PENGEMBANGAN PENGENDALIAN PROTEKSI RADIASI DAERAH KERJA, PERSONIL DAN LINGKUNGAN DI PTLR L. Kwin Pudjiastuti, M.Cecep CH, M. Romli, Adi Wijayanto, Arie Budianti, Mahmudin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK PENGEMBANGAN PENGENDALIAN PROTEKSI RADIASI DAERAH KERJA, PERSONIL DAN LINGKUNGAN DI PTLR. Pengembangan pengendalian keselamatan radiasi di Instalasi Pengolahan limbah radioaktif (IPLR) dan Kanal Hubung Instalasi Penyimpanan Bahan Bakar nuklir Bekas (KH-IPSB3) tidak hanya dilakukan pada daerah kerja, tetapi termasuk personil dan lingkungan yang telah dilakukan selama tahun 2012. Pengendalian dilakukan dengan pemantauan laju dosis, kontaminasi udara dan permukaan, serta pemantauan dosis kumulatif. Tujuan pemantauan adalah untuk memberikan perlindungan kepada pekerja agar dapat bekerja secara aman serta lingkungan yang aman dan bersih, sehingga nyaman untuk bekerja. Hasil pemantauan diperoleh data laju dosis untuk IPLR antara 0,17 0,28 μsv/jam, sedangkan di KH-IPSB3 sebesar 0,15 0,50 μsv/jam. Pemantauan dosis kumulatif di IPLR 0,91 1,29 msv/tahun dan 0,94 2,24 msv/tahun di KH-IPSB3. Tingkat kontaminasi permukaan untuk gross α sebesar 0-0,14 Bq/cm 2 untukiplr dan 0 0,04 Bq/cm 2 untuk KH-IPSB3. Sedangkan untuk gross β/γ antara 0 0,08 Bq/cm 2 dan 0 0,46 Bq/cm 2 untuk IPLR dan KH-IPSB3. Kontaminasi udara untuk gross α antara 0 0,03 Bq/m 3 dan untuk gross β/γ antara 0 0,64 Bq/m 3 untuk IPLR dan untuk KH-IPSB3 gross α antara 0 0,03 Bq/m 3 dan untuk gross β/γ antara 0 1,077 Bq/m 3 Pengembangan dilakukan dengan revitalisasi peralatan proteksi radiasi dengan pemasangan gamma area monitor di IS-1, ruang kompaksi dan ruang sementasi. Data ini dipantau secara realtime dan dapat dipantau di ruang proteksi radiasi sehingga data pemantauan dapat diperoleh secara cepat. Kata kunci : Proteksi Radiasi, pemantauan, keselamatan ABSTRACK DEVELOPMENT OF RADIATION PROTECTION MONITORING IN WORK AREA, PERSONNEL AND ENVIRONMENT AT PTLR. The development of radiation safety control in Radioactive Waste Installation (RWI) and Transfer Channel - Interm Storage For Spent Fuel (TC-ISFSF) not only in the work area, but including the personnel and the environment has been carried out during the 2012. Controls performed by monitoring the dose rate, contamination of air and surfaces, and monitoring of cumulative dose. The purpose of monitoring is to provide protection to the workers to work safely and the environment safe and clean. The results of the monitoring data obtained dose rate for RWI between 0.1 7-0.2 8 μsv/h, while in the TC-ISFSF is 0.15-0.50 μsv/h. The cumulative dose at RWI from 0.91-1.29 msv/y, and 0.94-2.24 msv/y in the TC-ISFSF. Surface contamination level for gross α is 0-0.14 Bq/cm 2 for RWI and 0-0.04 Bq/cm 2 for TC-ISFSF. While for gross β/γ between 0-0,08 Bq/cm 2 and 0-0.46 Bq/cm 2 for RWI. The level of air contamination for gross α between 0-0, 03 Bq /m 3 and for gross β/γ between 0-0.64 Bq /m 3 at RWI and for gross α at TC-ISFSF between 0-0,03 Bq/m 3 and for gross β/γ between 0-1.077 Bq/m 3. Developing performed the revitalization of radiation protection equipment with the installation area gamma monitors in the IS-1, and at compaction room, also sementation room. This data is realtime monitored and can be monitored in radiation protection room, so that monitoring data can be obtained quickly. Keywords : Radiation Protection, monitoring, safety 689
