KAJIAN PROSES PEMBELAJARAN MATERI MENGUKIR RELIEF LOGAM PADA MATA PELAJARAN SENI BUDAYA SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER SISWA KELAS IX A DI SMP NEGERI 2 SURUH KAB. SEMARANG TAHUN AJARAN 2015/2016 Arum Laila Isnaini Program Studi Pendidikan Seni Rupa FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: Ailaaini45@gmail.com Abstract: The aim of this research is to identity and describe: (1). The implementation of learning process in the relief carving metal art in class IX A includes of syllabus, lesson planing, material, method, and assasment teachers in SMP N 2 Suruh District Semarang. (2) The visualization of stundent working in metal relief carving which reviewed through visual element. (3). The role of relief carving metal art learning to build the student class IX A character at SMP N 2 Suruh District Semarang.The form of this research was descriptive qualitative by using case study strategy. The data sources were an informant, document, and archieve, places, and event. Samples are taken by purposive sampling. The ata validation technique were triangulation and informant review. The data analysis was used flow model of analysis.the results of this study was in learning process of metal relief carving at SMP N 2 Suruh District Semarang the teachers which is accorded the syllabus and planning lesson. The leaning goals of the students were expected to understand the metal relief carving material, expected train the forging relief press techniques, and expected to involve their selves in a positive direction as attitude cause of local art and culture The metal making sculpture process covers the selecting process of design which were prepared by the teachers, pattern making on the metal were accorded by design, metal scraping were created to raise of low relief, metal pressing on plywood by glue as well as the making pointilis and framing process in the background. The learning role of metal art were carved a relief of student s character building an have change for the better attitude of their local artwork culture, such as appreciative, cherish, and rightfully proud of their local art, and willed to make an conserve of local art. Key word: learning process, relief carving metal art, characters building PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal sangat penting dalam kehidupan untuk membangun karakter anak bangsa. Menurut Sudarwan Danim (2011:2-3) bahwa pendidikan adalah proses pemartabatan manusia menuju puncak optimisme potensi dimiliknya, proses membimbing, melatih, dan memandu manusia terhindar atau keluar dari kebodohan dan pembodohan, metamorfosis perilaku menuju kedewasaan sejati. Pendidikan sebagai proses elevasi yang dilakukan secara kognitif, psikomotorik yang nondiskriminasi, dinamis dan
intensif menuju kedewasaan untuk memasuki sekolah tingkat individu, dimana prosesnya lanjut serta mengembangkan bakat dialakukan secara kontinyu dengan sifat yang adaptif dan nirlimit atau sesuai dengan ilmu atau bakat dari siswa tersebut. tiada akhir. Dimana pendidikan Pada jenjang pendidikan memberikan kecakapan yang tingkat SMP, mata pelajaran yang penting untuk dijadikan alat guna diajarkan bersifat umum salah memberikan keterampilan tertentu dan beberapa kecakapan yang harus dikuasai oleh generasi bangsa dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan satunya pelajaran seni budaya. Pada mata pelajaran seni budaya terdapat materi seni rupa yang mengajarkan tentang mengukir relief logam. teknologi. Pendidikan di bagi Pembelajaran mengukir relief menjadi tiga yaitu pendidikan logam diharapkan mampu formal, pendidikan non formal dan memberikan kemampuan serta pendidikan informal. mampu mengembangkan SMP adalah lembaga keterampilan peserta didik dalam pendidikan