Pemanfaatan Rotan dan Bambu yang Bernilai Ekonomis oleh Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Etnobotani Bambu Oleh Masyarakat Dayak Kanayatn Di Desa Saham Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

STUDI PEMANFAATAN ROTAN OLEH MASYARAKAT DI DESA SEKILAP KECAMATAN MANDOR KABUPATEN LANDAK

STUDI PEMANFAATAN ROTAN OLEH MASYARAKAT DUSUN KEBAK RAYA DI KAWASAN HUTAN DESA SURUH TEMBAWANG KECAMATAN ENTIKONG KABUPATEN SANGGAU

Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : Ica Adrianita Rahmi 1, Mukarlina 1, Riza Linda 1 1

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

Keanekaragaman Bambu dan Manfaatnya Di Desa Tabalagan Bengkulu Tengah

BAB I PENDAHULUAN. sudah maju maupun di negara yang masih berkembang, di daerah dataran rendah

Inventarisasi Bambu di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

ANALISIS SOSIAL EKONOMI PEMANFAATAN DAN POTENSI TANAMAN BAMBU (Studi Kasus: Kelurahan Berngam, Kec. Binjai Kota, Kotamadya Binjai)

Keanekaragaman Jenis Bambu di Gunung Ciremai Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. dikelompokkan sebagai tanaman berkayu. Bambu tersebar di beberapa belahan

OBSERVASI PLASMA NUTFAH BAMBU DI KABUPATEN MALANG OBSERVATION OF BAMBOOS GERMPLASM IN MALANG REGENCY

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012 KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI BAMBU DI DESA TALANG PAUH BENGKULU TENGAH

PEMANFAATAN ROTAN SEBAGAI BAHAN KERAJINAN ANYAMAN DI DESA SEDAHAN JAYA KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN KAYONG UTARA

KEANEKARAGAMAN JENIS ROTAN DALAM KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. BHATARA ALAM LESTARI KABUPATEN MEMPAWAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAMBU DENGAN STABILISASI DIMENSI. The Increasing of Bamboo Quality Using Dimensional Stabilization

4 GAMBARAN UMUM INDUSTRI ROTAN

Kerajinan Tangan Hasil Pengolahan Tumbuhan Hutan Oleh Masyarakat Desa Nibung Kecamatan Selimbau Kabupaten Kapuas Hulu

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Ini

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS EKONOMI DAN KONTRIBUSI TANAMAN BAMBU TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok. Panribuan, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 05 No. 02. September 2016 ISSN :

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga.

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

INVENTARISASI DAN PEMANFAATAN BAMBU DI DESA SEKITAR TAHURA KABUPATEN KARO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan luar

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

PENGEMBANGAN LKS BERDASARKAN HASIL STUDI IDENTIFIKASI JENIS BAMBU DI DESA HARAPAN MAKMUR. Abstract

Ricardo Felixon Simatupang a, Siti Latifah b, Yunus Afifuddin b

Keanekaragaman dan Penggunaan Jenis-jenis Bambu di Desa Tigawasa, Bali

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman yaitu kekayaan spesies dan kemerataan dari kelimpahan setiap

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bambu merupakan keluarga rumput, dan memiliki sebutan pula sebagai

Studi Etnobotani Rotan Sebagai Bahan Kerajinan Anyaman Pada Suku Anak Dalam (SAD) di Dusun III Senami, Desa Jebak, Kabupaten Batanghari, Jambi.

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

Seminar Nasional IENACO ISSN: PEMANFAATAN LIMBAH BONGGOL BAMBU MENJADI PRODUK KERAJINAN HOME INDUSTRY

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

24 Media Bina Ilmiah ISSN No

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Kegunaan bambu SNI 8020:2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae. Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BAMBU DAN FASILITAS HUNIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keberhasilan pertanaman di lapangan salah satunya

KEANEKARAGAMAN JENIS ROTAN (Calamus Spp.) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG WILAYAH KECAMATAN DAMPELAS SOJOL KABUPATEN DONGGALA

V. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM

Pengaruh Perbedaan Umur dan Bagian Batang Bambu Legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) Sebagai Bahan Mebel dan Kerajinan