PENDAHULUAN Berkembangnya teknologi yang efisien dan akurat di Indonesia dengan menggunakan bahan radioaktif sebagai sumber pemancar Gamma, Beta maupun Alpha dalam kegiatan di industri, rumah sakit dan penelitian, akan menimbulkan limbah yang perlu penanganan tersendiri. Pengolahan limbah radioaktif mempunyai potensi bahaya radiasi maupun non radiasi bagi manusia maupun lingkungan hidup sehingga perlu dilakukan pengelolaan yang benar agar tidak membahayakan baik bagi pekerja maupun masyarakat dan lingkungan. Pelaksanaan pengelolaan limbah radioaktif diamanatkan dalam Undang-undang No 10 tahun 1997 pasal 23 yang menyebutkan bahwa pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan oleh badan pelaksana, yaitu Badan Tenaga Nuklir Nasional. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) BATAN merupakan satusatunya fasilitas di Indonesia. [1] Limbah radioaktif yang diolah di Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif (IPLR) berasal dari fasilitas penelitian yang ada di BATAN dan instansi non BATAN seperti industri dan rumah sakit yang mempergunakan bahan radioaktif sebagai salah satu kegiatannya. Keselamatan harus menjadi prioritas utama pada seluruh tahap kegiatan, dan menjadi pertimbangan utama baik secara organisasi maupun perorangan, sehingga perlu diterapkan program proteksi radiasi. Program Proteksi Radiasi meliputi pengendalian daerah kerja, pengendalian Personil dan Lingkungan merupakan upaya untuk mewujudkan keselamatan dalam pengelolaan limbah radioaktif. Program ini dilaksanakan secara periodik dan terus menerus pada kondisi operasi dan tidak operasi. Program ini sesuai dengan keputusan Kepala Batan Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja BATAN pasal 302 yang dilaksanakan oleh Bidang Keselamatan dan Lingkungan Pusat Teknologi Limbah Radioaktif. [2] Program Proteksi Radiasi juga sebagai upaya untuk memenuhi peraturan yang telah dikeluarkan dalam melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja dari potensi bahaya radiasi dan non radiasi yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif pasal 24 ayat b serta sebagai aturan pelaksanaannya adalah Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/Ka-BAPETEN/V- 690
99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi yang mengatur tentang batasan tingkat kontaminasi dan radiasi daerah kerja. [3,4] Pengendalian proteksi radiasi tidak terbatas di IPLR namun juga di Kanal Hubung Instalasi Penyimpanan Sementaran Bahan Bakar Nuklir Bekas (KH- IPSB3) Sampai saat in KH-IPSB3 telah berisi Bahan Bakar Nuklir Bekas sebanyak 224 buah berasal dari Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG) dan 2 buah berasal dari Radiometalurgi Instalation (RMI) yang berupa bahan hasil penelitian yang telah dikemas kedalam selongsong yang berbentuk seperti bahan bakar. Pemantauan keselamatan radiasi dilakukan untuk evaluasi tingkat risiko penerimaan dosis radiasi bagi pekerja di daerah kerja IPLR, tempat penyimpanan sementara (Interim Storage/IS) dan KH-IPSB3. Kegiatan ini dilakukan dengan cara pemantauan laju dosis, tingkat kontaminasi baik udara maupun permukaan daerah kerja, serta pemantauan dosis kumulatif daerah kerja. Data dari hasil pemantauan daerah kerja dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan perkiraan awal kemungkinan penerimaan dosis pekerja