wajib 9 tahun bagi berkesenian terutama seni rupa. peserta didik yang merupakan Selain mengembangkan kemampuan jenjang sekolah lanjutan dari berkesenian, penelitian ini menarik Sekolah Dasar (SD). Pendidikan karena pembelajaran mengukir Sekolah Menengah Pertama adalah pengembangan pengalaman belajar logam jarang di ajarkan dalam pembelajaran seni rupa di SMP. waktu sekolah dasar. Pendidikan di Selain menjadi media baru, Sekolah Mengah Pertama bertujuan pembelajaran mengukir relief logam meningkatkan kecerdasan, mampu memberikan suasana baru pengetahuan, kepribadian, ahklaq dalam berkarya seni rupa. Serta mulia serta keterampilan untuk sebagai upaya dari guru untuk hidup mandiri. Fungsi pendidikan memperkenalkan dan melestarikan menengah pertama adalah seni mengukir logam kepada siswa mengutamakan pembentukan siswa agar seni tersebut dapat bertahan
hingga masa yang kan datang dan tidak hanya orang tua yang mau meneruskan seni mengukir relief logam. Selain itu mengukir relief logam di berikan pada siswa SMP untuk menggali kemampuan dan kreatifitas siswa dalam berkarya, yang mungkin dapat berguna sebagai bekal usaha sebagai mata pencarian jika tidak melajutkan ke jenjang sekolah selanjutnya. Dalam pembelajaran mengukir relief logam diharapkan siswa mau mengenal dan memperkenalkan hasil karya seni budaya Indonesia, siswa mau mencintai hasil karya seni budaya asli Indonesia, siswa mau menghargai hasil karya seni budaya Indonesia, siswa berkenan belajar dan membuat seni terapan khas daerah setempat di Indonesia, siswa mampu melestarikan nilai-nilai budaya Indonesia yang terkandung dalam hasil karya seni terapan daerah setempat yang ada di Indonesia. Masalah yang ingin dikaji dalam penelitian yang dilaksanakan ini, yaitu: 1. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran mengukir relief logam pada siswa kelas IX A di SMP N 2 Suruh Kabupaten Semarang? 2. Bagaimana visualisasi karya siswa dalam seni mengukir relief logam ditinjau melalui unsurunsur visual? 3. Bagaimana peran pembelajaran seni mengukir relief logam sebagai pembentukan karakter pada siswa kelas IX A di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yang dilaksanakan ini, antara lain untuk mendiskripsikan: 1. Proses pelaksanaan pembelajaran seni mengukir relief logam pada siswa kelas IX A yang meliputi silabus, rpp, materi, metode, media, dan evaluasi yang dilakukan guru di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang. 2). Visualisasi karya siswa dalam seni mengukir relief logam ditinjau melalui unsur-unsur visual. 3. Peran pembelajaran seni mengukir relief logam dalam pembentukan karakter pada siswa kelas IX A di SMP N 2 Suruh Kabupaten Semarang.
Hasil penelitian yang :siswa mau mengenal dan dilaksanakan ini diharapkan dapat memperkenalkan hasil karya seni memberikan manfaat sebagai budaya daerah setempat di berikut: 1. Manfaat teoritis, hasil Indonesia, siswa mau mencintai dan penelitian ini diharapkan dapat menghargai hasil karya seni budaya mengembangkan khasanah, daerah setempat di Indonesia, siswa wawasan, pemahaman teori berkenan belajar membuat seni mengukir relief logam serta dapat terapan khas daerah setempat di menjadi sumbangan bagi ilmu Indonesia, siswa mampu pengetahuan yang selalu mengalami melestarikan karya seni budaya kemajuan sesuai dengan daerah setempat khususnya di perkembangan zaman dalam bidang sekitar daerah Kab. Semarang seni mengukir relief logam baik bagi Indonesia. b. Guru: peserta didik, guru lain, maupun mengembangkan metode masyarakat umum, dengan pembelajaran menjadi metode memberikan informasi ilmiah pembelajaran yang lebih baik lagi. c. mengenai pelaksanaan pembelajaran Sekolah: menjadikan materi seni mengukir relief logam pada siswa kelas IX di SMP N 2 Suruh Kabupaten Semarang. 