BAB I PENDAHULUAN. terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan, perekonomian, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan, mengembangkan kemampuan profesional dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat. sudah banyak gedung-gedung sekolah yang dibangun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) sebagai tulang punggung dalam pembangunan bangsa. meningkatkan kualitas SDM sesuai dengan program keahliannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan informal. jawab seperti pendidikan keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dari luar siswa atau faktor dari lingkungan (Sudjana, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. seamkin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkemampuan dan berketerampilan, mampu diandalkan dan. mampu menghadapi tantangan persaingan era pasar bebas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara. berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas

dikelola oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Mengengah Kejuruan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi,

BAB I PENDAHULUAN. secara kompetitif dalam mengembangkan pembangunan suatu negara. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu pembekalan dan kualitas bagi setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan suatu lembaga formal yang memang dirancang khusus

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengembangan diri. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. baik, tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri 8 Bandung merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sebagai modal bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wujud kebudayaan manusia, dimana

2015 PENERAPAN BUKU AJAR PADA MATA PELAJARAN DASAR PENGENDALIAN MUTU HASIL PERTANIAN DAN PERIKANAN UNTUK KELAS X TPHP SMKN 2 INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Perkembangan teknologi saat ini telah berkembang pesat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. sekolah kejuruan (SMK). Hal ini sesuai dengan Undang Undang Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syerel Nyongkotu, 2015

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 dikemukakan :

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan interaksi yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan sangat penting dalam proses peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang inovatif dan kuantitatif. Pendidikan diselenggarakan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional dilaksanakan melalui tiga jalur yaitu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Melalui pendidikan yang maju, maka perkembangan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan. kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi (IPTEKS) telah membawa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keahlian dimana program keahlian yang dilaksanakan di SMK disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu atau berkualitas tinggi. Demikian satu-satunya wadah kegiatan

2015 PENGUASAAN PENGETAHUAN PEMBUATAN BATIK CAP PADA PESERTA DIDIK SMKN 14 BANDUNG

BAGIAN II GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN KURIKULUM SMK EDISI 2004 PROGRAM KEAHLIAN: SENI MUSIK NON KLASIK (DRUM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan senantiasa membutuhkan usaha ke arah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan senantiasa menjadi topik pembicaraan yang menarik bagi

KURIKULUM SMK EDISI 2004 BAGIAN II GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENDIDIKAN, DAN PELATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. baik, tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan perwujudan diri individu. Tidak seorang pun manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh siswa dalam proses pembelajaran. Kenyataan bahwa masih banyak guru

BAB I PENDAHULUAN. proses interaksi antara guru dan siswa atau pembelajar beserta unsur-unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. di dunia usaha/industri (DU/DI). Hal ini dilatarbelakangi oleh Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus masa depan bangsa yang kompeten,

BAB I PENDAHULUAN. mendukung masa depan. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam pekerjaan dan aktivitasnya sehari-hari.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat dengan perkembangan, oleh karena itu perubahan dan perkembangan pendidikan yang sangat cepat adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan, perekonomian, dan perkembangan teknologi suatu bangsa. Berkembangnya dunia pendidikan pada saat ini, merupakan tantangan bagi setiap guru untuk mengembangkan kemampuan profesional dalam dunia pendidikan.pada dasarnya proses pendidikan merupakan suatu usaha untuk membekali individu dengan pengetahuan dan keterampilan, sehingga individu tersebut dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses yang dialami oleh siswa. Proses belajar yang efektif mengandung arti bahwa belajar itu memperoleh hasil yang sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hasil belajar siswa yang baik merupakan salah satu ciri berhasilnya proses belajar tersebut (Amri, 2010). Seperti halnya pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang menyiapkan siswa menjadi manusia yang produktif, yang langsung dapat bekerja dibidangnya setelah melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi (DepartemenPendidikanNasional, 2004:3). 1