baik internal maupun eksternal, sehingga apabila terjadi ketidak normalan akan segara diketahui lebih awal untuk dilakukan penanggulangannya. Pengembangan dilakukan dengan pemasangan perangkat keras dan perangkat lunak serta pengembangan sumber daya manusi. Pengembangan kemampunan kompetensi pekerja dengan penyelenggaraan pelatihan Kesiapsiagaan di KH-IPSB3 yang berupa tabletop assesment, Pelatihan kedaruratan dalam transpotasi, penyegaran proteksi radiasi bagi karyawan PTLR, latihan kedaruratan non radiasi yang berupa latihan pemadaman kebakaran di IPLR, workshop budaya keselamatan dengan menghadirkan nara sumber dari yang berkompeten. Untuk menjaga agar keselamatan tetap terjamin telah di operasikan sistem pemantau radiasi terpusat di IPLR, sehingga tingkat radiasi di IPLR, IS-1 dan IS-2 dapat dipantau secara real time di ruang Proteksi Radiasi. 691
TATA KERJA Bahan dan alat Dalam pemantauan daerah kerja peralatan yang digunakan adalah alat ukur radiasi dan kontaminasi, alat cuplik udara, alat cacah kontaminasi, alat pelindung diri dan peralatan pendukung lainnya. Sedangkan bahan yang dipergunakan meliputi bahan dekontaminasi, kertas saring dan bahan pendukung lainnya. Metode : Metode pemantauan daerah kerja mengacu pada Prosedur Pemantauan daerah Kerja sebagai berikut [5] : Pemantauan Keselamatan Radiasi Pemantauan keselamatan radiasi dilakukan dengan cara pemantauan laju dosis secara rutin satu bulan sekali, pemantauan tingkat kontaminasi permukaan, kontaminasi udara dan pemantauan dosis kumulatif daerah kerja setiap tiga bulan sekali. Pemantauan dilakukan di IPLR, IS-1; IS-2; KH-IPSB3 1. Pemantauan laju dosis Pemantauan laju dosis dilakukan secara rutin dan pada saat proses pengelolaan limbah dengan menggunakan radiameter FAG tipe FH40F2. Alat ini mempunyai rentang pengukuran 0,01 µsv/jam 99,99 msv/jam yang dilakukan kalibrasi secara berkala satu tahun sekali dan memiliki faktor kalibrasi sebesar 1,01. Hasil pemantauan dicatat dalam formulir pemantauan laju dosis daerah kerja dan logbook serta pada papan informasi laju dosis dan tingkat kontaminasi daerah kerja yang terpasang pada setiap ruangan yang dipantau, sehingga dapat dengan kerja mudah dilihat oleh pekerja dan tamu yang berada di ruang tersebut. Pemantauan laju dosis di ruang tertentu dilakukan secara realtime, dengan memasang gamma area monitor dan dihubungkan dengan PC serta panel dot matric, sehingga laju dosis dapat dipantau dari ruang proteksi radiasi maupun dari ruang sebelum masuk instalasi. 692
2. Pemantauan dosis kumulatif daerah kerja Pemantauan dosis kumulatif dilakukan dengan menggunakan Themoluminisence Dosimeter (TLD) jenis BG-7001, sedangkan di tempat penyimpanan limbah sumber bekas yang terdapat sumber netron pemantauan dilakukan dengan menggunakan TLD jenis BGN-7767. Pemrosesan dosis kumulatif dilakukan oleh sub Bidang Pengendalian Personil menggunakan alat TLD reader model 6600 buatan Harshaw. Periode pemantauan adalah tiga bulan sekali. 3. Pemantauan tingkat kontaminasi permukaan daerah kerja Pemantauan dilakukan dengan metode uji usap (smear test) menggunakan kertas usap whatman. Uji usap dilakukan pada permukaan dengan luas ± 100 cm 2 dan dilaksanakan rutin setiap tiga bulan dan pada saat proses. Kontaminan yang terambil dilakukan dicacah menggunakan alat α / β sample counter dan dianalisis untuk menentukan besarnya kontaminasi gross α dan gross β/γ permukaan daerah kerja. Pemantauan kontaminasi permukaan juga dilakukan terhadap pakaian kerja yang akan dicuci dan setelah pencucian. 