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki berbagai fungsi bagi kehidupan. Ditinjau dari aspek ekonomi,

INVENTARISASI JENIS, POTENSI DAN POLA SEBARAN BAMBU DI KAWASAN AIR TERJUN IRONGGOLO KEDIRI SEBAGAI MEDIA KONSERVASI IN-SITU SKRIPSI

Jenis, sifat dan kegunaan rotan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terbesar di dunia yang

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

I. PENDAHULUAN. ekosistem asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan

Sumiati Ibab, Iswan Dewantara, Sarma Siahaan

KERAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusa sp.) DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA KELURAHAN MANGGA DUA

BAB I PENDAHULUAN. dan dua pertiga merupakan luas lautan. Sedangakan diantara negara-negara di

POTENSI EKONOMI PENGUSAHAAN HUTAN RAKYAT BAMBU DESA PONDOK BULUH, KECAMATAN PANRIBUAN KABUPATEN SIMALUNGUN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Produk Kaki Naga (Studi Kasus di CV. Bening Jati Anugrah, Kabupaten Bogor)

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat 143 jenis bambu yang beranekaragam. manfaat kerna batangnya kuat, kerat dan elastis sehingga membuat bambu

Siswo Sujoko, Efendi Manulang, Ina Lidiawati Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak Kalimantan Barat

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN

KEANEKARAGAMAN JENIS ROTAN DI KAWASAN HUTAN ADAT SEPORA DESA KASROMEGO KECAMATAN BEDUAI KABUPATEN SANGGAU

PENGARUH PERBEDAAN JENIS DAN UMUR BAMBU TERHADAP KUALITASNYA SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN KERAJINAN

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE

BAB III METODE PENELITIAN

TANGGAP STEK CABANG BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) PADA PENGGUNAAN BERBAGAI DOSIS HORMON IAA DAN IBA

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

INVENTARISASI DAN PEMANFAATAN ROTAN OLEH MASYARAKAT SEKITAR HUTAN

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

KAYU LAPIS BAMBU (BAMBOO PLYWOOD) DARI PEMANFAATAN LIMBAH KERAJINAN BILIK BAMBU

PEMILIHAN BAHAN VEGETATIF UNTUK PENYEDIAAN BIBIT BAMBU HITAM ( Gigantochloa atroviolacea Widjaja)

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

SIFAT FISIS MEKANIS BAMBU LAPIS SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK INTERIOR

DAFTAR GAMBAR Halaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman industri,

Program penanaman bambu ini dilakukan pada tahun 2009 sebagai Pilot Demonstration Activities (PDA) yang didanai oleh Asian Development Bank (ADB). Keg

TINJAUAN PUSTAKA. Rotan

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

Transkripsi:

