BAB I PENDAHULUAN. segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STRATEGI NASIONAL SAN ITAS I TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di masyarakat adalah jamban. Jamban berfungsi untuk tempat

SANITASI AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA PROGRAM SANITASI PERKOTAAN BERBASIS MASYARAKAT (SPBM) DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

TITO ANUGRAHA IMAM POHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

DITINGKATKAN Permenkes RI No. 3 tahun 2014 tentang STBM

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya hubungan interaktif antara manusia, perilaku serta

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR KABUPATEN TEGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanggapan(reaction). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN ROGOJAMPI KEPALA DESA GINTANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. 1

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization


IRGSC Policy Brief. Menuju Pembangunan Sanitasi yang Berkelanjutan: Pembelajaran dari Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, untuk jenjang tingkat pertama (Menkes, 2004).

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. Sub Sektor Air Limbah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin pesat serta lingkungan dan

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

VERIFIKASI ODF Di Komunitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, yang saling berkaitan dengan masalahmasalah lain di luar kesehatan itu sendiri seperti masalah kesejahteraan, pola pikir, serta perilaku masyarakat. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. Kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Menurut World Health Organization yang biasa disingkat (WHO) sehat dan arti kesehatan itu terdiri dari sehat jasmani, sehat mental, kesejahteraan social, dan sehat spiritual, dan kesehatan menurut WHO sebagai suatu situasi sejahtera dari tubuh, jiwa, serta social yang sangat mungkin setiap orang hidup produktif secara social serta ekonomis (http://www.bloggersbugis.com/2013/11/pengertian-sehat-dan-arti-kesehatanmenurut-who.html/ diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05). Kesehatan lingkungan adalah ilmu dan keterampilan yang memusatkan perhatiannya pada usaha pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisiknya, kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya. Jadi Ilmu Kesehatan Lingkungan berpengaruh pada usaha manusia mengelola lingkungan sedemikian rupa, sehingga derajat kesehatan manusia dapat lebih ditingkatkan dan memperoleh kesejahteraan, perubahan pola pikir, dan perubahan tingkah laku.

Faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Untuk hal ini Hendrik L. Blum menggambarkan adanya empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu: keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayan kesehatan. Keempat faktor tersebut berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan terganggu (tidak optimal) maka status kesehatan akan tergeser ke arah dibawah optimal (https://mhs.blog.ui.ac.id/putu01/2012/06/01/teori-blum-tentang-kesehatanmasyarakat/ diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.30). Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Kesimpulan kesehatan lingkungan adalah ilmu yang merupakan cabang dari ilmu kesehatan masyarakat yang lebih menitikberatkan perhatiannya pada perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian dan penilaian dari semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan ada hubungan atau berhubungan dengan perkembangan fisik, kesehatan ataupun kesejahteraan hidup manusia, sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan dapat lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar menjadi media yang baik untuk

terwujudnya kesehatan optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa dan dari masyarakat satu ke masyarakat yang lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang paling sederhana (primitif) sampai kepada yang paling mutakhir (modern). Dengan perkataan lain bahwa teknologi di bidang kesehatan lingkungan sangat bervariasi, dari teknologi primitif, teknologi menengah (teknologi tepat guna) sampai dengan teknologi mutakhir. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar menjadi media yang baik untuk terwujudnya kesehatan optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa dan dari masyarakat satu ke masyarakat yang lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang paling sederhana (primitif) sampai kepada yang paling mutakhir (modern). Salah satu teknologi modern sekarang yang berguna untuk meningkatkan kebersihan lingkungan adalah mengenai masalah sanitasi. Sanitasi sendiri menurut World Health Organization (WHO) adalah usaha untuk menjadi pencegah beberapa faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh buruk terhadap manusia yang memiliki sifat tidak terlalu mementingkan keadaan lingkungan, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia di masa depan. Dan sanitasi lingkungan merupakan hal yang sangat penting karena sangat berpengaruh kepada tingkat kesehatan manusia, sanitasi yang baik akan lebih menjamin seseorang untuk hidup sehat dan terbebas

dari penyakit, sebaliknya sanitasi yang buruk menyebabkan seseorang akan mudah sekali untuk terserang penyakit dan kemudian mengganggu kondisi kesehatannya. Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah: 1. Setelah buang air besar 12%, 2. Setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, 3. Sebelum makan 14%, 4. Sebelum memberi makan bayi 7%, dan 5. Sebelum menyiapkan makanan 6 %. Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga. Sedangkan dengan mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi

tersebut, kejadian diare menurun sebesar 94%. Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang higiene dan sanitasi dengan menetapkan Open Defecation Free dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses (http://www.sanitasi.net/sanitasi-total-berbasis masyarakat.html/ diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 20.15). Permasalahan-permasalahan sanitasi yang sudah sangat mengkhawatirkan tersebut, memicu pemerintah membuat sebuah Program Nasional yang dinamakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dituangkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008. STBM adalah suatu pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan dengan metode pemicuan, untuk mewujudkan kondisi sanitasi total di komunitas. Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah perilaku melalui pemberdayaan di masyarakat dengan pendekatan 5 Pilar STBM, yaitu : 1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS); 2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS); 3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT); 4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT); 5. Pengelolaan Limbah Cair Rurnah Tangga (PLC-RT) Pencemaran lingkungan yang dilakukan melalui perilaku manusia yang buang air besar sembarangan dan membuang air limbah langsung ke aliran sungai sangatlah berbahaya terhadap lingkungan dan makhluk hidup yang berada di sungai

