BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang modern ini, pembangunan dan perkembangan perekonomian terkhususnya di bidang industri dan perdagangan nasional telah banyak menghasilkan variasi pangan yang dapat di konsumsi. Dengan banyak variasi pangan yang ditawarkan, masyarakat bebas memilih produk pangan yang diinginkan. Kesadaran pentingnya pemahaman label produksi pangan di Indonesia mulai berkembang dan adanya peningkatan perhatian dalam pelabelan. Peran label dalam sebuah produk pangan sangat penting karena suatu label yang baik akan mempermudah konsumen dalam pemilihan produk pangan yang di butuhkan. Label yang ada pada sebuah produk pangan mempunyai peranan sangat penting dalam memberikan sarana pendidikan bagi masyarakat serta memberikan nilai tambah pada suatu produk tersebut. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No.67/M-DAG/PER/11/2013 mengatakan bahwa, label adalah setiap keterangan mengenai barang yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk lain yang memuat informasi tentang barang dan keterangan pelaku usaha serta informasi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jadi label produk pangan harus memberikan informasi yang benar pada konsumen, karena setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas kedalam 1
2 wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan atau dikemasan pangan (Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999). Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa semua makanan yang dikemas harus mempunyai label yang memuat keterangan mengenai isi, jenis dan jumlah bahan-bahan yang digunakan, tanggal kadaluwarsa, komposisi zat gizi yang dinyatakan dalam jumlah dan sebagai persen angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk setiap takaran saji, serta keterangan penting lainnya (seperti kehalalan produk), dengan demikian konsumen dapat mengetahui kandungan gizi dan kelayakan makanan kemasan tersebut (Almatsier, 2011). Berdasarkan amanat dari Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dikaitkan dengan hak konsumen mendapatkan kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa, hak mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa, serta mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen. Berdasarkan hasil survey The Food and Drug ( FDA) pada tahun 2005, mengatakan bahwa dimana 60% sampai 80% konsumen di Amerika membaca produk label pangan sebelum membeli produk makanan baru dan 30% sampai 40% konsumen mengaku bahwa label produk pangan yang mempengaruhi keputusan mereka dalam membeli jenis produk pangan (Philipson, 2005). Berdasarkan penelitian kuantitatif yang dilakukan pada tahun 2003 oleh International Food Information Council (IFIC) mengatakan bahwa masyarakat Amerika membaca label makanan saat memutuskan untuk membeli suatu produk makanan. Lebih dari 8 dari 10 konsumen atau sekitar 83% melihat komposisi atau informasi gizi pada label makanan, dimana 11% selalu melihat, 32% hampir
3 selalu melihat, dan 40% kadang-kadang melihat label makanan. Hanya 13% masyarakat Amerika jarang menggunakan informasi label makanan dan 4% yang tidak pernah melakukan pembacaan label pada makanan. Konsumen Amerika menunjukkan kesadaran yang tinggi terhadap informasi pada label gizi, dimana kandungan gizi yang menjadi perhatian konsumen adalah kalori 89%, diikuti lemak total 81%, natrium 75%, gula 73%, karbohidrat 72%, lemak jenuh 71%, dan kolesterol 66% (Borra, 2006). Di Indonesia berdasarkan data Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) pada tahun 2007, mengungkapkan bahwa 6,7 % konsumen di Indonesia yang memperhatikan label dalam memilih produk makanan. Dalam penelitian Asmaiyar (2004) pada konsumen di pasar kebayoran lama Jakarta Selatan, mengatakan bahwa tingkat kepatuhan konsumen dalam membaca label pangan masih cukup rendah yaitu 45% dari 120 konsumen sebagai responden. Jika dibandingkan dengan negara Amerika, masyarakat di Indonesia sangat sedikit yang memperhatikan label produk pangan. Menurut Devi (2013) penelitian di pasar Swalayan ADA Setiabudi Semarang tentang praktek pemilihan makanan kemasan mengatakan bahwa 50% responden tidak memperhatikan berat bersih bahan dan informasi gizi yang tercantum dalam label makanan kemasan, sedangkan yang sudah memperhatikan komposisi 60%, label halal 65,7%, tanggal kedaluwarsa 94,3% sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan pembelian makanan kemasan. Penelitian Zahara (2009) pada mahasiswa UI menunjukkan tingkat kepatuhan responden untuk membaca label informasi zat gizi sebesar 39,1%, label komposisi sebesar 38,6%, dan label kadaluarsa sebesar 92,1%. Penelitian Susanto (2008) penelitian