2. Manfaat pembelajaran mengukir relief logam ini sebagai mata pelajaran seni rupa yang pokok di SMP Negeri 2 Suruh praktis, diharapkan dapat yang di ajarkan pada setiap peserta mengembangkan pengentahuan didik pada mata pelajaran seni tentang seni rupa bagi: a. Siswa budaya. METODE PENELITIAN Penelitian tentang kajian mulai bulan Agustus sampai dengan pembelajaran seni mengukir relief Oktober tahun 2015. Bentuk logam ini dilakukan di SMP N 2 penelitian yang digunakan pada Suruh, di dusun Cukilan, Kel. penelitian ini adalah penelitian Suruh. Kec. Suruh, Kab. Semarang. Penelitian ini telah dilaksanakan deskriptif kualitatif. Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini
dapat diperoleh dari aspek kualitatif Negeri 2 Suruh Kab. Semarang, seperti: Informan, tempat dan yang dijabarkan sebagai berikut peristiwa, serta dokumen dan arsip. Teknik pengambilan sampel yang dibawah ini: Rencana Pelaksanaan digunakan dalam penelitian ini ialah teknik purposive sampling.teknik Pembelajaran dibuat oleh guru mata pelajaran masing-masing pada awal yang digunakan peneliti untuk semester, sehingga satu semester mendapatkan data-data dilapangan adalah: observasi, wawancara, dan yang akan datang sudah dibuat jadwal pembelajarannya diawal. Ini dokumentasi. Validitas data dipilih karena lebih efektif dan dilakukan dengan triangulasi data sistematis. RPP dibuat dengan (triangulasi sumber) dan review berpatokan pada Silabus Kurikulum informan. Teknik analisi data Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). menggunakan model alir Materi mengukir relief logam yang HASIL PENELITIAN DAN diajarkan pada peserta didik kelas PEMBAHASAN 1. Proses Pembelajaran Mengukir IX A di SMP Negeri 2 Suruh ini merupakan materi yang terdiri teori Relief Logam pada Kelas 9A di dan praktek. Sehingga metode SMP Negeri 2 Suruh Semester pembelajaran yang diterapkan oleh Gasal Tahun Ajaran 2015/ 2016. guru adalah metode ceramah, Pelaksanaan pembelajaran metode Tanya jawab, metode ketrampilan mengukir relief logam demonstrasi, metode pemberian memiliki komponen-komponen tugas. belajar yang saling berinteraksi dan Berdasarkan pengamatan di berkaitan antara satu sama lain. lapangan tampak siswa mudah Dengan menggunakan kurikulum bosan saat mendengarkan guru KTSP, komponen-komponen yang menjelaskan materi dengan metode digunakan guru pada materi ceramah. Selama proses pembelajaran keterampilan menerangkan materi dengan metode mengukir relief logam di SMP ceramah, suasana peserta didik
kurang begitu bersemangat dengan apa yang disampaikan guru, ada siswa yang mendengarkan dengan seksama, ada siswa yang berbicara dengan temannya dan ada pula pendapat Sri Anitah (2009:110-111) yang mengatakan bahwa kelebihan dari metode demonstrasi adalah peserta didik ikut aktif dalam demonstrasi sekaligus dilanjutkan siswa yang gaduh sendiri. Hal dengan eksperimen. Begitupula tersebut didukung dengan pendapat pada saat penerapan metode Sanjaya (2009 : 147-148) pemberian tugas ada beberapa kelemahan dari metode ceramah adalah dianggap sebagai metode peserta didik yang mengeluh tidak bisa dan tidak percaya diri bisa yang membosankan. Begitu juga membuat ukir logam karena dengan metode Tanya jawab dimana peserta didik kurang berminat dan menurut mereka dalam mengukir reliaf logam peserta didik ini harus tidak memperhatikan dengan berhati-hati sekali sehingga karya penyapaian materi teori yang telah yang dihasilkan membutuhkan disampaikan sehingga peserta didik cenderung diam dan tidak mau bertanya atau pasif. Namun berbeda waktu yang relatif lebih lama. Metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran halnya ketika guru pada saat seni mengukir relief logam pada menerapkan metode demonstrasi kelas IX A di SMP Negeri 2 Suruh pada kegiatan praktek mengukir ini menggunakan metode yang relief logam dimana peserta didik konvensional dimana guru memberikan respon yang positif dan menggunakan metode pembelajaran sangat antusias. Karena materi yang biasa digunakan pada proses mengukir relief logam ini pembelajaran pada umumnya. merupakan materi yang diberikan Sehingga proses pembelajaran seni pertama kali mengukir mengukir relief logam ini cenderung menggunakan media logam maka monoton tidak ada inovasi peserta didik sangat antusias hal pembelajaran yang diterapkan. tersebut juga sesuai dengan Namun perlu diingat pada dasarnya