Pemanfaatan Rotan dan Bambu yang Bernilai Ekonomis oleh Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Fransisca Linda 1, Riza Linda 1, Rafdinal 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, email: fransiscalinda12@gmail.com Abstract The Kanayatn Dayak tribe in Sengah Temila Subdistrict of Landak Regency use rattan and bamboo for daily needs and to improve the living standard and economy of rural society. This research aims to find out the types of rattan and bamboo used and the from of its utilization, and to find out the contribution of rattan and bamboo to the income of the family by the Kanayatn Dayak community in Sengah Temila Subdistrict of Landak Regency. This research was conducted from March to May 2017. This research obtained 5 species of bamboo plant from Poaceae Family and 2 species of rattan from Arecaceae Family. Rattan and bamboo are potential as handicraft and food materials. In this research, the contribution of rattan and bamboo in Sengah Temila Subdistrict of Landak Regency shows that rattan contribution was more dominant than bamboo with the highest contribution of rattan by 43% and the lowest contribution 1.8%, while the highest contribution of bamboo by 7% and the lowest contribution by 1.2%. Keywords: Contribution, rattan, bamboo, Kanayatn Dayak Tribe PENDAHULUAN Rotan dan bambu merupakan bahan lokal yang memegang peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak, ini dapat dilihat dari banyaknya penggunaan rotan dan bambu pada berbagai keperluan masyarakat, misalnya untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan kerajinan tangan. Bambu merupakan produk hasil hutan non kayu yang memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan, karena memiliki batang yang kuat. Bambu banyak ditemukan di sekitar permukiman daerah pedesaan dan memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dan menjadi tumbuhan serbaguna bagi masyarakat pedesaan (Mulyadi, 2010). Menurut Iqbal et al. (2014) bambu adalah salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang sangat penting untuk dikembangkan dan berpotensi untuk berbagai penggunaan dan sumber penghasilan masyarakat. Bambu tidak hanya dibutuhkan untuk benda kerajinan, tetapi juga digunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti bahan makanan (rebung atau tunas bambu), bahan industri, sampai kepada bahan konstruksi. Menurut Kalima (2008) rotan merupakan salah satu tumbuhan hutan bernilai komersil cukup tinggi, yang umumnya tumbuh secara alami di daerah dataran rendah maupun daerah pegunungan, memiliki banyak manfaat bagi masyarakat. Hampir seluruh bagian rotan dapat digunakan baik sebagai konstruksi kursi dan pengikat (Kusnaedi & Pramudita, 2013). Jumiati et al. (2012) salah satu sumber hasil hutan non-kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah spesies-spesies rotan yang banyak digunakan baik sebagai bahan anyaman, keperluan tali temali maupun untuk dijadikan bahan sayuran. Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila merupakan salah satu masyarakat yang banyak memanfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satunya adalah tumbuhan rotan dan bambu yang banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari dan untuk meningkatkan taraf hidup serta perekonomian masyarakat di pedesaan. Rotan dan bambu tersebut dimanfaatkan untuk keperluan makanan, konstruksi, kerajinan tangan, alat musik, upacara adat. Kontribusi tumbuhan rotan dan bambu di Kecamatan Sengah Temila sangat berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya masyarakat Suku Dayak Kanayatn. Selain sebagai petani, mereka memiliki pekerjaan 233

sampingan, yaitu menjadi pengrajin rotan dan bambu. Kontribusi rotan dan bambu sangat berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai jenis rotan, menurut Wiriadinata et al. (1993) masyarakat di pedalaman Siberida Propinsi Riau memanfaatkan rotan Calamus ciliaris dan Calamus exilis sebagai bahan pengikat dalam pembuatan rumah. Menurut Dransfield (1974) di Indonesia terdapat delapan marga rotan dari delapan genera tersebut dua genera rotan yang bernilai ekonomi tinggi adalah Calamus dan Daemonorops. Jenis-jenis tumbuhan rotan yang terdapat di hutan rakyat sekitar 23 jenis rotan yang bernilai ekonomi diantaranya jenis Calamus caesius, Calamus trachycoleus, Calamus javnesis, Calamus manan Miquel dan Calamus scipionum yang termasuk komersial dan merupakan jenis andalan setempat Kabupaten Katingan (Jasni et al., 2012). Berdasarkan penelitian Widjaja (2001) di Jawa bambu mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan banyak dimanfaatkan baik untuk keperluan seharihari maupun untuk hasil-hasil yang akan diperdagangkan, spesies tumbuhan bambu yang banyak digunakan untuk bahan kerajinan diantaranya adalah Gigantochloa apus (J.A. &J. H. Schultes) Kurz atau bambu tali dan Gigantochloa atroviolacea atau bambu hitam. Yuliatiningsih (2005) pekerjaan sampingan usaha kerajinan bambu memberikan kontribusi cukup besar, yaitu 43,5% dari total pendapatan petani. Wartanta (1998), usaha kerajinan anyaman bambu di Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman dapat meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan pemerataan pendapatan sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial di pedesaan. Tanaman rotan dan bambu yang sudah ada perlu dibudidayakan untuk meningkatkan produktivitas serta kualitas rotan dan bambu yang dihasilkan, agar produksi yang dihasilkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga rotan dan bambu dapat berkontribusi dalam pendapatan masyarakat. Oleh sebab itu, perlu dilakukannya penelitian tentang pemanfaatan rotan dan bambu yang bernilai ekonomis oleh Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai dari bulan Maret sampai Mei 2017 di Desa Paloan, Desa Pahauman, Desa Aur Sampuk, Desa Keranji Paidang dan Desa Saham di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Identifikasi dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Sengah Temila memiliki 14 Desa, yaitu Desa Andeng, Desa Aur Sampuk, Desa Banying, Desa Gombang, Desa Keranji Mancal, Desa Keranji Paidang, Desa Pahauman, Desa Paloan, Desa Rabak, Desa Saham, Desa Sebatih, Desa Senakin, Desa Sidas dan Desa Tonang. Penelitian ini hanya diambil 5 Desa, yaitu Desa Paloan memiliki luas daerah 121,50 km 2, dengan data penduduk yang terdiri dari 1320 KK (Kepala Keluarga), 3038 laki-laki, 3104 perempuan, Desa Pahauman memiliki luas daerah 150,91 km 2, yang terdiri dari 1251 KK (Kepala Keluarga), 2629 lakilaki, 2375 perempuan, Desa Aur Sampuk memiliki luas 107,30 km 2, yang terdiri dari 1314 KK (Kepala Keluarga), 2676 laki-laki, 2490 perempuan, Desa Keranji Paidang memiliki luas daerah 152,70 km 2, yang terdiri dari 1321 KK (Kepala Keluarga), 2502 laki-laki, 2288 perempuan, Desa Saham memiliki luas daerah 170,16 km 2, yang terdiri dari 800 KK (Kepala Keluarga), 1870 laki-laki, 1648 perempuan. 234