4 pada siswa Sma di kota Bogor pengaruh label kemasan pangan dalam keputusan siswa membeli makanan menunjukkan label kemasan pangan yang paling diperhatikan responden adalah label halal 36,5%, waktu kedaluwarsa 34,9%, nama produk 20,6%, dan komposisi makanan 7,9%. Sebanyak 88,9% responden memutuskan untuk tidak jadi membeli makanan jika tidak menemukan label kemasan pangan yang dicarinya dan hanya 11,1% yang tetap membeli makanan walaupun tidak menemukan label kemasan pangan yang dicarinya. Menurut Drichoutis, Lazaridis, dan Nayga (2006b), mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi prilaku membaca label informasi zat gizi. Faktor-faktor tersebut dapat berupa umur, pendapatan, pendidikan, jenis kelamin, dan status bekerja. Selain itu lama waktu dalam berbelanja dapat menjadi faktor yang berhubungan dengan prilaku membaca. Kesadaran individu akan pentingnya zat gizi dan kesehatan, serta situasi yang memaksa untuk berdiet akan dapat memacu masyarakat untuk lebih sering membaca label makanan. Perilaku dengan membaca label makanan, selain untuk menghindari konsumsi makanan yang berlebihan juga untuk menghindari konsumen dari alergi terhadap salah satu pangan, selain itu konsumen juga dapat menghindari konsumsi produk pangan dari bahaya kadaluwarsa pada suatu produk makanan, misalnya makanan kaleng yang memasuki masa kadaluwarsa akan bersifat racun karena terbentuknya bakteri phatogen atau jamur yang berkembang. Begitu juga pada makanan kemasan yang terbuat dari kacang-kacangan setelah memasuki masa kadaluwarsa akan terbentuk senyawa aflatoksin akibat tercemar dari jamur aspergillus falavus dan aspergillus parasiticus. Semua senyawa tersebut akan memberikan efek bahaya jika terkonsumsi oleh manusia (Sibuea, 2002).
5 Mahasiswa kesehatan masyarakat harus memiliki konsep kesehatan masyarakat, karena konsep tersebut menanamkan untuk hidup berperilaku sehat. Konsep kesehatan masyarakat bergerak dalam bidang preventif dan promotif yang seharusnya sudah ada atau sudah ditanamkan dalam kehidupan mahasiswa serta dilakukan sebagai seorang mahasiswa kesehatan masyarakat. Perilaku sehat harus dilakukan seorang mahasiswa kesehatan mayarakat salah satunya adalah dengan membaca label yang ada pada produk pangan kemasan karena sebagai mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat merupakan agen perubah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dengan demikian, membaca informasi label produk pangan kemasan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam menjamin keamanan, kualitas, maupun kuantitas produk pangan yang di konsumsinya dan merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit yang dapat disebabkan oleh konsumsi makanan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan membaca label kemasan pangan pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 1.2 Rumusan Masalah Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat yang bergerak dalam preventif dan promotif, seharusnya mahasiswa kesehatan masyarakat menanamkan perilaku hidup sehat salah satunya adalah dengan membaca label pangan kemasan sebelum mengkonsumsi atau membeli suatu produk pangan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan membaca label kemasan pangan pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
6 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan membaca label kemasan pangan pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui kebiasaan mahasiswa FKM USU dalam membaca label kemasan pangan. 2. Mengetahui hubungan kebiasaan membaca label kemasan pangan dengan jenis kelamin. 3. Mengetahui hubungan kebiasaan membaca label kemasan paangan dengan pengetahuan label. 4. Mengetahui hubungan kebiasaan membaca label kemasan pangan dengan persepsi tentang produk pangan. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam rangka meningkatkan upaya promotif mengenai kebiasaan membaca label pada kemasan pangan. 2. Sebagai sarana dalam memberikan informasi mengenai penggunaan label kemasan pangan kepada mahasiswa sehingga dapat lebih selektif dalam memilih produk pangan. 3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berguna dalam pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya mengenai kebiasaan membaca label pada kemasan pangan.