memang tidak ada satu pun metode pembelajaran yang dianggap paling logam ini hanya memberikan materi teori mengukir, teknik tekan timbul, baik dan sempurna dalam penerapan dan stilasi objek, guru tidak pada pembelajaran. Karena setiap memberikan materi lain yang metode pembelajaran masingmasing menyangkut dengan mengukir relief mempunyai kelebihan logam itu sendiri ataupun dasar- maupun kekurangan yang dapat dasar mengukir logam pada disesuaikan dengan kebutuhan umumnya. Media pembelajaran peserta didik dan kemampuan guru. dalam proses pembelajaran seni Hal tersebut sejalan dengan mengukir logam meliputi hasil pendapat Sri Anitah (2009: 84-85) karya ukir logam dari siswa yang berpendapat bahwa tidak ada metode satu pun yang dianggap terdahulu, dan pencotohan motif di papan tulis. Serta sumber belajar paling baik diantara metode-metode yang digunakan dalam proses lain. Tiap metode memiliki pembelajaran seni lukis kaca di karakteristik tertentu dengan segala kekurangan dan kelebihan masingmasing. SMK Kesehatan ini adalah buku seni rupa, media elektronik dan juga media cetak. Di dalam kelas Menurut Winataputra (2008: sebenarnya sudah ada proyektor 1.21) materi pembelajaran adalah yang dalam digunakan sebagai segala sesuatu yang dibahas dalam media dalam menyampaikan materi pembelajaran dalam rangka ukir relief loga. Sayangnya guru mencapai tujuan yang telah belum dapat memanfaatkan secara ditetapkan. Materi pembelajaran maksimal fasilitas proyektor yang merupakan sumber belajar bagi sudah diberikan sekolah dalam peserta didik. Sesuai dengan proses pembelajaran ukir relief pendapat tersebut materi yang logam ini. Seharusnya dengan disampaikan kepada peserta didik adaanya proyektor tersebut guru kurang lengkap karena dalam dapat memberikan video tutorial pembelajaran seni mengukir relief
tantang ukir logam, disamping guru kurang maksimal. Seharusnya guru mendemonstrasikan sendiri. lebih selektif lagi dalam hal Pengevaluasian karya seni mengukir relief logam ini dilakukan sendiri oleh guru pengampu mata penilaian. Namun dengan begitu siswa akan lebih bersemangat dalam berkarya. pelajaran seni budaya sendiri. 1. Visualisasi Hasil Karya Peserta Mengingat waktu yang sangat Didik Dalam Mengukir Relief terbatas dikarenakan peserta didik kelas IX A terlalu mengulur-ulur Logam Ditinjau Dari Unsur- Unsur Visual. waktu mengumpulan tugas ukir Visualisasi hasil karya logam. Sehingga beberapa peserta peserta didik dalam mengukir relief didik terlambat untuk kaca jika ditinjau berdasarkan mengumpulakan karya yang akan unsur-unsur visualnya, sebagian dinilai oleh guru. Karya yang hasil karya peserta didik sangat dikumpulkan oleh peserta didik ada memuaskan. Mengingat peserta beberapa karya yang dapat didik baru pertama kali mendapat dikatakan kurang maksimal dalam materi mengukir relief logam. Serta pengerjaannya. Pada pengevaluasian mengukir dengan menggunakan hasil karya guru menggunakan alat media diatas logam alumunium dan penilaian berupa non tes. Namun juga menggunakan alat berupa dalam penilaian seni menukir relief bolpoin yang sudah tak terpakai. logam ini guru memberikan nilai Unsur-Unsur Visual yang dipakai sebagai motivasi, dimana nilai pada mengukir reief logam ini yaitu, peserta didik semua diatas KKM. Ini titik, garis, bidang, dan tekstur. terlihat dari daftar penilaian yang hampir seluruh peserta didik Jika dianalisis secara visual mendapatkan nilai yang rata dan hampir seluruh karya peserta didik sama, sehingga ini membuat menggunakan garis-garis non kesetaraan antara karya yang formal, yang mana garis-garis dikerjakan secara maksimal dan tersebut merupakan garis yang
