropis terjadi. 4. Apa strategi pengelolaan yang dapat dibuat pada daerah yang terdampak bencana siklon tropis sebagai bagian dari upaya pengelolaan kawasan pesisir berbasis risiko bencana?
5 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengkaji karakteristik siklon tropis yang terjadi di Samudra Hindia sebelah Selatan Jawa. 2. Mengkaji dampak maksimum curah hujan, kecepatan angin serta ketinggian gelombang laut di wilayah Pesisir Selatan Jawa pada saat siklon tropis terjadi. 3. Mengkaji pola spasial dan temporal dampak maksimum siklon tropis di wilayah Pesisir selatan Jawa untuk parameter curah hujan, angin dan tinggi gelombang laut pada saat siklon tropis terjadi;. 4. Menyusun strategi pengelolaan pada daerah yang terpengaruh bencana siklon tropis sebagai bagian dari upaya pengelolaan kawasan pesisir berbasis risiko bencana. 1.4. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai siklon tropis dan dampaknya di Indonesia sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu antara lain (Khotimah, 2012; Ramdhani, 2015; Ningsih et al., 2010; Dyahwati et al., 2007; Effendi, 2014 ) dalam penelitian tersebut terdapat beberapa kesamaan dengan penelitian yang telah dilakukan, namun terdapat juga perbedaan dalam hal tujuan, metode analisis dan objek kajian dapat dilihat pada Tabel 1.1. Khotimah, (2012) melakukan kajian pengaruh siklon tropis Carlos terhadap kondisi curah hujan di wilayah Nusa Tenggara timur dan sekitarnya dengan mengunakan pengamatan citra satelit & penakar hujan. Ningsih et al., (2010) melakukan penelitian daerah rawan bencana gelombang badai pasang di kawasan Pesisir selatan Jawa, Bali & Nusa Tenggara barat dengan mengunakan model Hidrodinamika pada saat terjadi siklon tropis Jacob dan siklon tropis George (Maret 2007). Dyahwati et al., (2007) melakukan kajian karakteristik siklon tropis di Samudra Hindia bagian selatan pada tahun 2004 dan dampaknya terhadap anomali hujan di Indonesia. Ramdhani, (2015) melakukan kajian pengaruh siklon tropis dan Madden-
6 Julian Oscilation (MJO) terhadap kejadian gelombang tinggi di Perairan Indonesia bagian dalam. Effendi, (2014) melakukan kajian karakteristik dan pengaruh siklon tropis terhadap benua maritim Indonesia bagian selatan pada saat berlangsungnya musim panas Australia.
7 7
8 8