Pusat Film Animasi di Yogyakarta Citra Visual Ruang Sebagai Acuan Desain BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Komik dan animasi di Indonesia seringkali dianggap sepele karena dianggap

GEDUNG EKSEBISI ANIMASI DAN KOMIK DI BANDUNG DENGAN PENDEKATAN DESAIN HI TECH ARCHITECTURE

BAB I LATAR BELAKANG. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.dengan kata lain, serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

PUSAT KOMIK DAN ILUSTRASI INDONESIA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta adalah kota yang relatif aman, stabil dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PUSAT ANIMASI SEBAGAI RUMAH PRODUKSI, PENDIDIKAN, DAN HIBURAN DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. Logo Festival Mendongeng Nusantara berupa ilustrasi seekor naga yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. menghidupkan. Yaitu usaha untuk menggerakkan sesuatu yang tidak bisa bergerak sendiri. 1

PUSAT PELATIHAN DAN PRODUKSI FILM TELEVISI DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tetapi bisa juga melalui wadah media seperti majalah, koran, internet, radio dan

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

SEKOLAH TINGGI FILM DAN TELEVISI DI SEMARANG PENEKANAN DESAIN KONSEP ARSITEKTUR PAUL RUDOLPH

SEKOLAH TINGGI FILM DAN TELEVISI DI JAKARTA Dengan Penekanan Desain Konsep Arsitektur Renzo Piano

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

FASILITAS KOMUNITAS KOMIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. verbal dan non verbal tetapi banyak melakukan komunikasi melalui media, baik

SINEPLEX DAN SINEMATEX DI YOGYAKARTA Dengan pendekatan desain arsitektur post modern

BAB I PENDAHULUAN Judul Solo Studio Animasi dengan Penekanan Ekspresionisme

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa

BAB I I.PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan musik sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Kota

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. majalah, radio, televise dan film. Komunikasi massa merupakan produksi dan

BAB I PENDAHULUAN. terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang

GALERI FOTOGRAFI DI SEMARANG PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR HIGH TECH

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia mulai marak sejak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDIO PRODUKSI FILM DI JAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MORPHOSIS

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. pada potensi penerimaan negara khususnya pajak. Karena di dunia yang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Soraya Desiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau art berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu ars, yang memiliki arti

RUMAH PRODUKSI PENGADEGAN STUDIO INDONESIA DI JAKARTA SELATAN

Koleksi. Sampul Poster Perangko Tipografi Ilustrasi Iklan Logo

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SINEMATEK TERPADU DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul " Surakarta Comic Art Center Surakarta : Sebuah kota yang terletak di wilayah otonom provinsi Jawa Tengah,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pusat Seni Rupa Kontemporer untuk Anak-Anak di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2013

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

TUGAS TV INTERNET. Oleh: Bagus Cahya Kurniawan NIM:

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. membuat suatu karya yang lebih baik daripada karya sebelumnya dan visual

BAB I PENDAHULUAN. satunya melalui media massa, seperti televisi, radio, internet dan surat kabar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN

KOMPLEK GALERI SENI LUKIS di DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situs goblog.blog.stisitelkom.ac.id pada awal penemuannya, film animasi

BAB III Analisa Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dengan makin berkembangnya teknologi komunikasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. media atau khalayak menggunakan media sebagai pemuas kebutuhannya. Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Diiringi dengan semakin besarnya kesadaran manusia tentang betapa pentingnya

TUGAS AKHIR BIOSKOP DI SINGARAJA KABUPATEN BULELENG-BALI STUDI AKUSTIK RUANG PERTUNJUKAN FILM BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pertumbuhan Industri animasi 3D di Indonesia semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. media massa karena sifatnya yang lebih efisien dan cepat. Media massa kini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bagas Laksawicaka Gedung Bioskop di Kota Semarang 1

BAB I PENDAHULUAN. Pada beberapa tahun kebelakang ini budaya Indonesia mulai menghilang sedikit demi

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan hal penting untuk dapat berinteraksi dengan orang lain maupun

BAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan berita atau pesan kepada masyarakat. Dengan kata lain media massa adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berkembang secara pesat, selain media hiburan dan media

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. layar televisi selama 25 tahun terakhir. Dengan penonton yang beragam mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. terlihat di kota Yogyakarta. Ini terlihat dari banyaknya komunitaskomunitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, kemudian kemunculannya disusul oleh stasiun stasiun