luwes sehingga fleksibel mengikuti bentuk-bentuk. Hal tersebut sesuai peserta didik hampir semua sudah tampak,hanya saja kerapian dan dengan pendapat Dharsono ketekunan dalam menggores yang (2004:41) garis disamping membedakan. Dalam membuat memiliki peranan juga memiliki sifat formal dan non formal, dimana garis-garis formal memiliki sifat formal, beraturan, dan resmi. Dan garis-garis non formal memiliki sifat timbul rendahnya ukiran peserta didik sudah dapat membuatnya. Jika diraba dan dilihat sudah terasa dan tampak timbul rendahnya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Cut tak resmi, dan cukup luwes, lemah Khamaril (2001 : 3.7-3.8) bahwa gemulai, lembut dan acak-acakan. sifat itu dapat dilihat ataupun diraba, Unsur visual yang bila diraba ternyata kasar, tekstur ini selanjutnya adalah bidang, dimana disebut tekstur nyata. Tetapi hanya pemilihan desain gambar pada hasil sebagian yang mampu karya mengukir relief logam mengharmonisasikan goresan satu sebagian besar peserta didik dengan yang lain. Sebagian siswa memilih desain menyerupai wujud alam (figur). Dimana hasil karya yang dibuat oleh peserta didik ini dalam ukir logam ini sebagian besar masih bingung mana yang harus di timbulkan. Sehingga pada beberapa karya masih terlihat datar karena bagian yang timbul masih kurang. memilih bentuk bunga dan sisanya Prinsip-prinsip desain yang kapal, walaupun diberikan pilihan digunakan dalam mengukir relief bentuk objek hewan dan beberapa logam ini yaitu keseimbangan, memilih mendesain sendiri. Unsur proporsi dan keserasian. Prinsip visual titik digunakan siswa dalam desain yang pertama adalah memberikan bacground. Bacground keseimbangan, dimana rata-rata disini menambah kesan timbul hasil karya ukir relief logam peserta rendahnya ukir logam didik sudah mememenuhi prinsip Tekstur nyata yang yang desain keseimbangan. Dimana karya ditampilkan pada setiap hasil karya
peserta didik sudah berusaha menyetarakan bagian-bagian, baik sebelah kiri dengan kanan, atas dengan bawah, maupun bagianbagian lain pada karya ukir logam. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sadjiman (2010:237) bahwa keseimbangan keseimbangan yaitu suatu keadaan ketika di semua bagian pada karya tidak ada yang lebih terbebani. Sebuah kaya dikatakan seimbang manakala di semua bagian pada karya bebannya sama. Karya seni/ desain harus memiliki keseimbangan, agar enak dilihat, tenang, tidak berat sebelah, tidak menggelisahkan, tidak nggelimpang Proporsi merupakan prinsip desain kedua yang digunakan dalam ukir relief logam. Prinsip desain proporsi telah dicapai oleh peserta didik dalam membuat ukir relief logam. Dari desain yang telah disiapkan oleh guru maupun yang dibuat peserta didik sendiri sudah terlihat serasi, tidak ada bagianbagian yang menonjol dari desain yang telah dibuat. Proporsi antara objek gambar dengan bacground juga sudah sesuai. Keserasian merupakan prinsip desain ketiga yang digunakan dalam membuat ukir relief logam. Dari karya yang telah dibuat oleh peserta didik sudah terlihat keserasian, antara desain gambar, pointilis bacground dan bingkai. Tetapi ada beberapa karya yang prinsip desain keserasian kurang diperhatikan, seperti penambahan tulisan nama yang terlalu besar, penambahan hiasanhiasan yang memenuhi bacground, yang membuat karya terlihat penuh. Sehingga terlihat rumit dan objek utama yang telah dibuat menjadi tidak terihat. 2. Peran Pembelajaran Seni Mengukir Relief Logam Sebagai Pembentukan Karakter pada Siswa Kelas IX A di SMP N 2 Suruh Kabupaten Semarang. Peran pendidikan seni rupa dalam membentuk karakter peserta didik di SMP Negeri 2 Suruh ini, yaitu dengan tidak langsung peserta