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Prosedur Kerja Penentuan Lokasi dan Responden Penentuan lokasi dan responden penelitian mengunakan purposive sampling dengan teknik pengambilan sampel sampel berdasarkan tujuan tertentu yaitu sampel yang diambil dari masyarakat adalah masyarakat yang memanfaatkan rotan dan bambu. Cara pemilihan responden, yaitu apabila dalam tiap desa terdapat lebih dari 10 orang yang memanfaatkan rotan dan bambu, maka jumlah responden yang digunakan tetap 10 orang, namun apabila jumlah responden yang memanfaatkan rotan dan bambu kurang dari 10 orang maka semua diambil sebagai responden (Hamzari, 2008) Identifikasi Tumbuhan Identifikasi jenis tumbuhan rotan dan bambu menggunakan buku Flora (Stennis, 2005) dan buku Identifikasi Tumbuhan Tingkat Tinggi (Dasuki, 1991). Identifikasi ini dilakukan dilapangan dan akan dilanjutkan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak. Penyajian Data Data-data tumbuhan rotan dan bambu yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Kanayatn di Desa Paloan, Desa Aur Sampuk, Desa Pahauman, Desa Keranji Paidang dan Desa Saham disajikan secara : 1). Pengolahan Data Pengolahan data dibagi menjadi 2, yaitu data primer dan data sekunder. 2). Analisis Data Analisis data dibagi menjadi 2, yaitu : Harga barang yang dihasilkan dari rotan dan bambu dianalisis dengan pendekatan harga pasar. persentase pendapatan dari rotan dan bambu dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Keterangan : R = Persentase pendapatan dari rotan/bambu Rhr = Pendapatan dari rotan/bambu Rt = Pendapatan total (hasil penjumlahan antara pendapatan dari bambu dan rotan (Rajagukguk, 2012) 235

