BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kegagalan usaha (Kemendag,2013). yang dianggap penting dan mampu menopang perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Lembaga Keuangan atau yang lebih khusus lagi disebut

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut, maka pembinaan dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, hal ini dapat dilihat salah satu fungsi bank sebagai lembaga

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian di suatu negara. Pada perekonomian yang semakin

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

BAB I PENDAHULUAN. bank terdiri atas bank konvensional dan bank syariah. Perbedaan yang paling

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Perbankan Syariah di Indonesia. Muamalat Indonesia, yang berdiri pada ttahun Berdirinya bank ini

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bisa berjalan dengan lancar. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kantor, 24 Unit Usaha syariah (UUS) denga n 554 kantor, dan 160 Bank

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Januari Diakses melalui http// Tanggal 12 Oktober Undang-Undang Perbankan Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

BAB I PENDAHULUAN. pada akhir 1990-an telah menunjukkan bahwa ketidakstabilan ekonomi makro

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara. sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah di Indonesia pertama didirikan tahun 1992 meskipun

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan, moneter, termasuk dalam bidang perbankan. Selain itu, berdirinya

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

abungan, baik dalam rupiah giro valuta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang begitu cepat. Hal

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana bertemunya pemilik, pengguna dan pengelola modal.

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penerbit e-money

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola dana masyarakat secara baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. berupa penghimpunan dana dengan berbagai jenis skema maupun

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laju inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama pengambil

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat pada tahun Setelah terbukti mampu bertahan pada masa krisis

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

BAB I PENDAHULUAN. peran lembaga keuangan tersebut menjadi sangat penting. taraf hidup rakyat banyak (UU RI No. 10 tahun 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga dirasa perlu dilakukan

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Pembiayaan Modal Kerja UMKM Perbankan Syariah di Indonesia Bank syariah menyediakan Pembiayaan Modal Kerja bagi usaha-usaha yang membutuhkan tambahan modal kerja, baik untuk keperluan membeli bahan baku, pembayaran biaya produksi, pengadaan barang dan jasa, hingga membantu pengusaha dalam membiayai penyelesaian proyek yang didapatnya (Bank Indonesia,2009). Pembiayaan kepada sector UMKM merupakan suatu bentuk kontribusi perbankan syariah dalam mengembangkan sektor usaha mikro,kecil dan menengah. Selain Pembiayaan Modal Kerja (UMKM dan non UMKM) pembiayaan lain yang diberikan oleh perbankan syariah menurut jenis penggunaannya berupa Pembiayaan Investasi (UMKM dan non UMKM) dan Pembiayaan Konsumsi. Data Statistik Perbankan Indonesia (SPI, 2015) menunjukkan penyaluran pembiayaan perbankan syariah pada tahun 2015 mengalami peningkatan 6,86% atau menjadi Rp213 triliun dari Rp199,3 triliun pada tahun sebelumnya. Namun demikian, pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah masih didominasi oleh pembiayaan konsumsi dengan porsi sebesar 39,30% pada akhir tahun 2015. Diikuti pembiayaan modal kerja sebesar 38,66% dan pembiayaan investasi 22,04%. Dari ketiga tujuan penggunaan pembiayaan tersebut, pembiayaan investasi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 23,90%. 55

Juni'14 Juli'14 Agustus'14 September'14 Oktober'14 November'14 Desember'14 Januari'15 Februari'15 Maret'15 April'15 Mei'15 Juni'15 Juli'15 Agustus'15 September'15 Oktober'15 November'15 Desember'15 Januari'16 Februari'16 Maret'16 April'16 Mei'16 Juni'16 Juli'16 Agustus'16 September'16 Oktober'16 November'16 Tabel 4. 1 Penyaluran Pembiayaan Perbankan Syariah Pembiayaan Modal Kerja UMKM (Miliar) Bulan/Tahun 2014 2015 2016 Januari - 32,766 25,545 Februari - 32,373 25,290 Maret - 30,526 25,527 April - 30,826 26,031 Mei - 28,367 26,616 Juni 35,128 28,945 27,220 Juli 40,286 26,891 26,852 Agustus 39,557 23,924 26,542 September 32,966 27,494 28,213 Oktober 38,762 26,424 27,986 November 33,402 26,560 28,176 Desember 33,904 26,650 - Sumber:SPS OJK November 2016, data diolah Data Pembiayaan Modal Kerja UMKM pada perbankan syariah juga dapat dilihat pada grafik berikut: 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 Pembiayaan Modal Kerja UMKM Sumber: SPS OJK 2016,data diolah Pembiayaan Modal Kerja (miliar) Gambar 4. 1 Pembiayaan Modal Kerja UMKM 56