2 Pendidikan dan pelatihan berbagai program keahlian yang diselenggarakan di SMK telah disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Hal ini sesuai dengan dokumen SMK tahun 2004 yang menyatakan bahwa SMK menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berbagai program keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Untuk mencapai standart kompetensi yang telah ditetapkan oleh industri/dunia usaha asosiasi profesi, substansi diklat dikemas dalam berbagai mata diklat yang dikelompokkan dan diorganisir menjadi program normatif, produktif, dan adaptif (DepartemenPendidikanNasional, 2004:8). Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali siswa agar memiliki kompetensi kerja sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Program produktif lebih bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian (DepartemenPendidikanNasional, 2004:9). Kompetensi Keahlian Agribisnis Hasil Pertanian di SMKNegeri 1 Berastagimerupakan kompetensi keahlian yang lulusannya disiapkan oleh sekolah tersebutuntuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam bidang tata boga. Banyak standar kompetensi pada kompetensi keahlian tersebut yang mendukung lulusannya dapat bekerja dalam bidang tata boga. Standar kompetensi melakukan teknik pengolahan menggunakan metode penggorengan ini merupakan proses dasar yang harus dimiliki oleh siswa sebagai kemampuan dasar yang dibutuhkan untuk menunjang standar kompetensi lain yang bersifat lanjutan. Siswa dapat dikatakan menguasai standar kompetensi

3 melakukan pengolahan lebih lanjut, apabila mereka mampu menguasai kompetensi dasarnya. Oleh karena itu, kurikulum SMKNegeri 1 Berastagi untuk kompetensi keahlian teknik pengolahan menggunakanmetode penggorengan, standar kompetensi melakukan teknik pengolahan menggunakan metode penggorengan dasar ini diberikan kepada peserta didik kelas XI semester genap. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik mengetahui dasar-dasar proses pengorengan. Standar kompetensi melakukan penggorengan dasar ini jika tidak dapat dikuasai dengan baik, maka peserta didik harus mengulang proses pembelajaran sampai tercapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pencapaian kompetensi peserta didik melalui proses pembelajaran praktikum teknik pengolahan menggunakanmetode penggorengandipengaruhi banyak hal diantaranya sarana praktikum, guru, waktu praktikum, kemandirian peserta didik dan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut terkadang menghambat peserta didik dalam mencapai kompetensi yang seharusnya. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, pemilihan model pembelajaran yang digunakan guru juga sangat menentukan tercapai atau tidaknya kompetensi dari peserta didik. Model pembelajaran apa yang seharusnya digunakan untuk pencapaian kompetensi-kompetensi yang bersifat dasar bagi kompetensi lainnya dan model pembelajaran apa yang digunakan untuk pencapaian kompetensi yang sifatnya lanjutan. Ketidaktepatan dalam memilih model pembelajaran bisa menyebabkan waktu pencapaian kompetensi menjadi lebih lama atau bahkan tidak tercapainya kompetensi yang diinginkan (terbatas oleh kalender pendidikan). Hambatan

4 seperti ini yang biasanya muncul dalam pembelajaran praktikum di SMK-SMK yang lain. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dalam penyampaian materi ajar pada standar kompetensi teknik pengolahan menggunakan metode penggorengan oleh guru kepada peserta didik biasanya menggunakan model pembelajaran konvensional. Dimana guru menjelaskan teori di depan kelas, mendemonstrasikan, memberikan tugas, kemudian peserta didik kurang diberikan penguatan dalam menguasai dasar-dasar teknik pengolahan menggunakan metode penggorengan dalam menyelesaikan proses pembelajaran. Hal tersebut dapat terlihat ketika peserta didik melakukan praktikum, setiap pertemuan seharusnya dapat melaksanakan minimal satu proses teknik pengolahan menggunakan metode penggorengan yang baik, yang terjadi tidak seperti itu. Untuk satu proses pengolahan diselesaikan dalam dua sampai tiga kali pertemuan juga melakukan teknik pengolahan menggunakan metode penggorengandengan kurang memperhatikan keselamatan kerja yang seharusnya. Jika hal tersebut terus berlanjut maka tidak semua kompetensi yang dibutuhkan peserta didik dapat tersampaikan dan berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. Sesuai dengan kurikulum yang diterapkan di SMKNegeri 1 Berastagi bahwa dalam pembelajaran melakukan teknik pengolahan menggunakan metode penggorengan dalam hal ini siswa dikatakan telah berkompeten atau lulus jika mendapat nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75. Untuk mencapai nilai 75 siswa harus melaksanakan prosedur, persiapan, proses, hasil, dan waktu dalam