DIGITAL ART GALLERY DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran media massa sangat membantu masyarakat dalam memperoleh

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dipelajari, baik secara formal maupun nonformal/otodidak), benda angkasa. Penemuan lain, ilmu informasi dan komunikasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah hal yang paling utama dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB II DATA DAN ANALISA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang A.Animasi Sebagai Media Komunikasi dan Pendidikan. Animasi awalnya adalah kartun yang berupa komik, Komik strip pada masa itu muncul di majalah atau surat kabar dengan tema-tema yang dipilih antara lain, lelucon kehidupan sehari-hari, cerita rakyat-legenda, petualangan dan menjelang kemerdekaan. Banyak tema perjuangan nasionalisme yang muncul. Pada tahun 1931, surat kabar Sin Po memuat cerita seri tokoh Put On karya Kho Wang Gie.Abdul Salam membuat kisah-kisah perlawanan seperti Kisah Pendudukan Yogya dan Pemberontakan Pangeran Diponegoro di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. Mingguan Ratoe Timoer menampilkan cerita Mentjari Poetri Hidjaoe karya Nasroen AS sejak 1 Februari 1939. Karya animasi Indonesia sebenarnya telah ada sejak tahun 1950-an. Namun, bentuknya masih sangat sederhana. Tahun 1998, ketika film animasi Barat maupun Jepang semakin populer di Indonesia lewat layar kaca, ada VCD animasi produk lokal yang muncul. Film animasi ini mengambil cerita-cerita rakyat, seperti Bawang Merah & Bawang Putih, Timun Mas, serta Petualangan si Kancil.Setelah film animasi dalam kemasan VCD, tahun 2000 Indosiar menayangkan film seri animasi produksi Red Rocket yang berpusat di Bandung. Awalnya, Red Rocket membuat animasi untuk iklan dan bumper stasiun televisi. Tantangan muncul ketika sebuah perusahaan susu mensponsori pembuatan film seri animasi untuk acara Dongeng untuk Aku dan Kau.Setahun kemudian, 2001, Bening Studio yang berdomisili di Yogyakarta menghasilkan 16 episode film animasi yang juga ditayangkan stasiun televisi. Kisah-kisahnya juga mengambil cerita rakyat, seperti Si Kancil, Pangeran Katak, Hang Tuah, Cindelaras, dan Lutung Kasarung 1. Menurut Gotot Prakoso 1 animasi indonesia mulai bergerak, Kompas 4 mei 2003 1

Ketua panitia Festival animasi Yogyakarta 2005 dan staf pengajar animasi di IKJ Jakarta,Yogyakarta merupakan salah satu basis pembuat film animasi terbesar di Indonesia, bahkan film animasi panjang yang pertama ada di Indonesia diproduksi oleh Studio Kasatmata dari Yogyakarta, dan studio inilah merupakan salah satu pelopor pembuat film animasi berbentuk VCD di Indonesia.Dalam perkembangannya, film animasi sudah mencoba masuk dalam dunia layar lebar, tetapi mungkin belum berhasil. Dari kegagalan ini setidaknya akan makin memacu kreativitas para seniman dalam menghasilkan karyanya 2 Jenis Film Asal Negara Keterangan Indonesia Hongkong India USA & Eropa Inggris Kartun/Animasi 1 412 1 Tabel 1.1 :Jumlah film animasi yang diputar diyogyakarta berdasarkan asal negara Sumber : BPS Yogyakarta dalam tahun 1999 Jenis Film Asal Negara Keterangan Indonesia Hongkong India USA & Eropa Inggris Kartun/Animasi 0.01 2.88 0.01 Tabel 1.2:Prosentase jumlah film animasi yang diputar diyogyakarta berdasarkan asal negara Sumber : BPS Yogyakarta dalam tahun 1999 Menurut Survey penonton film Indonesia,menunjukan bahwa penonton film Indonesia berusia 15-35 tahun ( 90 % ) dengan tekanan usia 20-25 tahun ( 40 % ),laki-laki ( 57% ),perempuan ( 43 % ),yang berpendidikan SMU dan Perguruan tinggi ( 42 % ), Bila data tersebut dikaitkan dengan kondisi sosial masyarakat 2 Mengangkat wayang dalam animasi, Kompas 26 september 2005 2