didik ditanamkan nilai-nilai budaya fokus, menghargai diri sendiri dan lokal Indonesia. Berdasarkan orang lain. Nilai-nilai ini berguna wawancara baik dengan guru bagi peserta didik dalam pengampu mengatakan bahwa mendukung terciptanya sikap dengan mengukir relief logam menghargai dan mencintai karya banyak manfaat yang didapatkan seni daerah setempat, bangga oleh peserta didik. Sikap-sikap yang dengan karya seni daerah setempat, ditanamkan dapat berpengaruh mau membuat karya seni daerah kepada peserta didik sebagai setempat dan berkenan generasi penerus bangsa penjaga melestarikannya yang akan kesenian daerah di Indonesia pada masa mendatang nanti. Diantaranya sikap disiplin (discipline), tekun ternanam pada jiwa peserta didik seperti. Namun tidak semua siswa mampu menyerap pengajaran sikapsikap (diligence), tanggung jawab yang tersisip dalam (responsibility), ketelitian pembelajaran mengukir relief (carefulness), kerja sama logam. Karena dalam proses (cooperation), percaya diri pembelajaran mengukir relief (confidence), kecintaan (lovely). logam, ada saja peserta didik yang Hal tersebut sesuai dengan pendapat tidak mau memberikan respon Muchlas dan Haryanto (2013: 43) positif pada saat guru bahwa pendidikan karakter telah memperlihatkan karya seni menjadi sebuah pergerakan mengukir relief logam siswa pendidikan yang mendukung terdahulu karena mereka cenderung perkembangan sosial, menyepelekan bahwa membuat ukir pengembangan emosional, dan relief logam itu mudah, ada saja pengembangan etik para siswa, siswa yang membuat seni ukir relief nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai etik dan nilai-nilai kinerja logam dengan tidak maksimal dan tidak mau memperdulikan instruksi seperti kepedulian, kejujuran, percontohan dari guru, dan ada kerajinan, keuletan, tanggung jawab, siswa yang mengumpulkan tugas
tidak tepat waktu dan tidak disiplin. mendukung keahlian yang Nilai-nilai penanaman sikap ini sedang didalami. Materi berguna bagi siswa sebagai tunas pembelajaran: Hasil kreasi seni bangsa penerus negara dalam rupa, Desain karya atau sketsa menjaga kekayaan budaya Indonesia karya, bahan dan alat yang khususnya hasil karya seni budaya diperlukan, Langkah-langkah setempat. membuat karya, Unsur-unsur seni rupa. Metode pembelajaran yang SIMPULAN, IMPLIKASI DAN digunakan guru adalah metode SARAN ceramah, metode tanya jawab, Simpulan metode demonstrasi, dan metode Proses pembelajaran pemberian tugas. Media yang mengukir relief logam sebagai digunakan guru adalah karya seni pembentuk karakter pada siswa ukir relief logam dan pencotohan kelas IX A di SMP Negeri 2 Suruh desain pada papan tulis. Sumber Kab. Semarang, adalah sebagai belajar yang digunakan adalah berikut: buku pelajaran seni rupa dan 1. Proses pembelajaran mengukir Media cetak. Penilaian atau relief logam, guru mengunakan evaluasi pembelajaran pada Kurikulum Tingkat Satuan materi lukis kaca ini Pendidikan (KTSP). Tujuan menggunakan alat penilaian tugas utama pembelajaran mengukir unjuk kerja dan evaluasi relief logam ini adalah peserta observasi. Untuk proses didik mampu dan paham akan pembuatan seni lukis kaca ini materi mengukir relief logam, diawali dengan memilih desain mampu menerapkan teknik tekan yang sudah disedikan, kemudian timbul, dan peserta didik gambar dijiplak pada logam diharapkan mampu berkembang alumunium yang sebelumnya kearah yang positif dengan sudah direkatkan dengan isolasi penanaman sifat-sifat dasar yang agar desain tidak bergeser.