Pembiayaan modal kerja UMKM pada bank syariah cenderung menurun pada tahun 2015. Pembiayaan terendah terjadi pada bulan Agustus 2015 dengan jumlah pembiayaan Rp.23,924 milliar. B. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Dana Pihak Ketiga merupakan sumber dana terpenting dan terbesar dalam kegiatan operasional suatu bank. Dana ini merupakan dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada pihak perbankan. Sejak kebangkitan ekonomi syariah di Indonesia pasca era reformasi, pertumbuhan aset dan dana pihak ketiga dari perbankan syariah terus meningkat dan membaik. Data Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia periode Juni 2014-November 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. 2 Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah Dana Pihak Ketiga (Miliar) Bulan/Tahun 2014 2015 2016 Januari - 164,291 173,230 Februari - 163,159 173,834 Maret - 165,034 174,779 April - 164,400 174,135 Mei - 164,375 174,354 Juni 150,530 162,817 177,051 Juli 155,704 165,378 178,768 Agustus 156,870 164,561 178,934 September 157,332 166,433 198,976 Oktober 163,090 165,857 199,462 November 165,050 167,150 202,332 Desember 170,723 174,895-57

Juni'14 Juli'14 Agustus'14 September'14 Oktober'14 November'14 Desember'14 Januari'15 Februari'15 Maret'15 April'15 Mei'15 Juni'15 Juli'15 Agustus'15 September'15 Oktober'15 November'15 Desember'15 Januari'16 Februari'16 Maret'16 April'16 Mei'16 Juni'16 Juli'16 Agustus'16 September'16 Oktober'16 November'16 Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah cenderung mengalami peningkatan. DPK terbesar perbankan syariah Indonesia terjadi pada bulan November 2016 dengan jumlah DPK mencapai Rp.202,332 miliar. 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 Dana Pihak Ketiga 0 Sumber:SPS OJK 2016, data diolah Dana Pihak Ketiga (miliar) Gambar 4. 2 Dana Pihak Ketiga Seiring dengan semakin besarnya pertumbuhan perbankan syariah, maka akan semakin banyak masyarakat yang terlayani sehingga dana pihak ketiga yang dihimpun terus meningkat. Seperti yang dimuat dalam data.go.id (2016), tahun 2011 total dana pihak ketiga perbankan syariah di Indonesia adalah sebesar Rp.115,415 Trilliun. Pada tahun 2012 sebesar Rp 147,5 Triliun, dan meningkat menjadi Rp 183,5 Triliun di 2013, Rp 217,8 Triliun (2014), Rp 231,2 Triliun (2015). Sedangkan di tahun 2016 total DPK Perbankan Syariah sebesar 277,8 Triliun, atau meningkat hingga 20,16%. Persentase peningkatan 58

ini pun mengalami lonjakan yang signifikan, dibanding periode sebelumnya sebesar 6 %. C. Perkembangan Non Performing Financing pada Pembiayaan Modal Kerja UMKM Perbankan Syariah di Indonesia Otoritas Jasa Keuangan dalam laporan Statistik Perbankan Syariah (2016) mempublikasikan data non performing financing pada pembiayaan modal kerja UMKM perbankan syariah di Indonesia periode Juni 2014- November 2016 sebagai berikut: Tabel 4. 3 Non Performing Financing Non Performing Financing Bulan/Tahun 2014 2015 2016 Januari - 2,458 2,007 Februari - 2,545 2,002 Maret - 2,233 1,895 April - 2,254 1,926 Mei - 2,404 2,086 Juni 2,520 2,224 1,995 Juli 2,780 2,404 1,927 Agustus 2,865 1,745 1,914 September 2,428 2,406 2,075 Oktober 3,040 2,125 2,082 November 2,455 2,000 2,060 Desember 2,446 1,808 - Dari data diatas, dapat kita ketahui Non performing Financing terbesar yang dihadapi perbankan syariah dalam memberikan pembiayaan modal kerja terjadi pada bulan Oktober 2014. Pembiayaan modal kerja UMKM yang diberikan pada bulan tersebut sebesar Rp.38,762 miliar dengan kredit macet sebesar Rp.3,040 miliar. Sedangkan pada bulan Agustus 2015 nilai 59

Juni'14 Juli'14 Agustus'14 September'14 Oktober'14 November'14 Desember'14 Januari'15 Februari'15 Maret'15 April'15 Mei'15 Juni'15 Juli'15 Agustus'15 September'15 Oktober'15 November'15 Desember'15 Januari'16 Februari'16 Maret'16 April'16 Mei'16 Juni'16 Juli'16 Agustus'16 September'16 Oktober'16 November'16 NPF sebesar Rp.1,745 dengan jumlah pembiayaan sebesar Rp.23,924 miliar. 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 Non Performing Financing 0 Non Performing Financing (miliar) Gambar 4. 3 Non Performing Financing Dalam tiga tahun terakhir, trend non performing financing cenderung menurun, dari jumlah NPF sebesar Rp2,500 milyar hingga Rp3,000 milyar menjadi sekitar Rp2,000 milyar saja. Pada umumnya, semakin besar pembiayaan yang dikeluarkan oleh perbankan maka akan semakin besar resiko kredit yang dihadapinya, salah satu resiko tersebut adalah resiko kredit macet atau dalam perbankan syariah disebut dengan Non Performing Financing. Tingkat NPF yang tinggi akan menurunkan kinerja perbankan, karena dapat mengganggu perputaran arus kas dan menimbulkan kerugian, sehingga dapat mempengaruhi jumlah pembiayaan yang akan disalurkan. 60