Yogyakarta yang didominasi kelompok pelajar dan mahasiswa maka Yogyakarta mempunyai potensi besar dalam pertunjukan film. Tahun Jumlah Bioskop Jumlah Tempat Duduk Jumlah Penonton. 2002 3 1.430 469.523 2001 4 2.292 462.747 2000 6 3.840 664.330 1999 8 3.963 781.270 1998 24 5.745 1.643.628 Tabel 1.3 : Jumlah penonton film di Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Stastistik D.I.Yogyakarta Pada awal milineum, industri komik dan animasi Indonesia mulai bangkit kembali ditandai dengan penerbitan komik klasik Indonesia dan sering pameran event atau festival komik dan animasi nasional yang diadakan dibeberapa kota di indonesia.misalnya Pekan Komik Animasi Nasional ( PKAN ) yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 1998 oleh Depdikbud dan Festival Film Animasi Indonesia ( FFAI ) mulai tahun 2002 di Jakarta.Pertumbuhan Animasi mulai Meningkat sejalan dengan perkembangan dan Kemajuan Media Komunikasi. Gambar 1.1 : Homelad Pemenang FFAN th 2005 Sumber : Studio kasat mata 3

Gambar1. 2 : gundala salah satu Komik Indonesia. Sumber : Komik Indonesia.com Animasi di TV lewat Commercial Spot ( Iklan ), film animasi hingga pendukung acara informasi,secara tidak disadari telah mendapat tempat dihati masyarakat.yayasan Lembaga Konsumen Indonesia ( YLKI ), bulan April 2002,memberikan hasil penelitian tentang proposal waktu yang disediakan oleh Stasiun TV kepadacara anak-anak yang didominasi oleh film animasi. Stasiun TV Th.1999 Th.2002 Perkembangannya TVRI 4,9% 9,1% 4,2% SCTV 7,7% 14,6% 6,9% RCTI 5,9% 7,1% 1,2% Indosiar 8,5% 11,8% 3,3% Tabel 1.4 : Proporsi waktu stasiun TV untuk anak-anak Sumber : Dari komik,animasi,sampai telenovela,kompas.com,11 agustus 2002 Hal ini membuktikan bahwa perkembangan film animasi sangat diminati oleh masyarakat dan potensi pasarnya sangat cukup menjanjikan sehingga perkembangan animasi di Indonesia semakin meningkat. B.Upaya Peningkatan ApresiasiTerhadap Film Animasi Indonesia Salah satu upaya untuk meningkatkan kembali apresiasi animasi oleh masyarakat adalah dengan mengadakan ajang pameran, workshop,karya-karya lokal 4

Indonesia melalui program pameran nasional yang diselenggarakan secara bergilir dibeberapa kota besar di Indonesia.Misalnya Pameran Komik dan animasi Nasional ( PKAN ) yang dilakukan sejak tahun 1998 yang lalu.tujuan dari PKAN adalah untuk membangkitkan kesadaran masyarakat tentang komik dan animasi Indonesia yang pernah berjaya dan membangkitkan komik dan animasi nasional. Optimisme bangkitnya film animasi dan komik Indonesia ini hendaknya disikapi dengan baik oleh semua pihak sehingga suatu saat animasi Indonesia dapat diperhitungkan sebagai produk yang bermutu sekaligus mempunyai para ahli,sejarawan dan kritikus seperti halnya sastra,dan seni rupa. Pusat film animasi di Yogyakarta,dimana merupakan sentral kegiatan yang berkaitan dengan perfilman khususnya animasi,kegiatan di sini adalah : Tempat produksi film animasi ( Studio Film animasi ), pelatihan film,dan kursus animasi ( Workshop ), produksi film animasi ( Studio Film animasi ), Tempat rekreasi,menonton animasi ( Bioskop atau tempat pertunjukan film animasi ), Tempat pameran atau festival film animasi. Tempat pusat informasi film animasi.,tempat book shop komik dan animasi.,tempat toko accesoris animasi,tempat galeri film animasi dan kartun,kantor pengelola.,didukung kegiatan pendukung lainnya.,tempat kegiatan study tour. Permasalahan yang kemudian muncul adalah belum tersedianya sarana wadah untuk komunitas dan kegiatan apresiasi ini.diperlukan adanya suatu wadah yang sifatnya tetap untuk menampung kegiatan-kegiatan apresiasi animasi ini agar event atau festival dapat berlangsung secara tetap dan teratur. 1.2.Rumusan Masalah. Bagaimana merancang pusat film animasi di Yogyakarta yang dapat mewadahi para animator dan pencinta animasi sebagai tempat rekreasi dengan penekanan pada Studi citra visual ruang sebagai sarana edukatif dan apresiatif? 5