Kemudian mulai menerapkan visualnya, yang sebagian besar teknik tekan timbul dalam hasil karya peserta didik sangat pembuatan timbul rendahnya memuaskan. Kecendrungan ukiran yang sudah dibuat. Setelah peserta didik menggunakan garis selesai logam ditempel pada non formal, dari segi bidang triplek dengan menggunakan lem Fox atau streples. Bagian akhir seluruh peserta didik memilih gambar yang menyerupai wujud pembuatan pointilis pada alam (figur), tekstur nyata pada bacground serta pembuatan hasil karya hampir seluruhnya bingkai. sudah sangat baik, prinsip desain Peran pembelajaran seni lukis yang telah dihasilkan juga sudah kaca dalam pembentukan sesuai, pencapaian teknik tekan karakter siswa, penanaman timbul sudah berhasil sehingga sikap-sikap dasar yang timbul rendahnya ukiran sangat mendukung peserta didik kelak sebagai generasi penerus bangsa dalam mempertahan nilai-nilai tampak reliefnya. Implikasi Implikasi pada penelitian ini budaya dalam menjaga hasil tentang proses pembelajaran karya seni budaya setempat mengukir relief kaca sebagai seperti sikap: menghargai dan pendidikan karakter pada siswa mencintai karya seni daerah kelas IXA di SMP Negeri 2 Suruh setempat, bangga dengan karya Kabupaten Semarang tahun ajaran seni daerah setempat, mau 2015/2016 antara lain: 1) Implikasi membuat karya seni daerah teoritis hasil penelitian yang telah setempat dan berkenan dilakukan antara lain dapat melestarikan karya seni daerah menambah pengetahuan mengenai setempat di Indonesia. pelaksanaan pembelajaran seni 3. Visualisasi hasil karya peserta budaya di sekolah khusunya didik dalam mengukir relief pembelajaran mengukir relief logam ditinjau dari unsur-unsur
logam, dengan demikian diharapkan pembelajaran seni tersebut dapat dipertahankan dan dikembangkan. 2). Implikasi praktis dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan pembelajaran mengukir relief logam di SMP Negeri 2 Suruh Kabupaten Semarang dengan komponen pembelajaran yang meliputi: tujuan, materi, metode, media, sumber, dan evaluasi. Guru harus bisa mengembangkan metode mengajar yang lebih variatif dan innovatif agar siswa tidak merasa jenuh dan tertarik dalam mempelajari ilmu seni rupa khususnya mengukir relief logam. Serta mengukir relief logam digunakan sebagai media pembentukan karakter dalam menanamkan sikap-sikap menghargai, mencintai, bangga, berusaha dalam membuat ukir logam dan peserta didik berkenan untuk melestarikan seni ukir relief logam yang merupakan kekayaan budaya setempat di negara Indonesia. Saran 1. Kepada Kepala Sekolah, hendaknya memberikan sarana prasana seperti pengadaan bahan dan alat ukir relief logam, sekolah juga dapat menyediakan ruangan atau lab. seni rupa dimana peserta didik dapat berkarya dengan nyaman dan dapat menyimpan karya-karya yang telah mereka buat. 2. Kepada guru pengampu mata pelajaran seni budaya hendaknya lebih memperhatikan pembuatan RPP dan juga teknik pembelajaran seperti: a. Media Pembelajaran Guru dalam penyampaian materi mengukir logam ini, hendaknya dapat memanfaatkan proyektor atau LCD yang ada di dalam kelas yang berguna sebagai media dalam memberikan contoh video maupun tayangan slide tentang bagaimana para perajin membuat ukiran logam yang dapat digunkan sebagai pendukung penggunaan metode ceramah, supaya pandangan peserta didik