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil wawancara terhadap 50 responden masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak diperoleh 5 jenis tumbuhan bambu yang dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Dayak Kanayatn, yaitu Bambusa balcooa, Schizostachyum sp., S. lima, S. brachycladum, Gigantochloa atter dan 2 jenis rotan, yaitu Calamus caecius dan C. scipionum. Rotan dan bambu tersebut dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan tangan dan bahan makanan (Tabel 1). Tabel 1. Jenis-jenis Rotan dan Bambu serta Pemanfaatan oleh Masyarakat Dayak Kanayatn di 5 Desa di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Spesies Tumbuhan Bambu dan Rotan Potensi Bentuk Pemanfaatan No. Famili Nama Lokal Nama Ilmiah Pemanfaatan 1. Poaceae Bambu Aur Bambusa balcooa Makanan Dapat dikonsumsi 2. Poaceae Bambu Gigantochloa atter Makanan Dapat dikonsumsi Tarekng 3. Poaceae Bambu Munti Schizostachyum sp. Makanan Dapat dikonsumsi 4. Poaceae Bambu Pasak Schizostachyum lima Bahan Nyiruk, bakul, takin, katoro, inge, silamo, tarinak, pengayak padi dan beras, topi 5. Poaceae Bambu lemang (buluh) Schizostachyum brachycladum Bahan Bakul, nyiruk, pengayak padi, katoro, inge, silamo 6. Arecaceae Rotan Saga Calamus caecius Bahan Bide, inge, jare 7. Arecaceae Rotan Simamu Calamus scipionum Bahan Jare, takin, inge, tarinak Keterangan : 1. Nyiruk : penampi beras 5. Jare : keranjang untuk kayu api 2. Katoro : keranjang untuk benih padi 6. Tarinak : topi untuk ke sawah 3. bakul : keranjang 7. Inge : keranjang untuk padi 4. Bide : tikar untuk jemur padi 9. Takin : Keranjang untuk sayur 5. Silamo : keranjang untuk menangkap ikan Tumbuhan rotan dan bambu yang terdapat di Kecamatan Sengah Temila yang berpotensi sebagai bahan kerajinan tangan, yaitu S. lima, S. brachycladum, C. caecius dan C. scipionum dan makanan, yaitu B. balcoa, Schizostachyum sp. dan G. atter (Tabel 1). Berdasarkan hasil wawancara diperoleh 10 (sepuluh) bentuk pemanfaatan sebagai bahan kerajinan dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 1). Kontribusi rotan dan bambu terhadap pendapatan Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak, dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 2). Tabel 2. Kontribusi Rotan dan Bambu Terhadap Pendapatan Mayarakat Suku Dayak Kanayatn Di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak No. Jenis Tumbuhan Kontribusi % Tertinggi Terendah 1. Rotan 43% 1,8% 2. Bambu 7% 1,2% Kontribusi tumbuhan rotan dan bambu bagi pendapatan masyarakat Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, menunjukan bahwa nilai tertinggi kontribusi rotan yaitu 43% dan nilai terendah dari kontribusi rotan yaitu 1,8%, sedangkan nilai tertinggi dari kontribusi bambu yaitu 7% dan nilai terendah kontribusi bambu yaitu 1,2%. 236

Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila, dari hasil penelitian dan identifikasi ditemukan 5 spesies bambu dari Famili Poaceae, diantaranya 2 spesies yang dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan dan 2 spesies rotan dari Famili Arecaceae yang juga dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan serta 3 spesies bambu yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Berdasarkan tabel 1. Jenis rotan dan bambu yang terdapat di Kecamatan Sengah Temila ada 7 spesies, yaitu B. balcooa, Schizostachyum sp., S. lima, S. brachycladum G. atter, C. caesius dan C. scipionum, namun yang dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan oleh masyarakat Suku Dayak Kanayatn di daerah tersebut hanya 4 spesies saja, S. lima, S. brachycladum, C. Caesius dan C. scipionum, sedangkan 3 spesiesnya dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Widjaja (1985) mengatakan bahwa bambu merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan mulai dari benda kerajinan, bahan makanan, bahan industri, sampai kepada bahan konstruksi. Maka tidak salah jika banyak masyarakat yang menjadikan tanaman bambu sebagai salah satu penunjang kehidupan masyarakat yang memang tinggal dan berdekatan pada daerah yang sangat subur akan tanaman bambu. Sama halnya dengan rotan juga menjadi salah satu penunjang kehidupan masyarakat, rotan juga merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan, seperti bahan kerajinan. Berdasarkan (tabel 1) di Kecamatan Sengah Temila S. lima dan S. brachycladum dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan, seperti nyiruk, bakul, pengayak padi, katoro, inge, silamo, topi, pengayak beras, sedangkan C. caesius dan C. scipionum dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan bide, takin, inge, tarinak, dan jare. Arinasa (2005) menemukan 19 spesies bambu di Desa Tigawasa-Buleleng. Bambu yang ditemukan B. blumeana, B. maculata, B. vulgaris var.striata, B. vulgaris var.striata, Dendrocalamus asper, G. apus, G. hasskarliana, G. manggong, G. nigrociliata, Gigantochloa sp. 1, Gigantochloa sp. 2, Gigantochloa sp. 3, Gigantochloa sp. 4, S. brachycladum, S. castaneum, S. silicatum, Schizostachyum sp., S. lima S. zollingeri, semua jenis bambu menghasilkan 54 kerajinan. Berdasarkan hasil penelitian Wardani (2008) ditemukan 4 spesies rotan yang digunakan sebagai bahan kerajinan, yaitu C. caesius Blume., C. diepenhorstii Miq., Daemanorops didymophylla Becc., Daemanorops elongatus Blume. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden S. lima, S. brachycladum, C. Caesius dan C. scipionum yang paling umum digunakan oleh masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila, masyarakat setempat banyak memanfaatkan ke 4 (empat) spesies ini, karena selain mudah untuk didapatkan ke 4 (empat) spesies tumbuhan ini memiliki nilai jual apabila diolah, ke 3 (tiga) spesies lainnya, yaitu B. balcooa, Schizostachyum sp. dan G. atter, menurut hasil wawancara digunakan sebagai bahan makanan yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat setempat, karena ke 3 (tiga) rebung ini yang paling umum dikonsumsi, selain dari ke 3 (tiga) jenis rebung ini masyarakat setempat tidak pernah mengkonsumsinya, karena menurut hasil wawancara terhadap masyarakat selain rebung B. balcooa, Schizostachyum sp. dan G. atter, rebung lainnya tidak dapat dikonsumsi karena berracun. Kebanyakan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila menggunakan rotan dan bambu secara bersamaan sebagai bahan kerajinan, bahan yang digunakan adalah batang rotan dan batang bambu. Adapun rotan yang dimanfaatkan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila sebagai bahan kerajinan adalah C. caesius dan C. scipionum yang dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan bide, jare, takin, dan tarinak. Bambu yang dimanfaatkan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila adalah S. lima dan S. brachycladum yang dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan nyiruk/dako, bakul, inge, katoro, takin, silamo, topi, pengayak padi, pengayak beras. Menurut Lubis & Resky (2012), Struktur batang bambu berbeda dengan rotan. Rotan memiliki kelebihan dalam hal elastisitas, sedangkan kemampuan elastis pada bambu, baru bisa dicapai setelah batang bambu dibelah-belah. Selain itu, rotan lebih banyak dijadikan sebagai struktur dasar dalam pembuatan kerajinan tangan. Oleh sebab itu, untuk menghasilkan satu kerajinan tangan diperlukan kombinasi antar rotan dan bambu, agar hasil yang didapatkan lebih baik. Suku Dayak Kanayatn di 5 Desa, di Kecamatan Sengah Temila ini memanfaatkan beberapa hasil hutan, seperti jenis bambu dan rotan untuk 237