1.3.Tujuan. Merancang pusat film animasi di Yogyakarta yang dapat mewadahi para animator dan pencinta animasi sebagai tempat rekreasi dengan penekanan pada Studi citra visual ruang sebagai sarana edukatif dan apresiatif. 1.4.Sasaran a) Melakukan Studi tentang Pusat Perfilman khususnya animasi. b) Melakukan Studi tentang tempat tempat pertunjukan film di yogyakarta. c) Melakukan studi tentang Animasi. d) Melakukan Studi Tentang Studio Animasi, desney Studio. e) Melakukan Studi Tentang Ruang pertunjukan film animasi dengan mengacu pada bagunan bioskop. f) Melakukan studi tentang citra visual. g) Melakukan studi tempat-tempat rekreasi dengan mengacu pada bangunan bioskop. 1.5.Lingkup Masalah. 1) Pusat Pertunjukan film animasi dibatasi pada kebutuhan bangunan film animasi 2) Animasi yang dibahas hanya animasi 2D dan 3D. 3) Studio Animasi dibatasi pada ruang-ruang yang diperlukan dan proses kegiatannya. 4) Kenyamanan citra visual pada karakter bangunan 1.6.Metode Untuk mencari data yang dikehendaki dan menganalisa Pusat Film Animasi Maka diperlukan beberapa metode yang harus dilakukan : A. Metode Pengumpulan Data. Beberapa tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Observasi. Pengamatan langsung pada pertunjukan film animasi dan pameran animasi. 6

b.studi Pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan film dan animasi serta kartun,serta pusat film beserta standar-standar yang harus ada dalam sebuah pusat film. c.studi Banding. Studi banding dilakukan kepada bioskop-bioskop, studio animasi Kasat mata dan bening Studio Yogyakarta,Puskat, serta melihat bangunan animasi Desney. B.Metode Menganalisis Data. a. Menganalisis Data secara Kuantitatif. Pengolahan data yang diperoleh dari kuesioner data sekunder serta data lain di olah dengan diubah menjadi data tabulasi,meliputi : 1) Data Animo masyarakat terhadap Film Animasi. 2) Jumlah Studio animasi yang ada di Yogyakarta. b. Menganalisis data Secara Kualitatif. Menganalisis data secara deskriptif untuk penulisan Proyek Pusat Film Animasi,Meliputi : 1) Sejarah Film animasi. 2) Jenis-jenis animasi. 3) Kebutuhan dasar Film Animasi. 4) Pengertian-pengertian animasi. 5) Faktor-faktor citra visual C.Metode Perancangan. Mentransformasikan unsur-unsur Citra visual ruang kedalam Desain arsitektural bangunan. 1.7.Sistematika Penulisan. Bab 1.PENDAHULUAN. Mengungkapkan latar belakang,rumusan Masalah,Tujuan,sasaran,Lingk 7

up,metode dan Sistematika Penulisan Tentang Proyek Pusat Film Animasi Di Yogyakarta dengan Penekanan Desain Pada Studi Kenyamanan citra visual ruang sebagai sarana edukatif dan apresiatif. Bab 2.TINJAUAN PUSAT FILM ANIMASI DI YOGYASKARTA Mengungkapkan potensi perkembangan animasi,pusat film animasi,studio animasi dan proses pembuatan film dan pertunjukan film animasi di yogyakarta beserta fasilitas yang ada,contonya: studio-studio animasi di yogyakarta, dan pusat Pertunjukan film di yogyakarta. Bab 3. TINJAUAN TEORITIS PUSAT FILM ANIMASI DAN Citra Visual ruang sebagai sarana edukatif dan rekreatif. Mengungkapkan Design Requirement Pusat Animasi Dan Fasilitas Pendukungnya yang ada,contohnya: Studio animasi, bioskop, area workshop,galeri animasi dan kantor pengelola. Bab 4.ANALISA MENUJU KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT FILM ANIMASI DI YOGYAKARTA Mengungkapkan Proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang diaplikasikan pada daerah Yogyakarta. Bab 5. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT FILM ANIMASI DI YOGYAKARTA Mengungkapkan Konsep-konsep yang akan di transformasikan kedalam rancangan fisik arsitektural. 8