lebih terfokus dan materi lebih tersampaikan. b. Proses Berkarya Pada proses berkarya mengukir relief logam ini sebaiknya siswa di buat berkelompok agar peserta didik dapat saling membantu dalam proses membuat ukir relief logam, serta guru dapat dengan mudah memberikan demonstrasi saat ada kelompok yang bertanya, jadi tidak hanya satu dua peserta didik yang dapat melihat demonstrasi atau pencontohan dari guru. Sehingga siswa tidak akan lagi bingung dalam menentukan bagian mana yang ditimbulkan dan bagian mana yang rendah. c. Evaluasi Pada proses evaluasi nilai seharusnya guru membuat pedoman penilaian secara rinci seperti membuat indikator pedoman penilaian karya dan pedoman evaluasi observasi saat proses pengerjaan karya sehingga guru akan tahu penilaian apa saja yang masih kurang serta aspek-aspek apa saja yang dinilai pada penilaian peserta didik menjadi lebih jelas. 3. Kepada siswa, hendaknya lebih berperan aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dengan mengeksplor ilmu secara mandiri, lebih memperhatikan guru pada saat memberikan materi pembelajaran, dan lebih disiplin dalam mengumpulkan tugas.
DAFTAR PUSTAKA Afifuddin. & Saebani, Beni Ahmad. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Seta Ahmadi, Abu dan Tri Prasetyo, Joko. 2005. SMB Strategi Belajar Mengajar. Bandung. CV. Pustaka Setia Anggoro, Toha. 2011. Metode Penelitian. Jakarta. Universitas Terbuka Anitah, Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka -------------. 2009. Media Pembelajaran. Surakarata. PSG Rayon 13 Surakarta. Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara Azwar, Syaifudin. 2011. Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Danim, Sudarwan. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung. Alfabeta Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung Alfabeta. Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. Cv Pustaka Setia Kamaril, Cut. 2001. Pendidikan Seni Rupa/ Kerajinan Tangan. Jakarta. Universitas Terbuka Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung. PT. Remaja Rosdikarya. Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Miles, Matthew B Dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI-Press Patilima, Hamid. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta Prawira, Darma Sulasmi. 1989. Warna sebagai Salah Satu Unsur Seni dan Desain. Jakarta. DPKDJPTPPLPTKJ Purwanto, Ngalim. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Jakarta. Remaja Rosdakarya
Putra, Nusa. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rajawali Pers Sachari, Agus. 2004. Seni Rupa Budaya Desain SMA. Jakarta. Erlangga Samani, Muchlas. Hariyanto. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung. Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina. 2009. Srategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2010. Nirmana Elemen-Elemen Seni dan Desain. Yogyakarta. Jalasutra Sarbini, Lina. Neneng. 2011. Perencanaan Pendidikan. Bandung. Pustaka Setia Satori, Djam an. Komariah, Aan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. IKAPI Siswandi, Yoyok RM. 2008. Seni Budaya 2 SMP. Yogyakarta. Yudhistira. Soemarjadi. Romanto, Muzni. Zahri, Wikdati. 2001. Pendidikan Keterampilan. Malang. UNM. Sony Kartika, Dharsono. 2004. Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains Subiyantoro, Slamet. 2008. Seni, Pariwisata dan Budaya. Surakarta. CV. Mefi Caraka. Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta. Graha Ilmu Sugiono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. IKAPI Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Suryani, Nunuk dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sutopo, HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press Tagela, Umbu. 2006. Materi Pembelajaran. Salatiga. Widya Sari. Wahyudin, Din. 2009. Pengantar pendidikan. Jakarta. Universitas Terbuka Winataputra.S.Udin. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.