5 praktik teknik pengolahan dengan menggunakan metode penggorengan. Kenyataannya, dalam standar kompetensi melakukan teknik pengolahan dengan menggunakan metode penggorengan masih belum sepenuhnya mencapai kriteria ketuntasan minimal tersebut. Berikut ini adalah data hasil belajar siswa kelas XI TPHP 1 dan XI TPHP 2 SMK Negeri 1 Berastagi Tahun Ajaran 2015/2016 : kelas XI TPHP 1 berjumlah 29 siswa. Adapun siswa yang bernilai 50 60 sebanyak 15 orang sekitar 50%; nilai 61 70 sebanyak 7 orang sekitar 23,33%; nilai 71 80 sebanyak 5 orang sekitar 16,66%; nulai 81 90 sebanyak 3 orang sekitar 3,00&. Kelas XI TPHP 2 juga berjumlah 29 orang. Adapun siswa bernilai 50 60 sebanyak 18 orang sekitar 62,06%; nilai 61 70 sebanyak 6 orang sekitar 20,69%; nilai 71 80 sebanyak 3 orang sekitar 3,00%; 81 90 sebanyak 2 orang atau sekitar 6,89 %. (Sumber: SMK Negeri 1 Berastagi) Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya penguasaan dalam melakukan teknik pengolahan menggunakan metode penggorengan diantaranya yaitu kurang adanya usaha guru dalam mendesain pembelajaran/model pembelajaran yang bervariatif, inovatif, dan kreatif yang bisa menimbulkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa dapat memaksimalkan waktu belajar dan praktik, dimana pola transfer pengetahuan kepada peserta didik hanya ditargetkan kepada tersampaikannya materi yang harus disampaikan yang tertulis pada dokumen kurikulum. Siswa menjadi pasif dan tidak bertanya ketika mengalami kesulitan, kemudian guru juga kurang intensif dalam proses pembimbingan kepada siswa. Adapun untuk mengatasi permasalahan yang terjadi

6 tersebut, maka akan dicoba dengan menerapkan model pembelajaran langsung tipe direct instruction. Model pembelajaran langsung tipe direct instruction ini menekankan aplikasi pada kelompok atau individu untuk menghadapi dan mempelajari instruksi yang diberikan oleh guru dan melaksanakan instruksi tersebut untuk rangkaian-rangkaian praktik, pelajaran sehari-hari dalam membaca, aritmatika dan bahasa (Becker, 1993). Model pembelajaran langsung tipe direct instructionini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Dengan lima tahap aktifitas yakni; orientasi, presentasi, praktik yang terstruktur, praktik di bawah bimbingan dan praktik mandiri. Tujuan dari penerapan model pembelajaran ini dapat dilihat berdasarkan tahapan-tahapan yaitu untuk menguatkan kemampuan yang bersifat fundamental dasar, memaksimalkan waktu belajar siswa dan melatih kemandirian peserta didik untuk mencapai kompetensinya. Alasan peneliti memilih model pembelajaran ini karena terdapat salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung yaitu cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing dalam mendemontrasikan kegiatan praktik yang dikombinasikan dengan latihan serta bimbingan individual terhadap setiap siswa. Untuk pelaksanaannya, guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik, karena keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan

7 dapat meningkatkan penyerapan bagi siswa itu sendiri, membuatbelajar berlangsung dengan lancar dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi baru sehingga membuat siswa dapat meningkatkan keterampilannya. Hal tersebut sangat berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada standar kompetensi teknik pengolahan hasil pertanian. Melihat relevansi yang ditimbulkan pada model pembelajaran langsung tesebut, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Direct Instruction Pada Materi Metode PenggorenganDalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas XI TPHP SMK Negeri 1 Berastagi Tahun Ajaran 2016/2016. B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data, maka identifikasi masalah perlu ditetapkan terlebih dahulu untuk mengetahui dan memperjelas kemungkinan permasalahan yang mungkin timbul dalam penelitian ini. Berdasarkan dengan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Model pembelajaranapa yang lebihefektifdigunakanpada materi Metode Penggorengan di kelas XI TPHP SMK Negeri 1 Berastagi? 2. Apakah yang menyebabkanrendahnyahasilbelajarsiswapada materi Metode Penggorengandi kelas XI TPHP SMK Negeri 1 Berastagi?

8 3. Bagaimanahasilbelajar yang menggunakan model pembelajarandirect Intructionpada materi Metode Penggorengan dikelas XITPHP SMK Negeri 1 Berastagi? 4. Bagaimanahasilbelajar yang tidak menggunakan model pembelajarandirect Instructionpada materi Metode Penggorengan di kelas XI TPHP SMK Negeri 1 Berastagi? 5. Apakahadapengaruhhasilbelajar yang menggunakan model pembelajarandirect Instructionpada materi Metode Penggorengan di kelas XITPHP SMK Negeri 1 Berastagi? C. Pembatasan Masalah Mengingat banyak dan luas permasalahan yang dapat diteliti dalam penelitian ini, sehingga tidak akan menyebabkan masalah menjadi luas pada ruang lingkupnya serta terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah yang akan diungkapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model PembelajaranlangsungDirect Instruction. 2. Materi yang dijadikan bahan penelitian ini adalah materi pokok Metode Penggorenganyaitudeep frying, surface frying,danpenyangraian. 3. Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Berastagi pada siswa kelas XI TPHPprogram keahlian Agribisnis Hasil Pertanian.

9 D. Rumusan Masalah Berdasarkan bataan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana hasil belajar Metode Penggorengan deep frying, surface frying, dan penyangraian yang menggunakan model pembelajaran langsung Direct Instruction dikelas XI SMK Negeri 1 Berastagi? 2. Bagaimana hasil belajar Metode Penggorengan deep frying, surface frying, dan penyangraian yang tidak menggunakan model pembelajaran langsung Direct Instruction dikelas XI SMK Negeri 1 Berastagi? 3. Apakah ada pengaruh model pembelajaran langsung Direct Instruction terhadap hasil belajar Metode Penggorengan deep frying, surface frying, dan penyangraian pada siswa dikelas XI TPHP SMK Negeri 1 Berastagi? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban penelitian yang telah dirumuskan diatas, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hasil belajar Metode Penggorengan deep frying, surface frying, dan penyangraian yang menggunakan model pembelajaran langsung Direct Instruction pada siswa dikelas XI SMK Negeri 1 Berastagi 2. Untuk mengetahui hasil belajar Metode Penggorengan deep frying, surface frying, dan penyangraian yang tidak menggunakan model pembelajaran langsung Direct Instruction pada siswa dikelas XI SMK Negeri 1 Berastagi

10 3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran langsung Direct Instruction terhadap hasil belajar Metode Penggorengan deep frying, surface frying, dan penyangraian pada siswa dikelas XI TPHP SMK Negeri 1 Berastagi F. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan diatas, penelitian inidiharapkan memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam menerapkan model pembelajaran langsung Direct Instruction sebagai upaya dalam meningkatkan efektifitas waktu praktik siswa dalam melakukan teknik pengolahan dengan menggunakan metode penggorengan deep frying, surface frying, dan penyangraian. 2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan mampu memberikan variasi model pembelajaran praktik teknik pengolahan dengan menggunakan metode penggorengan deep frying, surface frying, dan penyangraian sehingga materi dapat lebih mudah diserap dan menumbuhkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan mandiri. 3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran sebagai masukan yang berarti bagi sekolah khususnya guru untuk lebih meningkatkan kemampuan siswa pada standar kompetensi produktif khususnya pada standar kompetensi teknik pengolahan dengan menggunakan metode penggorengan deep frying, surface frying, dan penyangraian.