menambah pendapatan, selain dari hasil kerja pokok, hal ini terlihat dari masyarakat setempat yang memanfaatkan bambu dan rotan sebagai bahan kerajinan. Menurut Birgantoro & Nurrochmat (2007) keberadaan kawasan hutan sangat berarti bagi kelangsungan hidup masyarakat yang tinggal sekitar hutan, karena hasil hutan dapat memberikan nilai tambah bagi kehidupan mereka. Di Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, C. caesius, C. scipionum, S. lima, S. brachycladum yang paling umum dan dominan dimanfaatkan oleh masyarakat. Menurut Widayati & Riyanto (2005) jenis-jenis bambu yang diperdagangkan adalah jenis bambu yang berdiameter besar dan berdinding tebal, jenis-jenis tersebut diwakili oleh warga Bambusa (3 jenis), Dendrocalalamus (2 jenis) dan Gigantochloa (8 jenis). Berdasarkan tabel 2 kontribusi tumbuhan rotan dan bambu bagi pendapatan masyarakat Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, menunjukan bahwa nilai tertinggi kontribusi rotan yaitu 43% dan nilai terendah dari kontribusi rotan yaitu 1,8%, sedangkan nilai tertinggi dari kontribusi bambu yaitu 7% dan nilai terendah kontribusi bambu yaitu 1,2%. Kontribusi rotan lebih dominan dibandingkan dengan kontribusi bambu terhadap pendapatan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila. Menurut Astana (2001), Sektor ekonomi dari bambu masih lebih rendah dari sektor ekonomi rotan, selain itu pemanfaatan rotan relatif lebih cepat daripada bambu dan perkembangan selera masyarakat terhadap bambu relatif lebih rendah DAFTAR PUSTAKA Arinasa, IBK, 2005, Keanekaragaman dan Penggunaan Jenis-jenis Bambu di Desa Tigawasa Bali, Biodiversitas, vol.6, no.1, hal.17-21. Astana, S, 2001, Kebijakan Pengembangan Agrisisnis Bambu, Infososial Ekonomi, vol.2, no.1, hal : 11-28. Birgantoro, BA & Nurrochmat, DR, 2007, Pemanfaatan Sumberdaya Hutan oleh Masyarakat di KPH Banyuwangi Utara, Jurnal Manajemen Hutan Tropika, vol.13, no.3, hal.172-181. Dasuki, UA, 1991, Sistematika Tumbuhan Tingkat Tinggi, Sekolah Tinggi Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung. Dransfield, J., 1974, Short Guide to Rattans. Bogor: BIOTROP Hamzari, 2008, Ientifikasi Tanaman Obat-obatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Sekitar Hutan Tabo-tabo, Jurnal Ilmiah staf dosen Manajemen Hutan Universitas Tadulako. Iqbal, et al., 2014, Nilai ekonomi total sumberdaya bambu (Bambuseae sp.) di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten, Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 91 105 p. Jasni, et al., 2012, Atlas Rotan Indonesia Jilid 3, Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kementerian Kehutanan. Bogor. Jumiati., Hariyadi, B, & Murni, P, 2012, Studi Etnobotani Rotan sebagai Bahan Kerajinan pada Suku Anak Dalam (SAD) di Dusun III Senami, Desa Jebak, Kabupaten Batanghari, Jambi. Biospecies, vol. 5, no.1. Kalima, T, 2008, Keragaman Spesies Rotan Yang Belum Dimanfaatkan di HutanTumbang Hiran, Katingan, Kalimantan Tengah. Jurnal Info Hutan, vol. 5, no.1, hal 161-175. Kusnaedi, I & Pramudita AS, 2013, Sistem Bending Pada Proses Pengolahan Kursi Rotan di Cirebon, Jurnal Rekajiva, vol. 1, no. 2. Lubis, U & Resky, 2012, Eksistensi Mebel Bambu Di Tengah Perkembangan Desain dan Teknologi, Dimensi, vol.11, no.2 Mulyadi, S, 2010, Kajian Jenis dan Pemanfaatan Bambu di Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, Skripsi, Fakulatas Pertanian Universitas Bengkulu. Rajagukguk, V, 2012, Analisis Ekonomi Dan Kontribusi Tanaman Bambu Terhadap Pendapatan Masyarakat, Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Stennis, V, 2005, Flora, Pradnya Paramita, Jakarta. Wardani, M, 2008, Keragaman Tumbuhan Berguna di Cagar Alam Mandor Kalimantan Barat, Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, vol.5, no.3, hal.251-266. Wartanta, 1998, Peran Usaha Kerajinan Bambu dalam Meningkatkan Pendapatan Petani di Kecamatan Minggir, Sleman, Skripsi, Program Sarjana Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Widayati, WT & Riyanto, 2005, Kajian Potensi Hutan Rakyat dan Analisis Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya Alam di Kabupaten Boyolali, Jurnal Hutan Rakyat, vol.vii, no.2. 238

Widjaja, EA, 1985, Bamboo research in Indonesia, in Lissard and A Chouinard (eds), Bamboo Research in Asia Proceedings of a Workshop held in Singapura. IDRC and IUFRO Widjaja, EA, 2001, Identifikasi Jenis-jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI, Bogor, Indonesia. Wiriadinata, et al., 1993, Jenis-jenis tumbuhan langka Indonesia. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Hayati, Puslitbang Biologi-LIPI, Bogor: 58-67. Yuliatiningsih, R, 2005, Kontribusi Usaha Kerajinan Bambu pada Kesempatan Kerja, Pendapatan, dan Distribusi Pendapatan Petani di Desa Selang Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul, Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. 239