dan harus segera dihentikan. Dan sangat dianjurkan bagi semua masyarakat untuk memiliki septictank sebagai tempat pembuangan kotoran limbah rumah tangga atau kotoran (tinja). Akan tetapi struktur septictank tersebut tidak sembarangan dibuat untuk sekedar menampung tinja saja, karena jika bentuk dan struktur nya tidak ideal di khawatirkan tujuan semula untuk mencegah tersebarnya penyakit dengan pembuatan septictank tersebut akan menjadi hal sebaliknya sebagai celah terjadinya pencemaran lingkungan. Septictank yang tidak ideal bentuk dan strukturnya akan membuat kotoran yang terdapat didalam septictank terkontaminasi dengan tanah, dimana tanah merupakan sebagai sumber air yang dijadikan sebagai sumur sebagai kebutuhan air terhadap masyarakat. Dikhawatirkan pencemaran yang terjadi akibat septictank tersebut akan mencemari sumber air yang ada dan malah mengancam kesehatan manusia, dengan demikian septictank bukan hanya sekedar tempat untuk membuang kotoran saja tetapi sebagai tempat untuk melindungi lingkungan sekitar dari bahaya yang ditimbulkan kotoran tersebut. Septictank yang baik seharusnya kedap air, sehingga air dari kotoran tinja tersebut sedikitpun tidak akan merembes ke tanah dan kemudian harus memiliki media kontak yang dirancang khusus untuk berkembak biak nya bakteri pengurai sehingga bakteri pengurai dapat memetabolisme tinja dengan efektif dan sistem disinfektan yang penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan sehingga ketika air dari kotoran tinja tersebut dibuang tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Intinya septictank yang baik dan benar dapat menampung dan mengolah limbah tinja menjadi cairan yang tidak berbau dan layak di alirkan ke parit sehingga tidak mencemari lingkungan. Tanpa kita sadari, kita juga menjadi pelaku

pencemaran lingkungan karena septictank yang selama ini kita pakai merupakan septictank yang tidak sesuai pembuatannya sehingga tidak ramah lingkungan. Munculnya program bantuan dari United States Agency for International Development (USAID) melalui IUWASH bekerja sama dengan Pemerintah Kota Medan, Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) dan Lembaga YAKMI sebagai implementator program, program tersebut berupa peningkatan sanitasi di masyarakat berbasis keluarga dengan memberikan percontohan (Pilot Project) sebanyak 32 unit kepada Masyarakat Kota Medan yang tergolong dalam Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di 7 Kelurahan yakni Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Kota Bangun, Kelurahan Karang Berombak, Kelurahan Tegal Sari, Kelurahan Sicanang, Kelurahan Belawan 1 dan Kelurahan Polonia. Dengan terbangunnya septictank ini dapat sebagai percontohan bagi masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan sanitasi di Kota Medan, di harapkan bisa merubah pola perilaku untuk lebih memperhatikan lingkungan sekitar, dan sebagai contoh kepada pemerintah dan masyarakat agar dapat mereplikasi melalui dana-dana APBD. Dimana nantinya 32 septictank yang terbangun ini akan menghasilkan dampak positif dan menjadi acuan bagi masyarakat lainnya untuk membangun septictank ramah lingkungannya sendiri. Tujuan dari program ini juga untuk menerbitkan peraturan daerah (Perda) yang mengatur tentang pengolahan tinja secara terpadu. Bantuan juga diberikan kepada masyarakat sebesar Rp.2.500.000,- untuk membangun Septictank sehingga diharapkan partisipasi masyarakat untuk mendukung pembangunan, adapun total biaya yang dibutuhkan untuk membangun setiap septictank ramah lingkungan ini sekitar Rp. 3500.000 Rp. 4000.000,- per unit. Penerima bantuan dapat menutupi kekurangannya dengan menghitung dari

kontribusi bantuan yang telah diberikan, Apabila masyarakat tidak dikenakan biaya tersebut masyarakat akan merasa sepele dan tidak melakukan perawatan terhadap septictank yang telah dibangun tersebut. Hasil advokasi lembaga IUWASH dan YAKMI kepada Pemerintah Kota Medan untuk mendukung Program Nasional 100 0 100, maka Pemerintah Kota Medan akan mereplikasi septictank ramah lingkungan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota Medan. Berdasarkan hal-hal yang diutarakan, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana partisipasi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang akan diberikan bantuan sanitasi melalui septictank ramah lingkungan, yang akan dituangkan pada penelitian yang berjudul Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Pembangunan Sanitasi Berbasis Keluarga Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kota Medan 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Pembangunan Sanitasi Berbasis Keluarga Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kota Medan. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui Apa Partisipasi Yang Diberikan Masyarakat Terhadap Program Pembangunan Sanitasi Berbasis Keluarga Dampingan

Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kota Medan. 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara akademis, dapat memberikan sumbangan mengenai septictank berbasis masyarakat terhadap Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial. 2. Memberikan pemahaman yang tepat mengenai sanitasi yang baik kepada masyarakat dan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial. 3. Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk menambah bahan penelitian dalam melengkapi suatu karya ilmiah. 1.4 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang diteliti. BAB V : ANALISIS DATA Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Bab ini berisikan tentang hal-hal pokok berupa kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.