BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme biasa. Konstrukstivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dari dunia nyata. Pengetahuan bagi mereka merefleksi suatu realitas objektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Dalam pandangan realisme hipotetis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki. Sedangkan untuk konstruktivisme biasa memandang bahwa pengetahuan individu dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari realitas objek dalam dirinya sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konstruktivisme dapat dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang disekitarnya. Pendekatan paradigma konstruksionis mempunyai penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat, yaitu: 1. Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda 32 2. Media adalah agen konstruksi. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan bias dan pemihakannya. Lewat bahasa yang dipakai; media 32 Eriyanto, Op.cit, 22 57
58 dapat menyebut mahasiswa sebagai pahlawan dapat juga menyebutnya sebagai perusuh. 3. Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanya konstruksi dari realitas. Berita yang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalis, bukan kaidah baku jurnalistik 4. Berita bersifat subjektif/konstruksi atas realitas opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif. 5. Wartawan bukan pelapor, ia agen konstruksi realitas. Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial. 6. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral dalam produksi berita. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa adanya, apa yang dia lihat. Etika dan moral yang dalam banyak hal berarti keberpihakan satu kelompok atau nilai tertentu umumnya dilandasi oleh keyakinan tertentu, adalah bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas. 7. Khalayak mempunyai penilaian tersendiri atas berita. Khalayak bukan dilihat sebagai subjek yang pasif, yang mempunyai tafsiran sendiri yang bisa saja berbeda dari pembuat berita 33 3.2 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong mengemukakan metode pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 34 Pendekatan kualitatif menjelaskan bahwa pengetahuan tidak mempunyai sifat yang objektif dan sifat yang tetap, melainkan bersifat interpretif. 33 Mohammad Zamroni, Filsafat Komunikasi : Pengantar Ontologis, Epistomologi, Aksiologis, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009, 95 34 Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004, 3
59 Komunikatornya bersifat aktif, kreatif, dan memiliki kemauan bebas dan perilaku (komunikasi) secara internal dikendalikan oleh individu. Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiahmaupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. Penelitian deskriptif juga dapat diartikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan untuk melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode content analysis dengan pendekatan analisis framing. Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. 35 Disini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa dipahami dengan bentukan tertentu. Hasilnya, pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknik jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis framing mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif. Dalam analisis isi kuantitatif, yang ditekankan adalah isi (content) dari suatu pesan / teks komunikasi. Sementara dalam analisis framing, yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing, terutama, melihat bagaimana 35 Eriyanto, op.cit, 3
60 pesan/peristiwa dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada khalayak. Analisis framing untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realita. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui bagaimana pembingkaian berita yang dilakukan dengan sistem jurnalisme investigasi yang terdapat dalam film The Whistleblower (Jeboja) sehingga peneliti memilih analisis framing model Robert N. Entman. Konsep framing oleh Entman digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek aspek tertentu dari realitas media. Framing dapat dipakai sebagai penempatan informasi informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu lain. Tabel 3.1 Aspek Framing Entman Seleksi Isu Penonjolan Aspek Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dalam proses ini terkandung didalamnya pada bagian berita yang dimasukkan tetapi ada juga berita yang dikeluarkan. Tidak semua aspek atau bagian dari isu yang ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu. Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.
61 Dalam konsep Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. 36 Wartawan memutuskan apa yang akan ia beritakan, apa yang diliput dan apa yang harus disembunyikan kepada khalayak. Tabel 3.2 Konsep Analisis Framing Entman Define Problems (Pendefinisian Masalah) Diagnose Cause (Memperkirakan masalah atau Sumber Masalah) Make Moral Judgement ( Membuat Keputusan Moral) Treatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian) Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa? Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa yang dianggap sebagai penyebab masalah? Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegasi suatu tindakan? Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah? 37 Define Problems (Pendefinisian Masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame/bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu 36 Ibid. 222 37 Ibid. 223
62 tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda. Diagnose Causes (Memperkirakan Penyebab Masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu/peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi juga bisa berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula. Make Moral Judgement (Membuat Pilihan Moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pendefinisian masalah yang dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah yang sudah dibuat, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak. Treatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut. 1) Dokumentasi Dalam penelitian ini digunakan teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menelaah catatan-catatan atau dokumendokumen sebagai sumber data serta pengamatan langsung pada obyek penelitian. Adapun dokumen yang digunakan disini adalah berupa DVD
63 film The Whistleblower (Jeboja) yang telah beredar di pasaran dan beberapa literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. 2) Observasi Adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Yaitu dengan cara mengamati kaset film yang peneliti dapatkan dan menjabarkan dalam bentuk teks skenario dengan maksud untuk mempermudah dalam menganalisis data. 3) Studi Pustaka Studi pustaka bertujuan untuk memperoleh data teoritis dari berbagai literatur yang dapat mendukung penelitian ini. Kegiatan ini dilakukan dengan mengkaji dan menganalisis sebagai literatur dan bacaan yang berkaitan dengan penelitian ini. 3.5 Teknik Analisis Data Analisis data merupakan rangkaian dari perkumpulan data dengan mencari dan menata secara sistematis catatan-catatan diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi. Hal ini untuk memahami tentang kasus yang diteliti. Kemudian mengingatkan rekaman analisis perlu dilanjutkan dengan upaya mencari maknanya. Teknik analisis yang digunakan adalah metode Content Analysis. Dalam proses tersebut hal pertama yang harus dilakukan adalah mengklasifikasi data. Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data, agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah. Kegiatan analisis tidak terpisah dari rangkaian kegiatan secara keseluruhan. Jadi tujuan dari analisis data ini adalah untuk menyederhanakan, sehingga mudah ditafsirkan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana pembingkaian jurnalisme investigasi mengungkap kebenaran dalam program berita yang
64 terkandung dalam film. Dalam menganalisis data peneliti menulis ulang keterangan adegan The Whistleblower (Jeboja) ke dalam bentuk teks. Dari teks tersebut dilanjutkan dengan mengatur urutan data dan mengorganisasikannya kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar yang tertuang dalam kolom. Kolom yang berisi dialog dan adegan yang mengandung makna tersurat dan tersirat kemudian mencari makna dari masing-masing uraian tersebut. Analisisi data ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu : 1. Reduksi Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulankesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2. Display (Penyajian Data) Penyajian data adalah sekumpulan formasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian yang baik sangat penting untuk menghasilkan analisis kualitatif yang valid. 3. Verifikasi (Menarik Kesimpulan) Setelah data-data terkumpul, diklasifikasikan kemudian dianalisis sebagai langkah terakhir dalam penelitian ini. Diambil satu simpulan dari bahanbahan tentang objek permasalahannya. Simpulan yang ditarik merupakan simpulan yang esensial dalam proses penelitian.