4. Pemantauan tingkat kontaminasi udara daerah kerja Pemantauan dilakukan dengan metode pencuplikan udara daerah kerja menggunakan alat hisap APA-14. Udara daerah kerja dihisap selama 24 jam sehingga partikel-partikel aktif dapat tertangkap dalam kertas saring. Kertas saring selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan alat α/β sample counter dengan detektor untuk α maupun untuk β/γ dengan memperhitungkan volume dan faktor koreksi, maupun faktor kalibrasi sehingga diperoleh besarnya kontaminasi pada udara daerah kerja. 5. Pemasangan Gamma Area Monitor Gamma monitor yang terdiri dari detector NaITl dan dose rate meter berfungsi untuk mendapatkan data hasil pengukuran paparan radiasi/ laju dosis 693
daerah kerja, seperti ruang kompaksi, sementasi dan IS-1 kemudian datanya dikirim ke komputer melalui komunikasi serial. Konverter RS-232 to RS-485 berfungsi untuk mengubah level tegangan dua arah antara RS232/TTL dan RS- 485. Konverter RS-485 to RS-232 berfungsi untuk mengubah level tegangan dua arah antara RS-485 dan RS232/TTL. Konverter RS-232 to USB berfungsi untuk mengubah level tegangan dua arah antara RS232/TTL dan USB (Universal Serial Bus). Komputer berfungsi untuk sebagai pengolah data dan pengendali suatu sistem dengan kapasitas data tertentu yang dapat bekerja dengan kecepatan yang sangat tinggi. Alarm berfungsi untuk memberikan informasi dini kepada pekerja radiasi jika terjadi paparan radiasi melebihi nilai batas daerah kerja. Microcontroller dan display berfungsi untuk mengolah data yang diberikan oleh komputer, kemudian ditampilkan dengan display seven segment dan dot matriks. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pemantauan Laju Dosis Laju dosis daerah kerja di IPLR berkisar antara 0,17 0,31 µsv/jam. Laju dosis pada tempat penyimpanan sementara limbah radioaktif (IS) tertinggi pada triwulan III sebesar 2,38 µsv/jam karena banyak limbah masuk dan belum dilakukan proses. Sedangkan laju dosis latar sebesar 0,14 µsv/jam, Berdasarkan batasan yang ditetapkan (20 msv/tahun), maka laju dosis daerah kerja di IPLR masih di dibawah batasan. Data pemantauan laju dosis daerah kerja selengkapnya ditampilkan pada Tabel 1. dan Tabel 2. 694
Tabel 1. Laju dosis daerah kerja IPLR Laju Dosis (μsv/j) No. Zona Batasan Tw I Tw II Tw III Tw IV 1 I 1 0,19 0,20 0,19 0,18 2 II 3 0,18 0,28 0,21 0,19 3 III 10 0,17 0,31 0,17 0,19 4 IV 30 0,18 0,23 0,19 0,20 5 IS 30 2,14 1,82 2,38 2,07 Tabel 2. Laju Dosis daerah kerja KH-IPSB3 No Zona Batasan* 7) Laju Dosis (µsv/j) Tw I Tw II Tw III Tw IV 1 I 1 0.18 0,15 0,17 0,19 2 II 3 0,18 0,15 0,17 0,25 3 III 10 0,38 0,17 0,25 0,50 Hasil pemantauan laju dosis KH-IPSB3 minimum sebesar 0,15 µsv/jam dan maksimum sebesar 0,50 µsv/jam. Laju dosis tertinggi terukur di ruang purifikasi hal ini karena di ruang ini terdapat limbah resin bekas untuk menyerap radionuklida dalam air. Pemantauan laju dosis saat proses meliputi proses sementasi, kompaksi, kondisioning sumber bekas, preparasi limbah cair, identifikasi sumber bekas, preparasi limbah B3. Pemantauan dilakukan mulai preparasi sampai dengan limbah telah siap disimpan sementara. Data pemantauan selama proses ditampilkan dalam Table 3. 695