D. Perkembangan Inflasi di Indonesia Inflasi merupakan variabel makro ekonomi yang sangat penting bagi suatu negara karena sangat berkaitan dengan perekonomian. Apabila tingkat inflasi tinggi maka akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dimana perekonomian negara akan berjalan dengan lambat. Berikut merupakan data inflasi Indonesia bulan ke bulan periode juni 2014 sampai dengan November 2016 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia: Tabel 4. 4 Inflasi Inflasi (%) Bulan/Tahun 2014 2015 2016 Januari - -0.24 0.51 Februari - -0.36-0.09 Maret - 0.17 0.19 April - 0.36-0.45 Mei - 0.50 0.24 Juni 0.43 0.54 0.66 Juli 0.93 0.93 0.69 Agustus 0.47 0.39-0.02 September 0.27-0.05 0.22 Oktober 0.47-0.08 0.14 November 1.50 0.21 0.47 Desember 2.46 0.96 - Pada periode Juni 2014 sampai dengan November 2016 Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember 2014 dengan tingkat inflasi sebesar 2,46% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 119,00. Data sosial ekonomi BPS menunjukkan dari 82 kota, tercatat seluruh kota mengalami inflasi pada bulan tersebut. Sedangkan pada bulan April 2016 terjadi deflasi sebesar 61

Juni'14 Juli'14 Agustus'14 September'14 Oktober'14 November'14 Desember'14 Januari'15 Februari'15 Maret'15 April'15 Mei'15 Juni'15 Juli'15 Agustus'15 September'15 Oktober'15 November'15 Desember'15 Januari'16 Februari'16 Maret'16 April'16 Mei'16 Juni'16 Juli'16 Agustus'16 September'16 Oktober'16 November'16 0.45% dikarenakan dari 82 kota, tercatat 77 kota mengalami deflasi dan 5 kota mengalami inflasi. 3 2.5 2 1.5 1 0.5 Inflasi 0-0.5-1 Inflasi Sumber: Data Sosial Ekonomi BPS 2016, data diolah Gambar 4. 4 Inflasi Menurut Bank Indonesia, sumber tekanan inflasi Indonesia tidak hanya berasal dari sisi permintaan yang dapat dikelola oleh Bank Indonesia. Dari hasil penelitian, karakteristik inflasi di Indonesia masih cenderung bergejolak yang terutama dipengaruhi oleh sisi suplai (sisi penawaran) berkenaan dengan gangguan produksi, distribusi maupun kebijakan pemerintah. Selain itu, shocks terhadap inflasi juga dapat berasal dari kebijakan pemerintah terkait harga komoditas strategis seperti BBM dan komoditas energi lainnya. 62

E. Perkembangan Margin Perbankan Syariah di Indonesia Trisilo (2012) dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa dalam penetapan dan penyesuaian margin keuntungannya, selama ini bank syariah di Indonesia masih menggunakan acuan tingkat suku bunga BI-rate yang juga digunakan oleh bank konvensional. Spread margin keuntungan Bank Syariah adalah margin pembiayaan dikurangi bagi hasil dana pihak ketiga. Dalam Statistik Perbankan Syariah Indonesia, data margin keuntungan Pembiayaan Modal Kerja UMKM periode Juni 2014 sampai dengan November 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 4. 5 Margin Margin (%) Bulan/Tahun 2014 2015 2016 Januari - 19.08 20.24 Februari - 19.67 20.12 Maret - 21.13 19.86 April - 19.31 19.62 Mei - 19.64 19.76 Juni 18.88 19.85 19.58 Juli 20.80 20.30 19.47 Agustus 20.59 20.15 20.90 September 19.75 19.85 20.39 Oktober 19.60 19.79 21.17 November 20.47 19.88 21.09 Desember 20.07 19.96 - Data Margin Pembiayaan Modal Kerja UMKM pada perbankan syariah juga dapat dilihat pada grafik berikut: 63

Juni'14 Juli'14 Agustus'14 September'14 Oktober'14 November'14 Desember'14 Januari'15 Februari'15 Maret'15 April'15 Mei'15 Juni'15 Juli'15 Agustus'15 September'15 Oktober'15 November'15 Desember'15 Januari'16 Februari'16 Maret'16 April'16 Mei'16 Juni'16 Juli'16 Agustus'16 September'16 Oktober'16 November'16 Margin 21.5 21 20.5 20 19.5 19 18.5 18 17.5 Margin (%) Gambar 4. 5 Margin Pada periode Juni hingga Desember 2014 tingkat margin perbankan syariah hanya berkisar antara 18% hingga 20% dan tidak sampai pada angka 21%. Tingkat margin tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2016 yang mencapai angka 21.17%. 64