Tabel 3. Laju dosis pada saat proses pengolahan limbah No. Proses Laju Dosis rata-rata (μsv/j) Daerah Kerja Kontak 1 m Batasan * 6) 1 Sementasi 0,51 2,02 0,86 10 2 Preparasi 0.55 2.00 1.18 10 3 Kompaksi 0,25 0,29 0,23 10 4 Indentifikasi 0,41 2,59 0,40 10 5 Pemetaan IS-2 0,63 1,37 0,35 10 6 Kondisioning SB 1,42 832,46 35,50 10 BG 0,25 μsv/j Laju dosis pada saat kondisioning relatif lebih besar dibandingkan dengan proses yang lain, karena disini menangani limbah sumber bekas dari industri dengan aktivitas relatif tinggi dengan paparan tertinggi sebesar 832,46 μsv/j pada kontak. 2. Dosis Kumulatif daerah kerja Dosis kumulatif daerah kerja berkisar antara 0,17 ~ 0,36 msv. Dosis kumulatif tertinggi pada Interm Storage 2 yaitu sebesar 87,60 msv, pada triwulan 2. Dosis kumulatif ini karena IS-2 dipergunakan untuk menyimpanan sumber bekas aktivitas tinggi, dan ada kegiatan unloading sumber bekas selama beberapa hari. Data dosis kumulatif ditampilkan pada Tabel 4.dan Tabel 5. 696
Tabel 4. Dosis Kumulatif daerah kerja IPLR No Zona Batasan * 7) Dosis (msv) Tw I Tw II Tw III Tw IV 1 I 1,25 0,17 0,28 0.21 0,25 2 II 3,75 0,19 0,33 0.36 0,41 3 III 12,5 0,17 0,29 0.21 0,41 4 IV 12,5 0,22 0,25 0.23 0,25 5 IS 37,5 2,22 87,60 5.18 3,62 Background 0.20 Tabel 5. Dosis Kumulatif daerah kerja KH-IPSB3 No Zona Batasan* 7) Dosis Kumulatif (msv) Tw I Tw II Tw III Tw IV 1 I 5 0,14 0,34 0.24 0,31 2 II 5 0,15 0,26 0.27 0,28 3 III 5 0,55 0,73 0.53 0,43 Dari data hasil pengukuran dosis kumulatif daerah kerja baik di IPLR maupun di KH-IPSB3, tidak diperoleh dosis yang melebihi batasan pada zona I,II,III dan IV kecuali di Interm storage triwulan II, namun telah mengalami penurunan sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan di IS-2. 3. Tingkat Kontaminasi Permukaan daerah kerja Tingkat kontaminasi permukaan daerah kerja untuk pemancar gross α antara 0 0,14 Bq/cm 2, sedangkan untuk gross β/γ antara 0-0,18 Bq/cm 2. Tingkat kontaminasi permukaan pada saat proses pengolahan limbah preparasi dan sementasi di zona III terdeteksi adanya kontaminan gross alpha relatif kecil, 697
sedangkan gross β/γ sebesar 0,30 Bq/cm 2 di ruang shell sementasi. Data hasil pengukuran selengkapnya ditampilkan pada Tabel 6. dan Tabel 7. Tabel. 6. Kontaminasi Permukaan Daerah Kerja Tk Kontaminasi (Bq/cm 2 ) No Zona Tw I Tw II Tw III Tw IV Batasan* α β/γ α β/γ α β/γ α β/γ α β/γ 1 I 0,00 0,02 0,00 dld 0,00 dld 0.14 0.01 0,37 3,7 2 II 0,00 0,01 0,00 0,01 dld 0,00 0,05 Ttd 0,37 3,7 3 III 0,00 0,01 0,00 0,08 dld 0,05 Ttd Ttd 0,37 3,7 4 IV 0,00 Ttd dld dld dld dld Ttd Ttd 0,37 3,7 5 IS 0,00 0,03 0,00 0,03 0,00 0,01 0,07 0,18 0,37 3,7 Dld = Di bawah limit deteksi (0,01) Tabel.7. Kontaminasi Permukaan Proses Pengolahan Limbah Radioaktif Tk Kontaminasi (Bq/cm 2 ) Zona Pengukuran Batasan No Persentase (%) α β/γ α β/γ α β/γ 1 Preparasi 0,04 0,30 0,37 3,7 11,52 8,09 2 Kompaksi 0,00 0,06 0,37 3,7 0,56 1,54 Tingkat kontaminasi pada saat proses pada saat preparasi terukur lebih tinggi dari pada saat proses kompaksi, dimungkinkan karena preparasi merupakan persiapan sebelum proses dengan memilah-milah limbah untuk memastikan jenis limbah sesuai dengan proses yang akan dilakukan. 698
Tabel 8. Tingkat Kontaminasi Permukaan daerah kerja KH-IPSB3 No Zona Tk Kontaminasi (Bq/cm 2 ) Tw I Tw II Tw III Tw IV Batasan* 4) α β/γ α β/γ α β/γ α β/γ α β/γ 1 I 0,00 0,01 dld 0,04 dld 0,01 0,00 0,01 0,37 3,7 2 II 0,00 0,01 dld 0,02 dld 0,01 0,04 0,02 0,37 3,7 3 III 0,00 0,05 0,01 0,16 dld 0,01 0,00 0,02 0,37 3,7 Tingkat kontaminasi permukaan di KH-IPSB3 dibawah limit deteksi pada zona I dan II dan zona III pada triwulan I, II dan III. Pada triwulan IV terdektsi sebesar 0,04 Bq/cm 2 untuk pemancar gross α. Untuk pemancar gross β/γ sebesar 0,01 0,22 Bq/cm 2. Jika dibandingkan dengan batasan yang diambil maka tingkat kontaminasi masih dibawah batasan. 4. Kontaminasi Udara daerah kerja Tingkat kontaminasi udara daerah kerja IPLR pada tahun 2012 untuk pemancar gross α antara 0,00 0,03 Bq/m 3, sedangkan gross β/γ antara 0,00 0,67 Bq/m 3. Aktivitas radionuklida di udara hasil buang yang keluar stack relatif kecil sebesar 0,25 % dari batasan yang dijinkan, sedangkan pada triwulan III dan IV tidak dilakukan sampling karena alat baru dalam uji fungsi. Data hasil pengukuran selengkapnya ditampilkan pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9. Kontaminasi Udara Daerah Kerja IPLR Tk Kontaminasi (Bq/m 3 ) No Zona Tw I Tw II Tw III Tw IV Batasan* 4) α β/γ α β/γ α β/γ α β/γ α β/γ 1 I 0,00 0,07 0,03 0,67 0,00 dld ttd 0,00 6 60 2 II 0,00 0,06 0,00 0,08 dld 0,00 ttd 0,09 6 60 3 III 0,00 0,08 0,00 0,15 dld 0,05 ttd 0,04 6 60 4 IV 0,01 0,57 0,03 0,64 dld dld ttd ttd 6 60 5 IS 0,00 0,05 0,01 0,08 0,00 0,01 ttd ttd 6 60 6 stack 0,00 0,08 0,00 0,04 699
Tabel. 10. Tingkat kontaminasi Udara KH-IPSB3 No Zona Tk Kontaminasi (Bq/m 3 ) Tw I Tw II Tw III Tw IV Batasan 4) α β/γ α β/γ α β/γ α β/γ α β/γ 1 I 0,01 0,14 0,00 0,14 0,00 0,00 0,000 0,043 7 70 2 II 0,01 0,17 dld 0,16 0,00 0,00 0,000 1,077 7 70 3 III 0,00 0,07 4 stack 0,00 0,07 0,00 0,05 0,03 0,33 0,001 0,459 7 70 0,00 0,09 7 70 Tingkat kontaminasi udara di KH-IPSB3 untuk pemancar gross α berkisar antara 0 0,03 Bq/m 3, sedangkan untuk pemancar gross β/γ. tertinggi sebesar 1,077 Bq/m 3. Pada triwulan III dan IV tidak dilakukan pengukuran tingkat kontaminasi udara yang keluar stack, dikarenakan sedang dilakukan pergantian peralatan untuk mengukur udara yang keluar stack dengan iodine monitor. KESIMPULAN Dari hasil pemantauan daerah kerja IPLR dan KH-IPSB3 dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemantauan daerah kerja berjalan sesuai dengan yang direncanakan, hasil pemantauan laju dosis, tingkat kontaminasi udara dan permukaan serta dosis kumulatif pada kondisi proses operasi dan tidak proses operasi masih jauh di bawah nilai batas yang telah ditetapkan sebear 20 msv/tahun, sehingga keselamatan kerja dapat tercapai, diharapkan dosis radiasi yang diterima pekerja baik dosis radiasi eksterna maupun dosis interna masih jauh dari nilai batasnya. DAFTAR PUSTAKA [1]. ANONIM; Undang Undang No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran. [2]. ANONIM Keputusan Kepala Batan Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja BATAN 700
[3]. ANONIM Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan radiasi dan keamanan sumber radioaktif. [4]. ANONIM Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. [5]. ANONIM Dokumen Program Proteksi Radiasi di IPLR dan Program Proteksi Radiasi di KH-IPSB3 serta prosedur dan Instruksi Kerja pendukung. [6]. ANONIM, Pedoman Keselamatan dan Proteksi Radiasi Kawasan Nuklir Serpong. Revisi 1, 2011. [7]. ANONIM, Perka BAPETEN no. 06/2011 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar X, Radiologi Diagnostik dan Intervensional 701
702